Menyelami dalamnya lautan ilmu Islam hingga nampak cahaya dan terasa indah dalam sukma

Fi`il Mudhari` Marfu`

Fi`il Mudhari` Manshub

Maksiat Jalan Sesat

BAB I
Definisi Maksiat

Maksiat adalah lawan ketaatan, baik itu meninggalkan perintah maupun melakukan suatu larangan. Maksiat mempunyai jenis-jenis tersendiri yaitu ada yang mengkibatkan pelakunya keluar dari Islam dan maksiat yang tidak mengeluarkan pelakunya daripada Islam.


Secara hakiki maksiat adalah perbuatan durhaka (asha) kepada Allah SWT. Perbuatan maksiat bisa berupa menolak melaksanakan perintah Allah SWT atau melanggar  larangan-Nya. Orang yang tidak mau melaksanakan kewajiban sholat, kewajiban shaum Ramadhan, kewajiban membayar zakat, dan kewajiban pergi haji bagi muslim yang punya kemampuan, adalah perbuatan maksiat. Demikian juga perbuatan melanggar larangan Allah SWT seperti perbuatan melanggar larangan mencuri, larangan merampok, larangan berzina, larangan minum-minuman keras dan memakai narkoba, larangan membunuh, larangan memakan riba, larangan mensekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain.
Oleh karena itu, prinsip dari perbuatan dikatakan maksiat dalam ajaran Islam adalah tindakan menyalahi syariat Allah, atau mengambil alternatif selain keputusan Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.“ (QS. Al Ahzab 36).



BAB II
Jenis-jenis Maksiat

Secara garis besar maksiat jika ditinjau dari dampaknya terhadap keimanan tauhid dapat digolongkan menjadi 3, Yaitu :
A.   Maksiat / dosa besar yang mengakibatkan pelakunya keluar dari Islam .
Jenis maksiat seperti ini sangat berbahaya bagi keimanan seseoarang bila pelakunya tidak segera bertobat maka dia dalam keadaan murtad (kafir) daripada islam dia halal dibunuh jika tidak mau bertobat, konsekuensinya yang lebih berat bila pelakunya meninggal maka dia mendapat azab yang kekal dineraka berbeda dengan kaum muslimin yang melakukan dosa dia masih punya harapan masuk surga, InsyaAllah. Contoh maksiat jenis ini adalah :
·      Syirik akbar / besar (menyekutukan Allah)
Yaitu menyamakan Allah kepada makhluk-Nya  dalam tauhid rububiyah maupun uluhiyah. Secara kasar syirik besar adalah menyembah dan bergantung kepada selain Allah . Contoh dosa syirik besar adalah : Beranggapan Allah punya anak, menyembah patung atau salib dsb., pergi ke dukun, memakai jimat-jimat. Sedangkan syirik kecil tidak mengakibatkan pelakunya murtad.
·      Mengolok-olok Hukum Allah dan rasul-rasulnya
Ciri seorang munafik adalah mengaku islam tapi hatinya tidak mau menerima islam. Meskipun mengaku  islam kalau pelakunya suka mengolok-olok dan mengejek hukum Allah dan ajaran rasulullah dia sudah dianggap murtad bila dia tidak bertobat dia halal darahnya.
Sesuai firman Allah Ta’ala :
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah : 65-66)
·      Memusuhi kaum muslimin dan berloyalitas kepada kaum kafir.
Banyak sekali munafik jaman sekarang mengaku islam namun sebenarnya tujuannya adalah untuk membuat makar supaya kaum muslimin hancur. Yaitu ciri mereka adalah suka memusuhi umat islam sekalipun mengaku islam dan sebaliknya kepada orang kafir mereka berteman akrab (loyal). Hukuman bagi orang seperti ini adalah dia telah kafir, karena Allah SWT telah berfirman :
“…Barangsiapa yang tawalliy (loyal) kepada mereka (kafirin ) di antara kalian, maka sesungguhnya dia adalah bagian dari mereka…” (QS. Al Maidah : 51)
·      Meninggalkan kewajiban dan menolak ajaran Islam.
Salah satu maksiat yang mengakibatkan perilakunya murtad adalah menolak ajaran islam yang wajib misalnya shalat, puasa ramadhan dan zakat. Karena islam bukan hanya agama “dimulut doang” . Jika seseorang meninggalkan sholat namun tidak mengingkari bahwa sholat itu wajib baginya dia belum termasuk murtad  namun dihukumi sebagi orang fasiq, yaitu tahu tapi tidak mau melaksanakan .


B.   Maksiat / Dosa Besar yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Jenis maksiat dosa besar seperti ini walaupun tidak mengeluarkan pelakunya daripada islam namun dampaknya bila dibiarkan maka akan semakin menjauhkan juga dari islam (menjadi murtad) karena maksiat adalah sebab hati menjadi keras sehingga sulit menerima hidayah. Pelaku maksiat dosa besar hukumnya dibunuh bila tidak mau bertobat dari dosa yang telah dilakukan.  Contoh maksiat jenis ini adalah :
·      Durhaka kepada Orang tua
Durhaka kepada orang tua adalah sikap yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Islam adalah agama yang paling mulia, karena mengajarkan bagaimana supaya anak manusia berbakti kepada orang tua yang telah kepayahan melahirkan, mendidik dan membesarkan dengan ikhlas. Nabi bahkan mengatakan kalau ridho Allah tergantung juga ridho kedua orang tua. Durhaka kepada orang tua merupakan dosa terbesar kedua setelah syirik . Sesuai hadits nabi ;
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Dosa-dosa besar adalah berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa serta sumpah palsu’.” (HR. Bukhari).
·      Membunuh sesama muslim
Membunuh manusia yang diharamkan konsekuensinya dia harus diqishos sesuai dengan perbuatannya yaitu dia juga harus dibunuh. Sesuai sabda Rasulullah SAW ;
“Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah” (HR. Bukhori dan Muslim)
·      Berzina (berhubungan badan yang tidak sah)
Nabi telah bersabda kalau pelaku zina adalah seorang yang  telah menikah maka hukumannya adalah dibunuh. Jika pelakunya adalah seorang yang belum menikah maka dia dihukum cambuk seratus kali dan diasingkan keluar daerahnya.  Allah Ta’ala berfirman :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera...”  (QS. An Nuur : 2)
·      Dosa-dosa lainya
Dosa mulut dan tangan contohnya seperti Riba’, sumpah palsu, menyia-nyiakan anak yatim, Ujub, melaknat sahabat nabi dsb.
C.   Maksiat / Dosa kecil
Setiap manusia pasti punya dosa karena kita bukan malaikat yang suci, barangsiapa mengaku tidak punya dosa sama sekali maka diapun telah melakukan dosa yang besar  yaitu sombong. Oleh karena itu memang Allah telah menciptakan manusia dengan tabiat penuh dengan kesalahan supaya manusia itu mau bertobat dan berserah diri kepada Tuhan sekalian alam.
Dosa-dosa kecil adalah dosa yang disengaja maupun tidak namun dosa kecil ini adalah dosa yang sering disepelekan orang. Namun tak ada dosa kecil yang disepelekan sehingga berkumpul menjadi dosa yang besar, dan tak ada dosa besar bila pelakunya segera bertobat.  Oleh karena itu Nabi menganjurkan supaya jangan sekali-kali menyepelekan dosa kecil  dan supaya kita banyak melakukan amalan baik dan banyak-banyak istighfar. Contoh maksiat jenis ini adalah : melihat aurot wanita baik dijalanan maupun dilayar tv, menyentuh wanita yang bukan mahram, berbohong, mencela orang lain / mengejek, marah-marah, berkata jorok dsb.
BAB III
Akibat dari Maksiat

Diantaranya pengaruh dosa dan maksiat antara lain adalah
A.   Ghadhabullah (kemarahan Allah swt)
Dalam sebuah hadist diriwayatkan dari ummi salamah

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا ظَهَرَتْ الْمَعَاصِي فِي أُمَّتِي عَمَّهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا فِيهِمْ يَوْمَئِذٍ أُنَاسٌ صَالِحُونَ قَالَ بَلَى قَالَتْ فَكَيْفَ يَصْنَعُ أُولَئِكَ قَالَ يُصِيبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسَ ثُمَّ يَصِيرُونَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ  (مسند امام أحمد: 25382)

Dari ummu salamah istri Rasulullah saw berkata: saya mendengar Rasulullah saw berkata: apabila muncul kemaksiatan pada ummatku maka Allah swt mengadab mereka secara umum. Maka saya berkata “ wahai Rasulullah  tidakkah didalamnya ada orang-orang yang sholeh?  Rasul berkata:”betul” dia berkata : bagaimana nasib mereka? Beliau bersabda: mereka akan tertimpa sebagaimana manusia yang lain kemudian akan diberikan ampunan dan ridha dari Allah swt” (musnad imam ahmad: 25382)

B.   Ta’siirul umur ( tertimpa kesulitan )
Seorang mukmin yang selalu menggunakan standar keimananya untuk mengukur segala sesuatu, tentu akan merasa bahwa dia tidak akan tertimpa bencana kecuali jika dia telah melakukan perbuatan dosa, dan malapetaka tidak akan datang kepadanya kecuali karena dia berbuat kesalahan.
Sedangkan seorang materialistis yang tenggelam dalam lautan kesenangan hawa nafsu akan mengeluh dan gelisah ketika tertimpa kesengsaraan atau bencana. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka sendiri yang menjadi penyebab bencana itu.
Sofyan shakuri penah mengatakan, “Aku dapat mengetahui dosa-dosaku ketika aku melihat istriku, ternak-ternakku dan tikus yang ada didalam rumahku.”

C.   Karahiyatul mu’minin lahu (kebencian orang mukmin kepadanya)
Imam Syafi’i berkata: “Hendaklah kalian waspada terhadap laknatnya hati orang-orang mu’min sedangkan dia tidak merasa” kemudian ada yang bertanya, “bagaimana hati orang mukmin melaknat sedangkan dia tidak tau?” beliau berkata : “Ia melakukan kemaksiatan maka Allah menaruh rasa bencinya didalam hati orang-orang mukmin”.
Ketika kita melihat saudara-saudara kita berlaku kasar terhadap diri kita. Tidak hanya perangai kasar saja yang akan kita temuai, tetapi seluruh makhluk dimuka bumi, baik kecil maupun besar, yang hina ataupun terhormat, juga akan ikut mencela dan memandang rendah orang-orang yang berbuat dosa. Maka untuk menghilangkan kebencian tadi dengan jalan bertaubat kepada Allah.





D.   Nuqshanu rizqi ( berkurang rizki)
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمُرِ إِلَّا الْبِرُّ (مسند امام أحمد : 21352)

Dari tsauban berkata: Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya seseorang itu akan dicegah rizkinya dengan dosa yang ia perbuat. Dan tidak ada yang bisa mengubah taqdir kecuali do’a dan tidaklah umur itu bertambah kecuali dengan melakukan kebaikan” ( musnad imam Ahmad: 21352)
Sebuah pertanyaan muncul, “bagaimanakah kenyataan dizaman sekarang ini? Orang-orang yang fasiq dan orang-orang yang gemar melakukan maksiat banyak memperoleh rizki dan kenikmatan dunia, namun orang-orang yang sholeh yang berpegang teguh kepada islam malah menderita, miskin, tidak berdaya dan terhina.
Untuk menjawabnya kita melihat sabda Rasulullah saw sebagai berikut ini.

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِى اْلعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيْهِ مَا يُحِبُّ ؛ فَإِنَّمَا هُوَ اِسْتِدْرَاجٌ      (الصحيح جامع الصغير : 561 )

Apabila engkau melihata Allah swt. Memberikan segala kenikmatan dunia kepada hamba yang berbuat maksiat maka itu tidak lain hanya pengulu-ulu (jawa)” (shahih jami’ asshoghir : 561)
Kemudian Rasulullah membacakan firman Allah swt “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.

E.   Nuqshanul ilmi (berkurang ilmu)
Suatu hari Imam Syafi’i duduk bersama Imam Malik. Imam Malik sangat kagum melihat Imam Syafi’i sehingga dia berkata, “ Allah swt. telah menganugrahkan kepadamu sebuah cahaya dihatimu. Janganlah engkau memadamkan cahaya itu dengan kemaksiatan yang akan menggelapkan hatimu!”
Namun pada suatu hari, Imam Syafi’i melanggar wasiat Imam Malik tersebut. Dia melihat tumit seorang perempuan saat dalam perjalanan menuju rumah gurunya Waqi’ bin Jarah. Setelah kejadian itu, Imam Syafi’i menjadi sering lupa dan hafalanyapun berkurang. Hal itu diadukan kepada gurunya Imam Waqi’

Aku mengadu kepada Waqi’
Tentang buruknya hafalan

Kemudian dia menunjukkan aku
Agar meninggalkan kemaksiatan.
                   
Dia juga memberitahukan kepadaku
Bahwa ilmu adalah cahaya dari Tuhan

Dan Cahaya Tuhan tidak akan diberikan
Kepada orang-orang yang gemar berbuat maksiat

F.    Hirmaanu ttoo’ah( tercegah dari ketaatan)
Sesungguhnya kemaksiyatan itu mencegah ketaatan. Orang yang bermaksiat akan berat sekali melakukan ibadah misalnya shalat fajar atau shalat tahajud atau bentuk ketaatan-ketaatan lainya. Sofyan Sakhuri pernah mengatakan, “ Aku tidak dapat melakukan shalat malam selama empat bulan karena dosa yang telah aku perbuat.”
Ibnu Sirin pernah menghina laki-laki yang miskin. Kemudian Ia mendapat adzab yaitu terbelenggu dengan hutang-hutangnya sendiri.
Terkadang seorang hamba telah berbuat dosa, namun dia tidak merasakan bahwa Allah swt. telah mengadabnya dan mencabut segala kenikmatan-kenikmatan yang diberikan. Karena pada hakekatnya Hilangnya kenikmatan khusuk saat bermunajat kepada Allah swt adalah sebuah azab. Tidak terkabulnya do’a-do’a adalah azab. Keringnya airmata sehingga tidak dapat menerima wejangan dan nasehat adalah azab. Kerasnya hati sehingga tidak dapat menerima wejangan dan nasehat adalah azab. Dan masih banyak azab yang lain tetapi seorang tadi tidak menyadarinya

G.  Tazra’ul ma’ashi ( kemaksiatan melahirkan kemaksiatan lain.)
Adapun bukti setiap kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan lain adalah, ketika seseorang berbuat maksiat  terhadap Allah swt. maka setan akan berebut untuk mendapatkan orang tersebu dan malaikat akan menjahuinya, sedangkan setan hanya akan menunjukkan kepada manusia pada jalan kesesatan, kemaksiatan dan  kerusakan.
Benarlah apa yang dikatakan oleh Sahl bin Ashim : “Balasan atas perbuatan dosa-dosa  adalah dengan bertambahnya perbuatan-perbuatan dosa-dosa yang  baru.”
Seperti untaian mata rantai, satu sama lain akan saling menguatkan. Atau seperti untaian biji tasbih jika satu terputus maka ikatan itu akan terlepas dan biji-biji tasbih lainya akan berjatuhan pula.
Hal itu juga sesuai dengan perkataan Ibnu Qayyim ketika sedang bersumpah,” Demi Allah! Tidak ada bagimu seorang musuh(setan) kecuali setelah terlepas dari pengawasan seorang penjaga(malaikat). Jangan menyangka bahwa setan telah menang, tetapi karena memang sang penjaga telah berpaling darimu”
Demikian juga ketika seorang hamba melaksanakan ketaatan kepada Allah swt., malaikat akan berebut untuk mendapatkan orang itu, dan setanpun akan menjauh darinya.ketaatan itu akan berkembang, dan balasan ketaatan adalah ketaatan baru lainya.
Dialah Khulaid Ashry. Setiap hari Ia berdzikir kepada Allah swt. sampai waktu twrbitnya matahari, dan dia selalu mengunci pintu kamarnya. Dia memperoleh ketenangan bersama malaikat yang merebutkanya, sedang gangguan-gangguan setan telah menjauh darinya. Dia menyambut para malaikat yang terdekat (dengan Allah swt. seraya berkata “ Selamat datang wahai malaikat-malaikat Allah! Demi Allah! Kalian akan menjadi saksi-saksiku bahwa hari ini aku telah berbuat kebaikan. Bawalah amalku ini!” kemudian dia berdzikir demikianlah yang dilakukan khulaid terus menerus sampai kedua matanya mengantuk, atau dia keluar jika tiba waktu menunaikan shalat wajib.

H.  Ihdaatsul fasad fil ardhi ( munculnya kerusakan dimuka bumi)

Diantara pengaruh dosa dan maksiat adalah munculnya segala jenis kerusakan dimuka bumi ini baik didarat,air dan udara. Allah swt berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الروم : 41)

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”(Arrum: 41)

I.      Shu’ul khatimah
Dosa adalah jalan menuju su’ul khatimah karena manusia meninggal sesuai dengan amal perbuatanya didunia. Barang siapa ingin meninggal dalam keadaan bersujud, maka dia harus banyak bersujud. Barang siapa ingin meninggal dalam keadaan berpuasa maka dia harus banyak berpuasa.
Demikian pula dengan orang yang berbuat maksiat. Jika ada orang yang meninggal dalam keadaan su’ul khatimah maka dia telah menyia-nyiakan hidupnya dengan banyak melakukan maksiat dan belum sempat melakukan taubat sampai ajal menjemputnya. Banyak fakta bahwa orang yang selalu meminum arak atau minuman keras meninggal dalam kondisi meminum arak, seorang perampok mati ketika melakukan aksi perampokan, dan lain sebagainya.
Dikisahkan ada seseorang yang bernama Mughits Maghriby. Ia terkenal peminum arak dan banyak mengeluarkan hartanya untuk membeli arak, ketika menjelang ajalnya ia ditanya,”apakah kamu mampu untuk berdiri jika kamu menghendaki sesuatu ?” dia menjawab,” jika aku mampu aku akan berjalan dari sini menuju warung arak milik Zakaria Khammar,”Sang penanya berkata,” bukankah kamu tadi berkata mau kemasjid?” Muhammad bin Mughist menjawab,” Setiap orang pada tiap waktunya akan mengikuti kebiasaan. Sedangkan dalam kebiasaanku, aku tidak pergi ke masjid.”

J.     Mautul qalb (matinya hati)
Zainul Qur’an, Muhammad bin Wasi’ telah mengatakan “Dosa yang berlipat-lipat akan dapat mematikan hati”.
Diantara tanda-tanda hati yang mati adalah Senang melakukan perbuatan dosa dan berani melakukan dosa secara terang-terangan. Wajahnya berseri-seri ketika bertemu dengan orang yang berbuat maksiat, murung dan resah ketika melihat orang-orang yang sholeh, terus menerus melakukan perbuatan dosa, tidak lekas bertaubat dan tidak merasa sedih ketika meninggalkan suatu ketaatan. Kalau hal tersebut ada dalam diri seseorang maka berarti hatinya telah mati akibat dosa dan kesalahan yang selalu ia lakukan dan tidak segera bertaubat.

K.  Maksiat sebab tidak terkabulnya do’a
Inilah dampak yang cukup berat dari pelaku maksiat bahkan sampai do’a-do’a dirinya orang sekitarnya tidak mau mencegah pelakunya melakukan maksiat mengakibatkan do’a tidak terkabul. Nabi bersabda : “Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo'a kepada Allah dan tidak dikabulkan serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma'ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para robi Yahudi dan rahib Nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka.” (HR. Ath-Thabrani)



BAB IV
Sebab-sebab Melakukan Maksiat

Imam Ibnu Qayyim mengatakan, “Penyebab utama timbulnya semua kemaksiatan baik yang besar maupun yang kecil ada tiga, yaitu:
Pertama, keterkaitan hati kepada selain Allah.
Kedua,  menuruti dorongan amarah.
Ketiga,  menuruti dorongan syahwat.
Keempat, kemaksiatan tersebut terwujud dalam perbuatan syirik, kezhaliman dan perbuatan-perbuatan keji.

Bentuk keterkaitan hati kepada selain Allah cabang-cabangnya begitu banyak dan tingkatan tertinggi di cabang tersebut ialah syirik serta mengakui keberadaan ilah selain Allah. Sedangkan bentuk menuruti dorongan amarah juga memiliki cabang-cabang di ataranya membunuh jiwa yang diharamkan Allah, inilah cabang tertinggi. Dan bentuk menuruti dorongan syahwat yang tertinggi dalam cabang-cabangnya ialah melakukan perbuatan zina. Oleh karena itulah Allah  mengumpulkan ketiganya dalam firman-Nya:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,…" (QS. Al-Furqan: 68).

 Ketiga perbuatan di atas saling tarik menarik. Syirik menarik seseorang kepada kezhaliman dan perbuatan keji, sebagaimana ikhlas dan tauhid akan menjauhkan seseorang dari kezhaliman dan kekejian itu. Demikian juga kezhaliman, ia menarik seseorang pada syirik dan pebuatan keji, sebab syirik adalah puncak dari segala kezhaliman seperti yang difirmankan oleh Allah: "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar."  (QS. Luqman: 13).

Dan perbuatan keji itu sendiri juga dapat menyeret pelakunya kepada perbuatan syirik dan kezhaliman. Ketiganya saling berkaitan, yang satu mengajak kepada yang lain. Jika perbuatan ketiga di atas ada di dalam diri seseorang  maka itu adalah akar dari kemaksiatan yang akan menjadi besar ketika seseorang itu tidak mengetahuinya.
BAB V
Solusi Menghindari Maksiat

Maksiat adalah hal yang “lumrah” bagi seorang manusia karena memang tabiat manusia sejak diciptakan pertama kali adalah melakukan salah dan dosa. Namun yang tidak “lumrah” adalah yang bermaksiat namun tak mau bertobat , berusaha menghindari dosa dan perantaraannya dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Menciptakan. Oleh karena itu dalam bab ini akan kita bahas sedikit solusi bagi kita untuk meminimalisir kemaksiatan-kemaksiatan yang kita lakukan  diantaranya adalah :

A.   Anggaplah Besar Dosamu
Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu 'anhu berkata,”Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.”

B.   Janganlah Meremehkan Dosa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,"Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.” (Ahmad dengan sanad yang shahih)


C.   Janganlah Mujaharah (menceritakan dosa)
Rasulullah bersabda,”Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang)”. Termasuk Mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemuadian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian'. Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” (Bukhari dan Muslim)

D.   Taubat Nasuha yang Tulus
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padng pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur dibawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul didekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira,’Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap karena sangat bergembira.”  (Bukhari-Muslim)

E.   Jika Dosa Berulang, maka Ulangilah Bertaubat
Ali bin Abi thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,”Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” Ditanyakan,”Jika ia mengulangi lagi?” Ia menjawab.”Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.” Ditanyakan,”Jika ia kembali berbuat dosa?” Ia menjawab,”Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat,” Ditanyakan ,”Sampai kapan?” Dia menjawab,”Sampai setan berputus asa.

F.    Jauhi Faktor-faktor Penyebab Kemaksiatan
Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauhi darinya secara keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.

G.  Senantiasa Beristighfar
Saat-saat beristighfar:
·                    Ketika melakukan dosa
·                    Setelah melakukan ketaatan
·                    Dalam dzikir-dzikir rutin harian
·                     Senantiasa beristighfar setiap saat Rasulullah beristighfar kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali (dalam riwayat lain 100 kali)

H.  Melakukan kebajikan setelah keburukan
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaijkan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” (Ahmad dan Tirmidzi)


I.      Merealisasikan Tauhid
Rasulullah besabda, Allah ‘Azza wa jalla berfirman.”Barangsiapa yang melakukan kebajikan maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa, barangsiapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah (ampunan) yang sama.” (Muslim-Ahmad)



BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Qoyyim, Ibnul.(1994). Akibat berbuat maksiat, Penerjemah : Nabhani Idris. Jakarta : Gema Insani Press Cet. I.

Qoyyim, Ibnul.(2008). Kiat-kiat meninggalkan maksiat Penerjemah : Ahmad Warbi. Solo : Tiga serangkai

Majalah Suara Islam Edisi Maret 2012 (http://www.suara-islam.com/detail.php?kid=4366)

dulrohman.blogspot.com


menaraislam.blogspot.com


Penulis: Mudrikatul Jannah, Siswi Kelas XII IPA 1,
MAN Insan Cendekia Gorontalo.
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Latest Posts

Back to Top

Recent Posts

default
Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Cari Blog Ini

Blog Archive


CAHAYA ISLAM

Join & Follow Me

Recommend us on Google!

Postingan Populer

Sepakbola GP

Blog Archive