KATA PENGANTAR
Puji syukur, kita panjatkan kepada
Allah swt. yang telah memberikan saya kemauan, kesanggupan, dan kemampuan untuk
mengerjakan tugas hari raya (THR) mata pelajaran Al-Quran dan Hadits sehingga
saya bisa mengenyelesaikan THR ini walaupun diselimuti kemalasan yang
menggrogoti tubuh hingga urat nadi.
Tak lupa shalawat dan salam kita
kirimkan kepada Rasulullah saw. yang telah memproklamir agama islam sebagai
satu-satunya agama yang paling benar dan sebagai penyempurna agama sebelum
datangnya agama islam.
Saya juga ingin berterima kasih
kepada Al Ustadz Budi Yahya Khaerudin (alias ustadz Buya) yang telah memberikan
THR ini sebagai rasa atau pun bukti kecintaan ustadz buya kepada kami (seluruh
siswa kelas 12 MAN ICG). Alhamdulillah dengan diberikannya THR ini saya tetap
belajar walaupun libur lebaran, sehingga
saya bisa menambah wawasan dimana pun berada.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini, kita melihat banyak
kekacauan yang terjadi di negara kita, mulai dari kasus gizi buruk, banyaknya
pengangguran, para petinggi negara banyak yang korupsi, kota-kota besar semakin
macet, dan masih banyak lagi kekacauan yang terjadi negara kita ini. Itu semua
dapat diperbaiki dengan mencaritahu terjadinya kesalahan-kesalahan.
Dalam pelajaran kewarganegaraan kita
telah mempelajari bahwa ada 3 unsur dalam pembangunan sebuah negara, yaitu
rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat. Wilayah dan rakyat Indonesia
telah memilikinya. Bagaimana dengan pemerintah Indonesia?
Pemerintah Indonesia merupakan
pemimpin bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia yang mengatur
semua yang berkaitan dengan negara Indonesia, baik dari pendidikan, kebudayaan,
pekerjaan dan lain sebagainya.
Fakta yang terjadi dilapangan saat
ini adalah banyak dari pemerintah Indonesia yang melakukan korupsi, rakyat
telah berusaha dengan susah payah mengeluarkan pajak, malah pemimpinnya sendiri
yang membuat ulah. Hal seperti itu selayaknya tidak terulang kembali.
Jadi, pada kesempatan ini saya akan
membahas mengenai kepemimpinan yang baik, serta dampaknya terhadap sebuah
negara.
B.
Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis akan membahas masalah:
ü
Bagaimana pemimpin dan kepemimpinan yang
baik itu menurut islam?
ü Bagaimana hubungan pemimpin dan
kepemimpinan yang baik terhadap sebuah negara?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
ü
Untuk mengetahui pemimpin dan
kepemimpinan yang baik menurut islam
ü Untuk mengetahui hubungan antara
pemimpin dan kepemimpinan yang baik dengan sebuah negara
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Islam
Kepemimpinan
Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu,
pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para imam
atau khalifah tiada, kepemimpinan harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi
syarat-syarat syariat. Bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat, harus
dibentuk ‘majelis fukaha’.”
Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi contoh dan suritauladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatanlil’alamin) adalah Muhammad Rasulullah Saw., sebagaimana dalam firman-Nya : ô
Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi contoh dan suritauladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatanlil’alamin) adalah Muhammad Rasulullah Saw., sebagaimana dalam firman-Nya : ô
s)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).
Sebenarnya,
setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik
dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala
kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw.,
yang maknanya sebagai berikut :
“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya,” (Al-Hadits).
“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya,” (Al-Hadits).
Kemudian,
dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki
sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni :
Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
(1)
Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
(2)
Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
(3)
Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
(4)
Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan
mengimplementasikannya.
Selain
itu, juga dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw pernah bersabda:
“Pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.” Oleh sebab itu,
pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain
untuk maju.
Dr. Hisham Yahya Altalib (1991 : 55), mengatakan ada beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam yaitu :
Dr. Hisham Yahya Altalib (1991 : 55), mengatakan ada beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam yaitu :
1. Setia
kepada Allah. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada
Allah;
2. Tujuan
Islam secara menyeluruh. Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja
berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup kepentingan
Islam yang lebih luas;
3. Berpegang
pada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, dan
boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang teguh pada perintah syariah.
4. Dalam
mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika
berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham;
5. Pengemban
amanat. Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah Swt., yang
disertai oleh tanggung jawab yang besar. Al-Quran memerintahkan pemimpin
melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap yang baik kepada
pengikut atau bawahannya.
Dalam
Al-Quran Allah Swt berfirman :
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ
“(yaitu) orang-orang yang jika kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj [22]:41).
Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah adanya prinsip-prinsip dasar dalam kepemimpinan
Islam yakni : Musyawarah; Keadilan; dan Kebebasan berfikir. Secara ringkas
penulis ingin mengemukakan bahwasanya pemimpin Islam bukanlah kepemimpinan
tirani dan tanpa koordinasi. Tetapi ia mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip
Islam. Bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya secara obyektif dan dengan penuh
rasa hormat, membuat keputusan seadil-adilnya, dan berjuang menciptakan
kebebasan berfikir, pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan
saling menasihati satu sama lain sedemikian rupa, sehingga para pengikut atau
bawahan merasa senang mendiskusikan persoalan yang menjadi kepentingan dan
tujuan bersama. Pemimpin Islam bertanggung jawab bukan hanya kepada pengikut
atau bawahannya semata, tetapi yang jauh lebih penting adalah tanggung jawabnya
kepada Allah Swt. selaku pengemban amanah kepemimpinan. Kemudian perlu dipahami
bahwa seorang muslim diminta memberikan nasihat bila diperlukan, sebagaimana Hadits
Nabi dari :Tamim bin Aws meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
“Agama
adalah nasihat.” Kami berkata: “Kepada siapa?”
Beliau
menjawab: “Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dan kepada
masyarakat kamu.”
B. Hubungan Antara Pemimpin dan Kepemimpinan yang
Baik, Serta Dampak Terhadap Sebuah Negara
Hubungan antara pemimpin dan kepeminan yang
baik itu yakni apabila sebuah negara memiliki seorang pemimpin yang baik, dalam
arti pemimpin memiliki ilmu agama dan ilmu politik yang baik serta dapat
berlaku adil terhadap semua anggota masyarakat di negara yang ia pimpin, insya
allah kepemimpinannya pun akan berdampak baik terhadap negaranya, baik dari
sector ekonomi, social dan politik, budaya serta pendidikan.
Kemudian apabila yang terjadi di lapangan
sebaliknya maka dampaknya terhadap negara juga akan sebaliknya. Negara akan
kacau balau, amburadul dan sebagainya.
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi
dapat disimpulkan dari pembahasan diatas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang baik yaitu hasrus punya STAF( Siddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathanah).
Kemudian Pemimpin baik akan berdampak baik pada sebuah negara dan pemimpin
buruk akan berdampak buruk pada sebuah negara.
B.
Saran
Dari
latar belakang masalah yang terjadi di Indonesia, harusnya Indonesia memiliki
cirri-ciri pemimpin STAF(siddiq, tabligh, amanah, fathanah) sehingga pemimpin
akan selalu menjunjung tinggi kejujuran dan tidak berbuat curang, karena yang
suka berbuat curang adalah tema
DAFTAR PUSTAKA
http://berkarya.um.ac.id/2011/05/01/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/
diakses pada 12/08/2013 pukul 10.27 WITA.
http://fosmaiweb.fisip-untirta.ac.id/?p=223 diakses pada 12/08/2013 pukul 10.28 WITA.
http://tugasku-4u.blogspot.com/2013/06/makalah-kepemimpinan.html diakses pada 12/08/2013 pukul 10.32 WITA.
Penulis: Abdul Aziz, Siswa Kelas XII IPA 1 MAN Insan Cendekia Gorontalo.
0 Comments:
Posting Komentar