Pastikan anda me-like Cahaya Islam di Fans Page Facebook untuk mendapatkan informasi yang up to date.
PEMBOIKOTAN KAUM KAFIR QURAISY TERHADAP KAUM MUSLIMIN
Setelah dakwah Rasulullah saw memperoleh hasil
yang bagus, yakni ditandai dengan berhasilnya beberapa masyarakat dari berbagai
kalangan memeluk agama Islam atau ajaran tauhid yang dibawa oleh baginda Rasul
Muhammad saw baik setelah dakwah beliau secara sembunyi-sembunyi ataupun
terang-terangan, kaum kafir Quraisy sangat membeci dan menolak adanya ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Dan pada akhirnya segala pertentangan pun
mereka lakukan.
Penentangan kaum
kuffar terhadap dakwah Islam dilakukan dengan segala cara. Dengan cara hal yang
manis menggiurkan, berupa tawaran duniawi, cara ini tidak mempan. Dengan cara
tawar menawar, yaitu tawaran kepada Muhammad saw. agar menyembah tuhan mereka sehari,
dan mereka menyembah Tuhannya Muhammad sehari. Dengan cara teror, intimidasi
bahkan upaya pembunuhan. Semua cara berujung kegagalan.
Demikianlah Allah
menggagalkan teror, tipuan, dan tawar menawar di hadapan gelombang dakwah di
jalan Allah swt. Mereka gagal memadamkan cahaya iman dan tauhid.
Maka kaum Quraisy
kembali menggunakan cara kekerasan dan penindasan kepada kaum muslimin dengan
perlakuan yang tidak tertahankan manusia kecuali mereka yang beriman.
Rasulullah saw. yang melihat penderitaan para sahabatnya itu, dan sama sekali
tidak bisa melawan, menyuruh mereka untuk meninggalkan kampung halamannya itu,
dilandasi oleh semangat menyelamatkan, maka terjadilah hijrah ke Habasyah.
Ketika dakwah Nabi Saw.
telah menemukan keharumannya, para pemuka Quraisy semakin menampakkan
ketidaksukaannya. Ketika Hamzah bin Abdul Muthalib, seorang yang sangat
disegani keberanian dan ketegasannya, menyambut seruan Nabi Saw. untuk memeluk
Islam, para penguasa kafir semakin habis kesabarannya. Terlebih tatkala Umar
bin Khaththab, panglima perang yang paling ditakuti keberaniannya dan paling
didengar pendapatnya, mengikuti jejak Hamzah, lengkaplah kemarahan orang-orang
kafir itu kepada Muhammad Saw.
Para pemuka Quraisy kafir
itu berkumpul. Mereka menentukan langkah yang lebih mengerikan dibanding
tindakan-tindakan mereka sebelumnya. Kalau pada awalnya mereka memberi ancaman
kepada Rasulullah Saw secara pribadi, disertai siksaan dan makian kepada
orang-orang yang mengikutinya secara sendiri-sendiri, maka kali ini mereka
bersepakat untuk membuat Muhammad Saw beserta setiap jiwa yang mengikuti
seruannya maupun yang membela dan melindungi, mengalami penderitaan berat yang
melemahkan jiwa. Dan langkah mematikan yang mereka pilih adalah boikot dan
embargo.
Dengki Pangkal Penentangan
Tidak diragukan lagi
bahwa penyebab semua ini adalah rasa iri (hasad) dan kesombongan tanpa
argumentasi seperti yang dilakukan oleh Al-Walid bin Al-Mughirah, yang
mengatakan:
أَيَنْزِلُ عَلَى ” مُحَمَّدٍ ” وَأُتْرَكُ أناَ كَبِيْرُ قُرَيْشٍ
وَسَيِّدُهَا وَيُتْرَكُ أَبُوْ مَسْعُوْدٍ، وَنَحْنُ عَظِيْمَا الْقَرْيَتَيْنِ ؟
“Bagaimana mungkin diturunkan
kepada Muhammad, tidak kepadaku, sedangkan aku yang menjadi pembesar dan
pemimpin suku Quraisy, tidak diberikan kepada Abu Mas’ud, sedang kami berdua
yang menjadi para pembesar dua negeri.”
Maka Allah turunkan
ayat 31-32 surah Az Zukhruf:
“Dan mereka berkata: “Mengapa
Al Quran Ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri
(Mekah dan Thaif) ini? Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami
Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Pemboikotan Total
Kaum musyrikin
berkumpul untuk menetapkan cara efektif menghentikan Islam dan Nabinya.
Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk menulis selembar kesepakatan
pemutusan hubungan total dengan Bani Hasyim dan Bani Abdil-Muththalib. Pengumuman
itu berisi:
1.
Barang siapa yang
setuju dengan agama Muhammad, berbelas kasihan kepada salah seorang pengikutnya
yang masuk Islam, atau memberi tempat singgah pada salah seorang dari mereka,
maka ia dianggap sebagai kelompoknya dan diputuskan hubungan dengannya.
2.
Tidak boleh menikah
dengannya atau menikahkan dari mereka.
3.
Tidak boleh berjual
beli dengan mereka.
Kemudian mereka
gantung pengumuman ini di salah satu sudut Ka’bah untuk menegaskan kekuatan
isinya.
Pertolongan Allah
Di tengah penderitaan
inilah Allah swt. menundukkan sebagian orang Quraisy untuk membantu kaum
muslimin yang terisolir. Di antara mereka itu adalah Hisyam bin Amr, seorang
yang dimuliakan kaumnya. Hisyam membawa untanya penuh makanan di malam hari ke
Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Begitu sampai di dekat lembah ia lepaskan
kendali untanya kemudian dihentikannya unta itu. Demikian juga ketika untanya
itu membawakan pakaian. Untuk meringankan penderitaan kaum muslimin yang
terisolir.
Di tengah isolasi
total ini Bani Hasyim dan Bani Muththalib ikut bergabung baik yang muslim
maupun yang kafir kepada Rasulullah saw, mereka masuk ke syi’b (lembah) Bani
Hasyim. Mereka yang kafir bergabung dengan motivasi kesukuan dan kekerabatan,
sedang yang muslim dengan motivasi akidah. Selain Abu Lahab, yang berada
bersama kafir Quraisy mendukung permusuhannya dengan kaumnya.
Keadaan ini
berlangsung selama tiga tahun, kaum Quraisy. Kaum Quraisy semakin memperketat
isolasinya kepada kaum muslimin sehingga mereka tidak memiliki bekal makanan.
Kesulitan mereka sampai pada kondisi hanya makan dedaunan.
Anak-anak kaum
Muslimin menangis kelaparan, dan tangisan mereka terdengar dari balik lembah.
Kaum Muslimin tetap sabar dan tegar dari tekanan yang mencelakakan ini dengan
terus mengharapkan pertolongan Allah.
Bentuk Kemarahan dan Penindasan
Perhatikanlah bentuk
kemarahan yang sampai ke puncaknya. Ketika datang kafilah datang ke Mekah, dan
salah seorang sahabat Nabi datang ke pasar untuk membeli makanan bagi
keluarganya, maka Abu Lahab seketika itu mengumumkan kepada para pedagang:
يَا مَعْشَرَ التُجَّارِ غَالُوْا عَلَى أصْحَابِ ” مُحَمَّد ”
حَتَّى لاَ يُدْرِكُوْا مَعَكُمْ شَيْئاً، وَقَدْ عَلِمْتُمْ مَالِي وَعَلِمْتُمْ
كَذَلِكَ وَفَاءَ ذِمَّتِي، فَأنَا ضَامِنٌ، وَلاَ خَسَارَةَ عَلَيْكُمْ
“Wahai para pedagang!
Naikkan hargamu kepada sahabat-sahabat Muhammad sehingga mereka tidak bisa
membeli apapun, kalian semua sudah mengetahui kekayaanku, dan kalian sudah tahu
bahwa saya akan menepati janjiku, saya akan mengganti kalian semua, tidak akan
ada kerugian atas kalian.”
Maka para pedagang
itu menaikkan harganya berlipat-lipat, dan ketika sahabat itu pulang kembali ke
rumahnya, anak-anaknya menangis kelaparan, dan tangannya kosong tidak membawa
makanan yang bisa mereka konsumsi.
Kemudian pedagang itu
datang ke rumah Abu Lahab, membayar makanan dan pakaian yang mereka bawa,
sehingga kaum mukminin mengalami kelaparan.
Pembatalan Lembar Pengumumam
Allah swt. tidak akan
pernah melupakan Nabi pilihan-Nya dan orang-orang yang beriman bersamanya. Maka
Allah jadikan hati orang-orang masih punya kasih sayang, berbelas kasihan
kepada mereka. Hal ini jelas sejak Hisyam bin Amr yang membawa untanya dengan
perbekalan makanan lalu diarahkan ke Syi’b, mengantarkan makanan kepada kaum
muslimin yang terisolir.
Hisyam din Amr
kemudian menghubungi Zuhair bin Abi Umayyah bin Al Mughirah, ia sampaikan
kepadanya, “Wahai Zuhari, relakah kamu makan makanan, berpakaian, dan menikah,
sementara paman dan bibimu dalam keadaan yang kamu tahu, tidak boleh jual beli,
tidak boleh menikah atau dinikahi. Sedang aku bersumpah dengan nama Allah:
Bahwa kalau paman bibinya Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), kau ajak seperti
yang aku sampaikan kepadamu, mereka tidak akan pernah mau menerimanya.
Zuhair berkata:
“Celaka sekali wahai Hisyam, lalu apa yang bisa kita lakukan? Aku hanya seorang
diri. Demi Allah, jika ada orang lain bersama dengan kami, maka kami akan cabut
isolasi ini, aku batalkan embargo ini.”
Hisyam bin Amr
menjawab, “Aku menemukan orang lain.”
Kata Zuhair bin Abi
Umayyah, “Siapa dia?”
Kata Hisyam, “Saya.”
Kata Zuahair, “Cari
seorang lagi, sehingga kita bertiga.”
Kemudian Hisyam
menemui Muth’im bin Adiy, menceritakan seperti yang disampaikan kepada Zuhair
bin Umayyah
Kata Muth’im,
“Carilah orang ke empat.”
Kemudian Hisyam menemui
Abul Buhturiy bin Hisyam, ia sampaikan seperti yang ia sampaikan kepada Muth’im
bin Adiy
Abul Buhturiy
bertanya, “Adakah orang lain yang membantu hal ini?”
Kata Hisyam, “Ada.”
Kata Abu Buhturiy,
“Siapa dia.”
Kata Hisyam, “Zuhair
bin Umayyah, Muth’im bin Adiy, dan aku bersamamu
Kata Al Buhturiy,
“Carilah orang kelima.”
Kemudian Hisyam
menemui Zam’ah bin Al-Aswad bin Al-Muththalib, ia sampaikan kepadanya tentang
kedekatan hubungan keluarganya dan hak mereka.
Zam’ah menanyakan,
“Apakah urusan yang kau sampaikan kepadaku ini ada orang lain?”
Kata Hisyam, “Ada,”
kemudian ia sebutkan orang-orang yang telah ia temui.
Kemudian mereka
bersepakatan untuk bertemu malam hari di sebuah bukit di Mekah.
Di sanalah mereka
berkumpul dan bersepakat untuk membatalkan pengumuman pembokiotan. Dan ketika
datang pagi hari mereka pergi ke tempat pertemuannya. Zuhair bin Umayyah thawaf
di Ka’bah tujuh kali putaran. Kemudian berdiri menghadapkan wajahnya kepada
para hadirin dan mengatakan:
Wahai warga Mekah,
apakah kita makan, memakai pakaian sementara Bani Hasyim mati kelaparan, tidak
boleh jual beli, demi Allah saya tidak akan duduk sehingga pengumuman embargo
yang zhalim ini dirobek.
Abu Jahal berkata
-ada di salah satu sudut masjid, “Bohong kamu, demi Allah, pengumuman itu tidak
boleh dirobek.”
Zam’ah bin Al-Aswad:
Engkau, demi Allah, lebih pendusta, kami tidak pernah menyetujuinya sejak
engkau menulisnya.
Abul Buhturiy
berkata, “Benar Zam’ah, kami tidak setuju tulisan itu dan tidak pernah
mengakuinya.”
Al-Muth’im bin Adi
berkata, “Kalian berdua benar, dan bohong orang yang mengatakan selain yang
kalian berdua katakan. Kami berlepas diri darinya dan tulisan yang ada di
dalamnya.”
Hisyam bin Amr
berkata seperti yang dikatakan Al-Muth’im bin Adiy
Abu Jahal berkata,
“Ini pasti sudah diputuskan di malam hari, kalian telah bermusyawarah tentang
hal ini di luar tempat ini.”
Abu Thalib saat itu
berada di salah satu sudut masjid menyaksikan pertarungan yang terjadi di
antara mereka.
Kemudian Muth’im bin
Adiy berdiri ke tempat ditempelkannya pengumuman itu untuk merobeknya, dan
ternyata pengumuman itu sudah dimakan tanah kecuali kalimat ‘Bismikallahumma’
yang menjadikan kebiasaan orang Arab menulis surat.
Perhatikanlah,
bagaimana Allah swt. menundukkan mereka ini untuk membantu Islam dan kaum
muslimin, berdiri di sisi yang benar. Tidak diragukan lagi bahwa yang mendorong
hal ini adalah pertolongan Allah swt. pada rasul-Nya, dan kaum mukminin yang
ada.
Kemudian perhatikan
pula, tanah yang makan pengumuman itu, kecuali nama Allah Yang Maha Agung. Hal
ini menjadi bukti yang sempurna bahwa Allah swt. Maha Suci dari seluruh ucapan
orang-orang zhalim.
Dampak Embargo
Embargo ini berdampak
baik bagi Islam dan kaum muslimin, antara lain:
1.
Kaum muslimin dapat mengambil
pelajaran langsung tentang kesabaran dan daya tahan. Mereka menyadari bahwa
kehilangan keuntungan dan hancuran sarana-sarana kebaikan tertentu adalah
kewajiban pertama yang harus diberikan dalam pengorbanan di jalan aqidah.
Tekanan-tekanan itu tidak akan membunuh para da’i bahkan semakin memperkuat
akar dan dahannya.
2.
Bahwa ketika Allah
swt. menghendaki salah seorang hamba-Nya menfokuskan diri pada da’wah,
kebaikan, dan perbaikan, akan diletakkan di hatinya rasa tidak senang dengan
apa yang dialami masyarakatnya, yang berupa kerusakan dan kesesatan.
3.
Orang-orang Quraisy
tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari nanti, cepat atau lambat, fajar baru
akan terbit, Mekah akan bersih dari berhala, Adzan berkumandang di seluruh
sudutnya, dan orang-orang yang pernah diboikot itu akan menjadi pemegang
kendali, para pemimpin yang memutuskan persoalan, dan mereka menjadi tawanan
yang mengharapkan ampunan. Mereka hanya meyakini bahwa hari ini dan nanti
adalah milik mereka, akan tetapi Allah balikkan harapannya, dan memberikan
kemenangan besar kepada pembawa kebenaran.
“Dan di hari (kemenangan bangsa
Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. Karena pertolongan Allah.
Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya.” (Arrum: 4-5).
Pelajaran Berharga
Motivasi akidah
adalah satu-satunya motivasi kaum muslimin untuk memeluk Islam, meskipun
menghadapi tekanan keras, dan tidak ada motivasi lain, apalagi yang bersifat
materi.
·
Di antar cara bijak
para da’i menghadapi ahlul batil adalah dengan argumentasi dan bukti, serta
mendakwahinya dengan berangkat dari realitas yang mereka alami, tidak boleh
menyikapi siksaan dengan siksaan, makian dengan makian.
·
Seorang muslim tidak
boleh tunduk dan bertahan dengan gangguan jika mampu membalasnya, atau ada
orang yang membantunya menangkis siksaan itu. Seperti yang dilakukan kaum
muslimin ketika Hamzah dan Umar masuk Islam, serta bantuan keluarga seperti Abu
Thalib.
·
diperbolehkan bagi
seorang muslim untuk menangkis ahlil batil, mengungkapkan kepalsuan akidahnya,
penyimpangan fikrahnya dengan serangan tidak membahayakan diri da’i dan
teman-temannya dari jebakan musuh.
·
Seorang pemimpin
sukses adalah yang mampu mencerahkan pasukan dan potensinya untuk menghindari
gangguan, dan beralih kepada peperangan terbuka melawan musuhnya pada waktu,
tempat yang baik bagi da’wah.
·
Hijrah kaum muslimin
ke Habasah adalah buah dari hubungan baik antara Islam dan Nasrani, serta
kesepakatan untuk melawan kaum musyrikin, optimalisasi kekuatan yang tidak
mengganggu dan memusuhi Islam dengan terbuka.
·
Jika seorang muslim
komitmen dengan akidah yang lurus, maka akan mengusir kebimbangan hatinya,
menguatkan cahaya keyakinan hatinya.
·
Kaum kafir melakukan
pemutusan total dengan Rasulullah dan kaum muslimin karena Islam mulai
menggoncang sendi-sendi aqidah mereka yang batil dan eksistensi spiritualnya
dengan kuat. Mereka hanya mengikuti agama nenek moyang dan para pendahulunya.
·
Para pemimpin
simbolis yang mendapatkan keuntungan materi, status sosial adalah orang-orang
pertama yang memusuhi Islam, dan akan terus memusuhinya karena ia takut
kehilangan posisi dan popularitas diri. Kehilangan kekuasaan dan kedudukan.
·
Masuk Islamnya Umar
dan Hamzah adalah masuk Islamnya pemimpin yang akan berperan banyak dalam
keseimbangan haq (benar) dan batil (salah).
·
Kaum muslim
memanfaatkan semangat kesukuan dalam mencabut embargo
·
Para da’i ilallah
keluar dari ujian dan penderitaan yang menimpanya dalam keadaan lebih tangguh,
lebih kaya pengalaman, lebih mampu bergerak mencapai sasarannya, ketika mereka
dapat mengambil buah ujian itu.
·
Tsiqah yang utuh
dengan janji Allah yang akan memberi pertolongan dan tsiqah yang utuh kepada
pemimpin dibarengi dengan harapan pahala di sisi Allah.
·
Berkorban dengan jiwa
dan yang paling berharga adalah ciri para da’i yang mengharapkan balasan dari
Allah.
·
Pertolongan itu pasti
datang jika sifat-sifat kelayakan untuk mendapatkan pertolongan itu terpenuhi.
·
Ahlul batil
mengeluarkan hartanya untuk meninggikan kebatilannya, maka menjadi kewajiban
ahlul haq untuk membelanjakan yang mahal dan mulia dalam rangka meninggikan
kalimatul haq (kebenaran).
·
Bangsa Arab meski
dalam jahiliyah memiliki janji dan kesepakatan yang tidak bisa dilanggar
kecuali jika menyatakan dengang terbuka pembatalah janji itu. Dari itulah
mereka tidak bisa keluar dari isi pengumuman itu sebelum pengumuman itu
dirobek.
·
Allah swt menjaga
kaum muslimin, dan menundukkan tokoh-tokoh kafir untuk membela mereka dan
memecah barisan kaum musyrikin.
·
Allah memiliki
beberapa pasukan, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah yang bekerja untuk
membantuk kaum muslimin, seperti yang dilakukan tanah terhadap lembar
pengumuman embargo. Allahu a’lam.
Referensi
a. As-Sirah An-Nabawiyah Durusun wa ‘Ibar,
karya – DR. Musthafa As-Siba’
b. Sirah Nabawiyah – Ibnu Hisyam
c. Zaadul Ma’ad – Ibnul Qayim
d. Arrahiqul Makhtum – Al Mubarak Furi
e. Nurul Yaqin – Khudhari
f. Assirah Annabawiyah – Ibnu Katsir
0 Comments:
Posting Komentar