Pastikan anda me-like Cahaya Islam di Fans Page Facebook untuk mendapatkan informasi yang up to date.
![]() |
Ilustrasi - Ka`bah di Masjid Al-Harom, Makkah Al-Mukarromah |
Perkembangan Dakwah Nabi saw Periode Mekkah
Hidup di tengah-tengah orang Arab yang gemar memuja berhala
tidak membuat Nabi Muhammad Saw. ikut-ikutan memuja berhala bahkan beliau
membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang dianut oleh sebagian besar
bangsa Arab. Nabi Muhammad Saw. tidak pernah memuja berhala, Nabi Muhammad Saw.
lebih sering mengasingkan diri untuk berfikir tentang penciptaan alam semesta beserta
segenap isinya. Gua Hira’ yang berada di bukit Nur (Jabal Nur) adalah tempat di
mana beliau berkhalwat dengan khusyu hingga menerima wahyu Allah Swt.
I. Sejarah Dakwah
Rasulullah Saw. pada Periode Islam di Mekkah.
Memasuki 14 tahun usia pernikahan Nabi Muhammad Saw. dengan Siti
Khadijah, Nabi Muhammad Saw. sering melakukan ibadah diiringi dengan memohon petunjuk
kepada Allah Swt., berkhalwat di Gua Hira, yaitu ua yang berada di bukit Nur (Jabal
Nur) yang terletak di dekat Mekkah. Berkhalwat ini dilakukan Nabi Muhammad Saw.
dengan khusyuk, kadang sampai beberapa hari beliau baru pulang jika bekal sudah
habis. Di sanalah, beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan
bermalam-malam. Pada malam bertepatan dengan malam Jum’at tanggal 17 Ramadhan,
yaitu ketika beliau sedang bertafakur di dalam Gua Hira dan telah berusia empat
puluh tahun, beliau didatangi malaikat Jibril yang seraya berkata kepadanya: “Bacalah!”,
ya Muhammad, beliau menjawab: “Saya tidak bisa membaca”. Malaikat
Jibril memeluk Nabi Muhammad mengulangi perintah ini untuk kedua kalinya . Dan
pada yang ketiga kalinya, Nabi Muhammad berkata apa yang harus saya baca, lalu Jibril
berkata kepadanya, dengan membawa wahyu pertama dari Allah Swt. :
Artinya : “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah;Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (Al -‘Alaq : 1– 5).
Nabi Muhammad Saw. mengikuti apa yang diucapkan malaikat Jibril
dengan baik sampai hafal. Setelah itu, Jibrilpun meninggalkannya, dan
Rasulullah sudah tidak kuat lagi berada di gua Hira’. Akhirnya beliau pulang ke
rumahnya dengan raut muka yang pucat dan menghampiri istrinya Siti Khadijah.
Siti Khadijah merasa heran dan bertanya “Apa yang sedang terjadi ?” dengan
gemetar sambil berkata: “Selimuti saya!, selimuti saya!”, maka Siti Khadijahpun
menyelimutinya, sehingga rasa takutnya sirna. Lalu memberitahu Siti Khadijah
tentang apa yang telah diperolehnya di Gua Hira’ dan berkata: “Sungguh saya
khawatir terhadap diriku”. Khadijah menanggapinya dan menenangkan serta
meyakinkan Nabi Muhammad Saw.: “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan
merendahkan dirimu untuk selamanya, karena sesungguhnya engkau adalah orang
yang menyambungkan tali persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain,
memberi orang yang tak punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran”.
Setelah tenang Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad Saw. untuk
menemui saudaranya seorang ahli kitab Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah Nabi
Muhammad Saw. menceriterakan semua yang terjadi, Waraqah bin Naufal dengan penuh
perhatian mendengarkan cerita yang disampaikan Nabi Muhammad, kemudian Waraqah
membuka kitab Taurat dan Injil serta berkata “Demi Tuhan, yang datang itu
adalah Malaikat Jibril yang pernah datang pada Nabi Musa, baikbaiklah menjaga
diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi Rasul,
jangan takut, tapi gembiralah menerima wahyu itu”. Setelah Nabi Muhammad Saw.
mendapat wahyu yang pertama dari Allah Swt. dan juga telah mendapat nasehat
dari Waraqah bin Naufal. Beberapa malam Nabi Muhammad Saw. telah siap menerima
wahyu kembali, tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Baru pada malam
ke-40 wahyu kedua turun, waktu itu Nabi sedang berjalan-jalan ke suatu tempat.
Tiba-tiba mendengar suara : “Ya Muhammad, engkau benar utusan Allah”. Nabi
merasa takut mendengar suara itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh
istrinya Siti Khatijah menyelimuti, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan
semakin dekat Jibril mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan
langit, lalu turunlah ayat:
Artinya : “ Hai
orang yang berkemul (berselimut); Bangunlah, lalu berilah peringatan!; Dan
Tuhanmu agungkanlah!; Dan pakaianmu bersihkanlah; Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah.”(QS. Al-Mudatsir : 1 – 5).
Setelah menerima dan menghafal wahyu itu, Nabi Muhammad Saw.
menanggalkan selimutnya, rasa takut dan gemetarnyapun hilang. Mulai saat itulah
Muhammad telah diangkat oleh Allah Swt. menjadi Nabi dan Rasul. Tugas baru
telah datang, yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia, setelah
itu wahyu pun turun terus menerus dan berkelanjutan. Kepada pamannya Abu
Thalib, Nabi Muhammad Saw. berkeinginan untuk menyampaikan wahyu tersebut
tetapi beliau takut kalau kurang mendapat sambutan. Nabi memulai dakwahnya,
yang terbagi ke dalam dua fase. Fase Pertama Secara sembunyisembunyi (Sirriyah).
Pada fase ini Nabi Muhammad Saw. menyeru keluarga dan sahabat dekatnya, Siti
Khadijah masuk Islam dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya yang
mulia. Sehingga, ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Kemudian,
sebagai balas budi pada Abu Thalib, Nabi memilih Ali untuk dididik dan
ditanggung nafkahnya. Dalam kondisi seperti ini, hati Alipun terbuka
dan akhirnya masuk
Islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Haritsah, seorang budak yang telah
dimerdekakan oleh Siti Khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah juga bercerita
kepada teman akrabnya, Abu Bakar, maka iapun beriman dan membenarkannya, tanpa
ada keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman seperdagangannya dan mereka
menyambut dengan baik, di antara mereka yang kemudian masuk Islam adalah Utsman
bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah
Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam. Fase kedua secara
terang-terangan (jahriyah) setelah Allah Swt. menurunkan Firmanya;
Artinya “Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.” (QS
As-Syu’ara: 214).
Nabi menyeru Bani Abdul Muthalib sesudah mereka berkumpul
berkatalah Nabi ; “Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda
membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk
kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat.” Perkataan Nabi
Muhammad Saw. ini disambut dan dibenarkan oleh sebagian dari mereka yang hadir,
tetapi ada juga sebagian yang mendustakannya, Abu Lahab pamannya sangat
mendustakan demikian juga istrinya. Abu Lahab berkata; “Celakalah engkau !
apa untuk inikah kami engkau panggil ?. sehubungan dengan tindakan Abu
Lahab ini Allah Swt. menurunkan firman-Nya :
Artinya :”
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!), Tidaklah berguna
baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api
yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar
(penyebar tnah). Di lehernya
ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS Al-Lahab: 1-5)
Kedua fase tersebut dikenal dengan berdakwah secara
sembunyi-sembunyi (sirriyah) yang beliau lakukan selama tiga tahun. Dikatakan
secara sembunyi-sembunyi disini, mengingat tempat para sahabat, pengikutnya,
dan orang-orang yang mereka ajak masuk Islam tersebut bersifat sangat rahasia.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw. mendapat pengikut sekitar 30 orang, mereka
mendapat sebutan “Assabiqunal Awwalun” artinya orang yang pertama kali
masuk Islam. Sudah banyak yang beriman kepada Rasulullah Saw., namun mereka
masih menyembunyikan keislaman mereka. Karena jika satu saja urusan mereka terungkap,
maka ia akan menghadapi berbagai siksaan keras dari kaum kafir Quraisy hingga
ia murtad (keluar) dari agama Islam.
I. Dakwah secara
terang-terangan (seruan umum)
Selama lebih kurang tiga tahun Nabi Muhammad Saw. berdakwah
secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
Artinya : “Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. Al-Hijr : 94)
Ayat ini menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad Saw. secara
terangterangan (secara umum) menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama
Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba
sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh. Pada
suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Quraisy, hingga
orang-orangpun mengerumuninya. Di antara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab,
seorang tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tatkala
orang-orang telah berkumpul, beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya
saya memberitahu kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang menanti
kalian, apakah kalian mempercayai saya?”, mereka menjawab: “Yang
terlintas di hati kami tentang anda adalah kejujuran dan amanah”, beliau lalu
bersabda: “Saya adalah orang yang memberi peringatan kepada kalian bahwa di
hadapan kalian ada siksa yang maha berat”. Kemudian Rasulullah Saw.
mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala yang selama ini
mereka sembah. Abu Lahab langsung keluar dari kerumunan orangorang dan berkata:
“Celakalah kamu!, apakah karena ini kamu mengumpulkan kami?”.
Nabi Muhammad Saw. tetap melanjutkan dakwah dan memulai secara
terangterangan di tempat-tempat mereka berkumpul, mengajak mereka masuk agama Islam,
bahkan beliau melakukan shalat di sisi Ka’bah. Orang – orang kafir yang tidak
suka dengan ajaran Islam semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad
Saw., sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin yakni
dengan menghalangi hamba sahaya dan orang-orang lemah, sebagaimana yang dialami
Yasir dan puteranya ‘Ammar serta istrinya Sumaiyah. Yasir yang akhirnya mati
syahid, sedangkan istrinya Sumaiyah wafat karena ditikam tombak Abu Jahal,
bahkan Sumaiyah adalah wanita pertama dalam Islam yang mati syahid disebabkan
oleh penyiksaan. Begitu pula siksaan yang ditimpakan Umayyah bin Khalaf dan Abu
Jahal kepada Bilal bin Rabah, Khabab Ibnul Aris dan yang lainnya. Sebelumnya,
Bilal masuk Islam melalui perantara Abu Bakar. Suatu ketika Umayyah
mengetahuinya, lalu ia pun menimpakan berbagai macam siksaan agar Bilal mau
meninggalkan Islam. Namun, Bilal menolak dan tetap berpegang teguh pada agama
Islam. Lalu Umayyah membawa Bilal keluar kota Mekkah dalam keadaan terikat
rantai. Setelah tubuhnya ditelentangkan di atas padang pasir yang membara,
diletakkan batu besar di atas dadanya, untuk kemudian Umayyah beserta para
pengikutnya menghujaninya dengan cambukan. Sungguh suatu penyiksaan yang diluar
batas peri kemanusiaan. Namun, Bilal berkali-kali hanya mengucapkan Ahad,
Ahad, (Yang Maha Esa), hingga akhirnya Abu Bakar melihatnya. Dengan
seketika itu, Abu Bakar membelinya dari Umayyah dan memerdekakannya di jalan
Allah Swt. Dari serangkaian siksaan yang mendera kaum muslimin ini, Rasulullah
Saw. melarang kaum muslimin mengumumkan keislman mereka, sebagaimana yang beliau
lakukan ketika berkumpul dengan cara diam-diam. Karena seandainya beliau
berkumpul secara
terang-terangan, maka kaum musyrikin pasti menghalangi beliau dalam
menyampaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa
jadi akan mendatangkan bentrokan di antara dua kelompok. Dan sudah diketahui,
bahwa bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran
dan kebinasan kaum
muslimin, mengingat sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah yang
paling nyata di sini adalah mereka harus masuk Islam secara sembunyi-sembunyi.
Lain halnya dengan Rasulullah Saw. beliau tetap berdakwah dan beribadah secara
terang-terangan di hadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menerima
siksaan dari kaum kafir Quraisy. Ada beberapa Faktor yang mendorong kaum
Quraisy menentang seruan Islam yaitu :
1.
Persaingan berebut kekuasaan, kaum Quraisy
tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa
tunduk pada Nabi Muhammad Saw. berarti pada kekuasan Bani Abdul Muthalib.
Sedangkan susku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan
pengaruh.
2.
Penyamaan hak antara kaum bangsawan dengan
rakyat biasa (hamba sahaya), tradisi sosial bangsa Arab mengenal kasta,
tiap-tiap manusia digolongkan ke dalam kasta-kasta, padahal seruan Nabi
Muhammad Saw. memberikan hak yang sama kepada setiap manusia, karena itu kasta
bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam. Bahkan hamba sahaya bisa
lebih mulia dari tuannya apabila dia lebih bertaqwa, Allah Swt. berfirman;
Artinya;” ……
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. …… (QS Al-Hujurat; 13)
3.
Takut akan hari pembangkitan, agama Islam mengajarkan
bahwa setelah hari kiamat semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, orang
yang berbuat baik akan mendapat balasan yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan
mendapat siksaan. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama yang mengajarkan
bahwa manusia akan hidup kembali sesudah mati.
4.
Taklid kepada ajaran nenek moyang, kaum
Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti
agama baru tersebut.
5.
Faktor ekonomi, inilah yang menyebabkan kaum
Quraisy enggan meyakini Islam, kerena dalam agama Islam tidak diperbolehkan
menyembah berhala, padahal membuat patung adalah sebagai salah satu mata
pencaharian mereka.
II. Hijrah ke Habsyi
(Abesinia)
Dengan adanya siksaan demi siksaan yang terus menerus dilakukan
kaum kafir Quraisy kepada kaum muslimin, terutama kaum muslimin yang tergolong lemah
secara ekonomi. Mereka sangat menderita, karena penderitaan mereka inilah maka
Rasulullah Saw. meminta para sahabatnya untuk hijrah ke Habsyi demi menyelamatkan
agama mereka di sisi raja Najasyi, Rasulullah Saw. tahu bahwa Raja Habsyi
sangat adil dan tak pernah berbuat aniaya pada sesama manusia, kaum muslimin
akan aman disana, terutama keamanan sebagian besar kaum muslimin yang
mengkhawatirkan diri dan keluarga mereka dari kaum kafir Quraisy. Dan peristiwa
ini tepatnya terjadi pada tahun kelima dari masa kenabian.
Hijrah ke Habsyi
dilakukan kaum muslimin dalam dua gelombang, rombongan pertama kaum muslimin
yang berjumlah lebih kurang10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, pada tahun
ke 5 bulan ke tujuh kenabian. Dilanjutkan dengan rombongan hijrah kedua hingga
keseluruhannya berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Di antara
mereka terdapat Utsman bin Affan beserta isterinya, Ruqayah binti Muhammad,
Zubair bin Awwan, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abu Thalib sebagai pemimpin
rombongan dan lain-lain. Rombongan ini mendapat sambutan yang baik dan
penghormatan dari Raja Najasyi, namun Kaum Quraisy berusaha merusak kedudukan
mereka di Habsyi. Maka mereka mengirim utusan dipimpin Abdullah bin Abi Rabi’ah
dan Amr bin ’Ash serta memberi hadiah untuk raja dan memintanya agar
menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Mereka mengatakan kepada raja bahwa
kaum muslimin menjelekjelekkan Isa dan ibundanya. Tatkala raja Najasyi
menanyakan hal tersebut kepada kaum muslimin, dan merekapun menjelaskan
pandangan Islam tentang Isa dengan sebenar-benarnya, maka raja mengamankan
mereka dan menolak untuk menyerahkan mereka kepada Kaum Quraisy. Tidak hanya
itu kaum Quraisy juga melakukan pemboikotan atau pengucilan terhadap kaum
muslimin dari pergaulan dengan masyarakat Mekkah, yang digantungkan di dinding
Ka’bah, berisi antara lain :
1.
Tidak boleh melakukan jual beli kepada bani
Hasyim, bani Muthalib dan umat Islam.
2.
Dilarang mengadakan perdamaian dengan keluarga
bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam, kecuali Nabi Muhammad Saw.
diserahkan atau menyerahkan diri pada kaum kafir Quraisy
3.
Dilarang berbicara, mengunjungi orang sakit
dari keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam
4.
Dilarang mengadakan pernikahan dengan keluarga
bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam
5.
Pemukiman umat Islam dikucilkan di bagian
utara kota Mekkah dan dijaga ketat oleh kaum kafir Quraisy sehingga mereka
tidak dapat berhubungan dengan masyarakat Mekkah atau di luar Mekkah
Masih dalam tahun yang sama, di Bulan Ramadhan, Nabi Muhammad
Saw. pergi ke Mekkah. Di sana telah berkumpul sekelompok besar kaum kafir
Quraisy, lalu beliau berdiri di antara mereka. Namun tiba-tiba beliau membaca
surat an-Najm, padahal orang-orang kafir belum pernah mendengarkan kalam Allah,
mengingat sebelumnya mereka selalu berwasiat agar tidak mendengar ucapan Rasulullah
sedikitpun. Ketika beliau mengejutkan mereka dengan surat ini, dan mengetuk
telinga mereka dengan kalam Allah Swt. yang sangat menarik ini satu persatu
dari mereka tetap ditempatnya mendengarkan kalam Ilahi tersebut. Di hati mereka
tidak terlintas apapun selain kalam Ilahi ini, sampai ketika beliau membaca
ayat:
Artinya : “Maka
bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (QS. An- Najm : 62)
Kemudian merekapun bersujud. Setiap orang tidak dapat menguasai
dirinya untuk tidak bersujud. Dari kejadian ini, maka kaum kafir Quraisy yang
tidak menyaksikan peristiwa tersebut mencela atas perbuatan mereka. Ketika itu,
mereka mendustakan atas apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan berkata
bahwa Rasulullah telah memuji berhala-berhala mereka. Mereka juga berkata bahwa
syafaat berhala-berhala tersebut sangat diharapkan. Mereka melakukan kebohongan
besar ini sebagai alasan dari tindakan atas bersujud sebahagian dari mereka.
III. Hamzah dan Umar
bin Khathab Masuk Islam
Disaat Nabi Muhammad Saw. melaksanakan dakwah Islam kepada kaum
kafir Quraisy yang menentang dengan keras dakwah beliau, ada dua tokoh
terkemuka Quraisy yang masuk Islam, mereka adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan
Umar bin Khathab. Dengan masuknya kedua tokoh terkemuka Quraisy ini merupakan menambah
kekuatan bagi kaum muslimin dan harapan akan adanya kemenangan.
Umar bin Khathab
telah dijuluki oleh Rasulullah dengan al-Faruq, karena Allah telah memisahkan
antara yang haq dan yang bathil. Beberapa hari setelah keIslamannya Umar bin
Khathab berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas
kebenaran?” Beliau mejawab: “Memang demikian’. Umar berkata: “Kalau
begitu untuk apa kita bersembunyi dan menutup diri?” Setelah itu,
Rasulullah bersama kaum muslimin yang ada di Darul Arqam membentuk dua barisan.
Satu barisan dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib dan barisan lainnya dipimpinn
Umar bin Khattab bergerak menuju jalan-jalan di kota Mekkah dalam gerakan yang
menggambarkan kekuatan dalam perjalanan dakwah, dan sekaligus memulai dakwah
secara terang-terangan.
Kaum kafir Quraisy terus berusaha memerangi dakwah ini dengan
berbagai macam cara; menyiksa, menganiaya, mengintimidasi, dan membujuk. Namun,
semua itu tidak menghasilkan apapun, selain justru menambah keteguhan mereka terhadap
agama Islam dan menambah jumlah orang-orang yang beriman. Inilah pemikiran kaum
kafir Quraisy untuk memunculkan cara baru, yaitu menulis sebuah lembaran
(perjanjian) yang ditanda tangani oleh mereka semua, dan digantung di Ka’bah
untuk mengembargo kaum muslimin dan Bani Hasyim. Embargo ini berlaku di semua
aspek; tidak boleh terjadi transaksi jual beli, pernikahan, tolong- menolong,
dan bergaul dengan mereka. Kaum muslimin terpaksa keluar dari kota Mekkah
menuju ke salah satu celah gunung di Mekkah yang bernama celah gunung Abu
Thalib. Di sana kaum muslimin sangat menderita, mereka merasakan kelaparan dan
berbagai macam kesulitan. Orang-orang yang mampu di antara mereka menyumbang
sebagian harta mereka, bahkan Khadijah menyumbang semua hartanya. Wabah
penyakit melanda mereka yang menyebabkan kematian
sebagian mereka.
Namun demikian, mereka dapat bertahan dan bersabar, tidak ada seorangpun dari
mereka yang mundur. Embargo ini terus berlangsung selama tiga tahun.
Kemudian sekelompok pembesar Quraisy yang memiliki hubungan
kekerabatan dengan beberapa orang Bani Hasyim berusaha mencabut isi lembaran di
atas, dan mengumumkan pada khalayak ramai. Ketika mengeluarkan lembaran, mereka
menemukannya telah termakan oleh rayap, tidak ada yang tersisa kecuali satu
sisi kecil yang diatasnya tertulis “lafadz bismika allahumma” (dengan menyebut
nama-Mu, ya Allah). Akhirnya, krisispun sirna dan kaum muslimin beserta Bani
Hasyim kembali ke kota Mekkah. Namun kaum kafir Quraisy tetap pada sikap mereka
yang kejam dan bengis dalam memerangi kaum muslimin.
IV. Tahun Duka Cita
atau Ammul Huzni
Setelah umat Islam, keluarga bani Hasyim dan bani Mutholib
terbebas dari pemboikotan dan pengasingan dan Nabi Muhammad Saw. telah
melakukan dakwah lebih kurang 10 tahun. Selang beberapa bulan kemudian, dua
orang pelindung Rasulullah, Siti Khadijah binti Khuwalid dan Abu Thalib bin
Abdul Muthalib wafat. dua orang yang menjadi tulang punggung dalam melaksanakan
tugasnya menyiarkan agama Islam, Abu Thalib menjadi perisai yang melindungi dan
memelihara Nabi Muhammad Saw. dengan segala kekuatan dan ketabahan hati yang
dimilikinya. Penyakit keras telah menjulur ke seluruh tubuh Abu Thalib, dan ia
tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Tak lama kemudian ia menderita sakaratul
maut. Ketika itu Rasulullah berada di sisi kepalanya mengharap agar ia mau
mengucapkan kalimat la ilaha illallah sebelum kematiannya. Namun
teman-teman buruknya yang juga berada di sisinya, termasuk tokoh mereka Abu
Jahal, mencegahnya dengan berkata kepadanya: “Jangan tinggalkan agama
leluhurmu”. Akhirnya iapun meninggal dalam keadaan musyrik. Maka kesedihan
Rasulullah Saw. atasnya semakin berlipat ganda karena beliau telah ditinggalkannya
sebelum pamannya memeluk agama Islam. Namun pantas untuk dicatat saat Abu
Thalib sakaratul maut beliau mengucap “Aku telah yakin bahwa agama
Muhammad adalah agama yang paling baik” beberapa ahli sejarah mengambil kesimpulan
bahwa Abu Thalib bin Abdul Muthalib telah menganut agama Islam dengan tidak
memperlihatkan secara terus terang.
Siti Khadijah
binti Khuwalid isteri Nabi Muhammad Saw. wafat dalam usia 65 tahun. Selama 25
tahun Siti Khadijah menemani Nabi Muhammad Saw., Siti Khadijah sosok isteri
yang setia, orang yang mula pertama mengikuti ajaran Rasulullah, telah
menyokong perjuangan dakwah Islamiyah dengan segenap jiwa, raga dan harta, dan
selalu memberikan kesejahteraan serta ketenteraman pada diri Nabi Muhammad Saw.
menjadi mendamping dan pendukung misi dakwah Rasulullah, sehingga Rasulullah
Saw. semakin merasakan duka yang sangat pedih. Sementara itu cobaan yang ditimpakan
oleh kaumnya kepada beliau setelah kematian Abu Thalib dan isterinya, Khadijah,
justru semakin berat. Dengan meningglnya dua orang ini kaum Quraisy semakin
menekan Nabi Muhammad Saw. dengan menyakitinya secara fisik, menghina dan
melecehkan Rasulullah Saw. Abu Lahab, Hakim bin Ash dan Utbah bin Muit selalu
melempari kotoran dan najis di jalanan menuju rumah dan ke halaman rumah Nabi
Muhammad Saw., bahkan isteri Abu Lahab selalu meletakan duri atau
pecahan-pecahan di muka pintu Rasulullah Saw.
V. Nabi Muhammad Saw.
Hijrah ke Thaif
Sepeninggal Abu Thalib dan Siti Khadijah, puncak dari sikap
permusuhan kaum Quraisy semakin keras. Dalam kondisi ini timbul keinginan dari
Nabi Muhammad Saw. untuk berlindung ke Thaif negeri yang terkenal berhawa sejuk
dan keramahan penduduknya terhadap tamu yang datang. Dengan harapan masyarakat Thaif
berkenan mendengar dakwah Islam. Perjalanan ke Thaif ini sebenarnya tidaklah
mudah, mengingat sulitnya medan yang dilalui disebabkan gunung-gunung yang
tinggi yang mengelilinginya. Akhirnya, Beliau sampai di Thaif bersama Zaid bin
Tsabit. Akan tetapi, setiap kesulitan itu menjadi mudah bila berada di jalan
Allah. Selama sepuluh hari tinggal di Thaif Nabi menyampaikan seruan tauhid
meskipun ada yang mau menerima dakwah Islam, akan tetapi penduduk Thaif justru
banyak yang menolak beliau dengan penolakan yang lebih buruk. Mereka menyuruh
anak-anak kecil untuk melempari beliau dengan batu, sehingga kedua tumit beliau
berdarah. Akhirnya, beliau kembali melalui jalan semula menuju Mekkah dalam
keadaan sedih dan susah. Lalu Jibril bersama malaikat gunung menghampirinya.
Jibril memanggil beliau dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah mengutus
kepadamu malaikat gunung untuk kamu suruh sesuai keinginanmu”. Setelah itu
malaikat gunung berkata: “Hai Muhammad, jika kamu mau, aku akan meruntuhkan
kedua benda keras ini (maksudnya, dua gunung yang mengelilingi Mekkah) di atas
mereka”. Nabi menjawab: “Justru saya mengharap agar Allah mengeluarkan
dari keturunan mereka, orang yang mau menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak
ada sekutu bagi-Nya”.
Di antara beberapa debat yang dilancarkan kaum musyrikin
terhadap Rasulullah adalah mereka menuntut beberapa mukjizat tertentu darinya
dengan tujuan menundukkan beliau, dan hal ini terjadi berulang kali. Pernah
suatu kali, mereka meminta agar beliau dapat membelah bulan menjadi dua, lalu
beliau memohon kepada Allah, untuk kemudian memperlihatkan kepada mereka. Kaum
Quraisy menyaksikan mukjizat ini untuk waktu yang lama, tapi mereka tetap saja
tidak beriman. Bahkan, mereka mengatakan: “Muhammad telah bermain sihir di
hadapan kami”. Lalu seseorang berkata: “Kalaupun toh Muhammad mampu
menyihir kalian, namun ia tidak akan mampu menyihir semua orang. Oleh karena
itu, mari kita tunggu orang-orang yang sedang bepergian”. Tak lama
kemudian, orangorang yang sedang bepergian itu datang dan kaum Quraisy menanyai
mereka. Lalu mereka pun menjawab: “Benar kami telah melihatnya”. Namun
demikian kaum Quraisy tetap saja pada kekafiran mereka. Peristiwa terbelahnya
bulan ini, seakan-akan sebagai pembuka bagi sesuatu yang lebih besar darinya,
yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj.
VI. Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad Saw.
Kata “Isra” berasal dari bahasa Arab yang berarti
perjalanan malam, sedangkan menurut istilah Isra’ adalah perjalanan Nabi
Muhammad Saw. pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha atau
Baitul Maqdis di Palestina. Mi’raj berarti naik atau menuju keatas, menurut
istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad Saw. dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke
al Arsy (Sidrotul Munthaha) untuk menghadap Allah Swt. Isra’ Mi’raj
adalah pertolongan dari Allah Swt. untuk Nabi yang mulia ini. Pada malam ke-27
Rajab dari tahun kesepuluh masa kenabian, ketika Rasulullah tertidur, tiba-tiba
Jibril mendatangi beliau dengan membawa Buraq, yang dapat berlari kencang
laksana kilat, lalu Jibril menaikkan beliau di atas Buraq ini yang kemudian
dari sana beliau dinaikkan ke langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah
Swt. yang agung. Allah Swt. menceritakan peristiwa ini dalam firman-Nya :
Artinya: ”Mahasuci
(Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari
Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya ) agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra’ ; 1)
Perjalanan Nabi Muhammad Saw. dengan Malaikat Jibril yang
pertama menuju Masjidil Aqsha di Palestina, selama perjalanan mereka singgah di
lima tempat :
1. Kota Yatsrib,
sekarang disebut Madinah al-Munawarah.
2. Kota Madyan,
yaitu tempat persembunyian Nabi Musa as ketika dikejar tentara Fir’aun.
3. Thursina, yaitu
tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat
4. Bethlehem,
yaitu tempat kelahiran Nabi Isa as
5. Masjidil Aqsha
di Pelestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam tersebut.
Di setiap persinggahan Nabi Muhammad Saw. selalu melakukan
shalat dua rakaat. Nabi Muhammad Saw. juga disuguhi dua buah gelas yang berisi
susu dan arak, Nabi Muhammad Saw. mengambil sebuah gelas yang berisi susu,
kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat kepada Nabi Muhammad Saw. karena
beliau telah memilih yang baik bagi dirinya dan umatnya. Setelah menjadi imam
shalat Rasulullah Saw. bersama Malaikat Jibril menuju Sidratul munthaha untuk
menghadap Allah Swt. Dalam perjalanan menuju sidrotul munthaha Nabi Muhammad
Saw. dan Malikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu :
1. Langit pertama,
Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Adam
2. Langit kedua,
Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Ishaq
3. Langit ketiga,
Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Yusuf
4. Langit keempat,
Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Idris
5. Langit kelima,
Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Harun
6. Langit keenam,
Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Musa
7. Langit ketujuh,
Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Ibrahim
Setelah melewati ke tujuh lapis langit tersebut Rasulullah Saw.
diajak ke Baitul Makmur tempat para malaikat melaksanakan thawaf. Kemudian
Rasulullah Saw. naik menuju sidratul munthaha dan dalam perjalanan ini malaikat
Jibril tidak ikut serta. Kemudian Nabi Muhammad Saw. berjumpa dengan Allah
Swt., dalam pertemuan tersebut Allha Swt. memerintahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. untuk melaksanakan shalat sebanyak lima puluh waktu. Ketika hendak turun
nabi Muhammad Saw. bertemu dengan Nabi Musa AS dan diceriterakanlah apa yang telah
diperintahkan Allha Swt. kepada Nabi Muhammad Saw., Nabi Musa menyuruh Rasulullah
Saw. untuk kembali menghadap Allah Swt. untuk memohon keringanan perintah
shalat, Allah Swt. memberi keringanan kepada Nabi Muhammad Saw. menjadi lima
waktu untuk setiap harinya. Dan Allah Swt. menjanjikan pahala yang sama bagi
umat Nabi Muhammad Saw. seperti melaksanakan shalat 50 waktu.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. dalam waktu
singkat telah tersebar luas kabarnya di masyarakat Mekkah. Mengenai peristiwa
itu kaum kafir Quraisy semakin membenci serta mengejek dan mencemooh Nabi
Muhammad Saw. Abu Jahal menantang kepada Nabi Muhammad Saw. untuk
menceriterakan peristiwa itu kepada masyarakat Mekkah, setelah masyarakat
Mekkah berkumpul maka Nabi Muhammad Saw. menceriterakan peristiwa itu dengan
rinci dan tiada yang terlewati. Mendengar cerita Nabi Muhammad Saw. bagi umat
Islam yang masih lemah imannya banyak yang menjadi murtad tetapi bagi yang kuat
imannya tetap tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan itu, sebab
mereka telah yakin tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw. Cerita lain dari
peristiwa ini terhadap apa yang dilakukan Abu Bakar Ash Shidiq, ia mempunyai
sikap yang berbeda dengan yang lain, setelah ia datangi orang-orang yang masih
ragu dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, ia mendatangi Rasulullah Saw. dan meminta
penjelasan langsung dari beliau. Setelah mendengar sendiri dari Rasulullah Saw.
Abu Bakar Ash Shidiq langsung menerimanya, oleh sebab itu Nabi Muhammad Saw.
memanggilnya dengan sebutan ”Ash-Shidiq”.
VII. Tamsil dan Hikmah Isra’
Mi’raj
1. Tamsil dalam
Isra’
a. Nabi Muhammad
Saw. melihat orang yang memotong padi (panen) terus menerus, beliau bertanya
kepada Jibril, “siapakah mereka itu?” Jibril menjawab; “Mereka itu
adalah umatmu yang gemar beramal jariah yang kemudian mereka terus menerus
memetik pahalanya dari Allah Swt”.
b. Nabi Muhammad
Saw. melihat orang yang memukul kepalanya terus menerus, lantas beliau bertanya
pada Jibril ”Siapakah mereka itu ya Jibril?” dijawabnya “Mereka itu
ibarat umatmu yang enggan bershalat,
yang kelak sangat
menyesal dengan memukul kepalanya sendiri terus menerus sekalipun terasa sakit
olehnya”.
c. Nabi Muhammad
Saw. melihat kuburan yang sangat harum baunya, lalu beliau bertanya ”Apakah
itu ya Jibril?” jawabnya, “Itu kuburan Masithoh dan anaknya. Dia mati
karena disiksa dengan digodok oleh Fir’aun karena ia mempertahankan imannya
kepada Allah Swt.
d. Nabi Muhammad
Saw. melihat orang yang dihadapannya ada dua buah hidangan, sebelah kanannya
makanan lezat dan sebelah kirinya makanan busuk, orang itu dengan lahapnya
memilih makanan busuk. Rasulullah bertanya : ”Ya, Jibril siapakah mereka
itu?”. Jibril menjawab : ”Ya, Rasulullah, itu bagaikan umatmu yang suka
membiarkan nafsunya memilih pekerjaan yang buruk dan dosa daripada beramal baik
dan berpahala”.
2. Tamsil dalam
Mi’raj
Nabi Muhammad Saw.
melihat orang yang gagah perkasa, orang itu menengok dan melihat ke kiri merasa
sedih dan menangis tersedu sedu, tetapi bila menengok dan melihat ke kanan dia
berseri seri gembira dan tersenyum senyum. Nabi bertanya : “Siapakah orang
itu, ya Jibril?”, jawab Jibril :”Ya Rasulullah dia itu bapakmu yang
pertama yaitu Nabi Adam AS. Bila beliau melihat ke kiri sedih, karena melihat
anak cucunya di dunia berbuat jahat dan dosa. Sebaliknya, bila menengok ke
kanan merasa gembira, karena melihat anak cucunya di dunia yang berbuat baik
dan beramal shaleh”.
3. Hikmah dari
Isra’ Mi’raj
Ada banyak hikmah
dari peristiwa Isra’ Mi’raj yaitu sebagai berikut :
a. Menghilangkan
perasaan sedih dan gundah dalam diri Nabi Muhammad Saw. yang disebabkan oleh
meninggalnya pembelanya yang utama yaitu, pamannya Abu Thalib dan isterinya
siti Khadijah. Allah Swt.
ingin meyakinkan
utusan-Nya itu bahwa kebenaran dan keyakinan yang dibawanya tidak akan dapat
dikalahkan oleh siapapun.
b. Allah Swt.
hendak memperlihatkan ke-Maha KuasaNya kepada Nabi Muhammad Saw. agar ia tetap
yakin bahwa Allah akan tetap menolongnya dalam menghadapi musuh musuh yang
menghalangi dan membendung dakwah islam.
c. Allah Swt.
mempertemukan dan memperkenalkan Nabi Muhammad Saw. dengan para Nabi dan Rasul
terdahulu agar dapat menambah semangat dan keyakinannya.
d. Allah Swt.
memperlihatkan kepada Nabi Muhammad Saw. bekas bekas kejayaan bangsa bangsa
terdahulu yang hancur karena kedurhakaannya kepada Allah Swt. dan RasulNya.
e. Menguji para
pengikut Nabi Muhammad Saw. apakah mereka itu beriman kepada agama yang selama
ini sudah dianutnya, sekalipun akal dan pikiran mereka belum dapat mengerti dan
memahami kejadian tersebut.
f. Nabi Muhammad
Saw. dapat bertemu langsung kepada Allah Swt.
g. Allah Swt.
menyampaikan perintah melakukan sholat lima waktu kepada Nabi dan umatNya.
VIII. Perbandingan Kerasulan
Nabi Muhammad Saw.
dengan Rasul-rasul
Sebelumnya.
Ada perbedaan yang mendasar kerasulan Muhammad Saw. dengan
Rasul-rasul Allah Swt. yang lain di antaranya :
1. Nabi Muhammad
Saw. diutus untuk seluruh umat manusia, sedangkan Rasul- Rasul yang lain hanya
untuk kaumnya saja.
2. Nabi Muhammad
Saw. diutus Allah Swt. untuk memperbaiki dan menyempurnakan aqidah dan akhlaq
seluruh umat manusia di dunia. Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad Saw.
sebagai Rasul yang terakhir dan penutup dari Rasul-rasul sebelumnya.
3. Rasul-Rasul
sebelumnya oleh Allah Swt. diutus hanya untuk memperbaiki aqidah dan akhlaq
kaumnya saja, seperti Nabi Musa untuk kaum Luth, Nabi Ibrahim untuk bangsa
Ibrani dan Nabi Isa untuk bangsa Israil.
4. Pengajaran yang
dibawa Nabi Muhammad Saw. berlaku untuk sepanjang masa sampai hari Kiamat,
sedangkan pengajaran Rasul-Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw. hanya berlaku pada
saat tertentu saja.
5. Nabi Muhammad
Saw. sebagai Rasulullah dilengkapi dengan sifat dan akhlaq yang mulia sehingga
menjadi contoh tauladan bagi kehidupan manusia.
6. Sebelum Nabi
Muhammad Saw. diangkat sebagai Rasulullah beliau telah dilengkapi Allah dengan
sifat-sifat yang mulia yang diperlukan bagi seorang pemimpin manusia.
7. Nabi Muhammad
Saw. dilengkapi dengan kecakapan-kecakapan tertentu sehingga sanggup menjadi
pemimpin masyarakat dan negara.
8. Berdasarkan
ajaran-ajaran Allah yang diterima, dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki,
Rasulullah telah dapat menegakkan pokok-pokok dasar susunan masyarakat yang
lengkap baik dalam segi sosial, politik, ekonomi kenegaraan maupun dalam segi
agama dan kehidupan beragama.
9. Bangsa Arab
yang semula hidup dalam alam kejahilan telah diubah menjadi bangsa yang maju
dan disenangi bangsa lain, bangsa yang semula hina dan tidak dikenal menjadi
umat yang tersebar ke seluruh dunia. Umat yang semula pecah-pecah dan
senantiasa berperang, menjadi umat yang kokoh kuat persatuannya dalam ikatan
persaudaraan seagama yang erat.
10. Nabi Muhammad
Saw. telah memanfaatkan kekuatan-kekuatan batinnya untuk mengantar manusia
hidup dalam kebahagiaan yaitu : ilmu yang dalam dan luas, kemauan yang kuat
tiada mengenal putus asa, serta perikemanusiaan dan kesusilaan yang agung dan
tinggi.
Sesuai dengan kondisi masyarakat Arab pada saat itu dan juga
perintah dari Allah Swt., maka Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah menggunakan
taktik dan strategi melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Dakwah
secara sembunyi-sembunyi
- Pada permulaan
dakwahnya Rasulullah Saw. mempergunakan system sembunyi-sembunyi, sebab ketika
itu pengikutnya baru beberapa orang, sedang keimanan dan keislaman mereka baru
dalam tahap permulaan atau tahap dasar.
- Materi dakwah
baru dalam tahap dasar pula dalam bidang akidah dan akhlaq meliputi : Mengesakan
Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati, menguatkan persatuan dan
meleburkan kepentingan jamaah. Kepada musuh-musuh Islam Rasulullah menghindari
dari permusuhan dan pertentangan fisik.
- Tahap
sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama tiga tahun semenjak kerasulan Muhammad
Saw. Pengikutnya baru beberapa kaum kerabat Rasulullah, pemuka-pemuka Quraisy,
dan beberapa orang bekas hamba sahaya yang dimerdekakan. Semuanya berjumlah 40
orang laki-laki dan wanita.
- Merekalah yang
menjadi tulang punggung penegak Islam, sebagai pelopor dan penganjur Islam yang
disebut ”As Sabiqunal Awwalun.”
2. Tahap Dakwah
secara terang-terangan
Pada tahun ke-4
setelah turun wahyu pertama Rasulullah mulai menyampaikan dakwahnya secara
terang-terangan. Tahap ini dimulai setelah turun wahyu yang memerintahkan untuk
berdakwah secara terang-terangan dan menyatakan kebenaran ajaran Islam, serta
meninggalkan kemusyrikan, yaitu penyembahan
berhala.
Artinya : ”Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepada-mu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”(QS. Al-Hijr : 94)
Setelah wahyu itu turun Rasulullah Saw. mengundang semua
golongan kaum Quraisy untuk mendengarkan dakwahnya di tengah padang di kaki
bukit Safa. Tiap kaum dari suku Quraisy hadir beserta tokoh-tokohnya termasuk
Abu Lahab paman Rasulullah Saw.. Kemudian Rasulullah Saw. mengajak memasuki
agama Allah dan meninggalkan agama berhala. Mendengar ajakan ini maka kaum
Quraisy bersikap sinis dan bahkan mencemoohkan Rasulullah saw. dengan
ucapanucapan keji. Pada saat lain di suatu pertemuan keluarga Bani Hasyim
Rasulullah Saw. menunjukkan tentang kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Rasulullah saw. kembali dicemooh oleh Abu Lahab, dan hanya Ali bin Abi Thalib
yang bersedia menolong Rasulullah Saw.
Sejak saat itulah timbul rasa kurang senang dan benci dalam hati
kaum Quraisy kepada Rasulullah Saw. dan mulailah mereka berusaha untuk
menghalangi dan merintangi dakwah Rasulullah Saw.. Tahap berdakwah secara
terang-terangan ini berlangsung terus selama kerasulan Muhammad sampai
wafatnya, sehingga Islam berkembang luas di seluruh Jazirah Arab dan
negeri-negeri sekitarnya.
3.
Hambatan-hambatan yang dialami
Sebelum Nabi
Muhammad Saw. menjadi Rasul ia sangat dicintai kaumnya karena kejujuran dan
kehalusan budi pekertinya. Akan tetapi setelah Nabi Muhammad Saw. diangkat
menjadi Rasul dan menyeru kepada mereka agama Allah beliaupun dibenci dan
dimusuhi kaum Quraisy.
Tindakan-tindakan
kaum Quraisy yang menghambat dan menghalangi dakwah Nabi Muhammad Saw. itu
antara lain :
a. Penghinaan dan
siksaan terhadap Rasulullah; Rasulullah Saw. dihina sebagai orang gila, tukang
sihir, anak celaka, dan lain-lain sebutan penghinan.Pernah dilempari kotoran
domba, rumahnya dilempari sampah dan kotoran, di depan pintu rumahnya
diletakkan duri yang tajam dan tindakan-tindakan lain yang sangat menyakitkan.
b. Ancaman dan
siksaan kepada para pengikut Rasulullah Saw.; Bilal seorang bekas hamba yang
masuk Islam dijemur di panas terik matahari sambil dilempar batu, ayah dan ibu
Ammar bin Yasir dibunuh dan ditusuk jantungnya oleh Abu Jahal, Zanirah
dicungkil matanya sampai buta, Chibab terbelah dua badannya lantaran diseret
dua ekor unta dengan berlawanan arah.
c. Bujukan harta,
kedudukan dan wanita ; Utbah bin Rabi’ah diutus kaum Quraisy membujuk
Rasulullah saw. dengan harta seberapa dia minta, mereka bersedia menjadikan
Rasulullah saw. sebagai Kepala atau Raja, bahkan menyediakan wanita tercantik
di seluruh Arab, asalkan Rasulullah menghentikan kegiatannya menyiarkan agama
Islam.Usaha-usaha kaum Quraisy yang lain berupa : permintaan berganti-ganti
menyembah Tuhan dan berhala, mengancam Abu Thalib paman Rasul, meminta Nabi
Muhammad Saw. ditukar dengan pemuda lain, melarang orang Quraisy mendengar
Al-Qur’an.
d. Kaum Quraisy
mengasingkan dan memboikot Bani Hasyim dan Bani Muthalib serta Kaum Quraisy
dilarang menikah, berjual beli, membantu dan menolong keluarga Bani Hasyim dan
Bani Abdul Muthalib.Pelanggar ketentuan tersebut diancam hukuman berat.
Pengasingan ini tidakdicabut sebelum Muhammad diserahkan kepada kaum Quraisy.
Akibatnya banyak pengikut Rasulullah saw yang menderita kelaparan.
Di antara hal-hal
yang menyebabkan kaum Quraisy menghalangi dakwah Rasulullah adalah sebagai
berikut :
1) Mereka khawatir
akan kehilangan kekuasaannya sebagai penguasa kota Mekkah dan bangsa Arab.
Dengan hilangnya kekuasaan mereka lenyap pulalah pengaruh mereka yang sangat
besar di kalangan bangsa Arab.
2) Mereka tidak
menyetujui penghapusan diskriminasi sosial, yang mempersamakan bangsawan dengan
rakyat jelata dan hamba sahaya.
3) Mereka takut
adanya pembalasan pada hari Kiamat, karena perbuatanperbuatan semena-mena
selama ini akan dibalas pada Hari Akhir nanti.
4) Mereka tidak
mau meninggalkan adat dan tradisi nenek moyangnya seperti berjudi,
minum-minuman keras, dan kebisaaan-kebisaaan buruk lainnya.
5) Mereka tidak
mau kehilangan mata pencaharian dari penjualan arca-arca dan berhala. Dengan
tiadanya arca-arca Ka’bah, habis pulalah pengunjung Ka’bah yang datang dari
seluruh negeri Arab,dan habis pulalah penghasilan kaum Quraisy sebagai penguasa
Ka’bah.
Hal-hal di atas
itulah yang menjadikan kaum Quraisy berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara
untuk menghentikan kegiatan dakwah Muhammad Saw.
4. Pertumbuhan
Islam pada periode Mekkah.
Seperti telah
diuraikan terdahulu bahwa pada periode permulaan di Mekkah telah beriman
sekitar 40 orang dari penduduk Mekkah yang mula-mula beriman yaitu sebagai
berikut :
a. Dari keluarga
dekat dan sahabat Rasulullah yaitu Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Haritsah dan Abu Bakar.
b. Dari
pemuda-pemuda Quraisy sejumlah 15 orang, di antaranya Usman binAffan,
Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, Zubeir biN Awwan, Thalhah bin
Ubaidillah, Ubaidah bin Harits dan Ja’far bin Abi Thalib.
c. Dari bekas
hamba sahaya antara lain : Bilal, Amar, Zanirah dan Khibab.
d. Dari
pahlawan-pahlawan Quraisy yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
e. Dari lain-lain:
Ummu Habibah anak Abu Sufyan, Rukaiyah putra Rasulullah, Fathimah dan suaminya.
Sa’id bin Zaid, Na’im bin Abdillah dan lain-lain.
Wahyu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. menjadi penggerak
untuk menegakkan kebudayaan Islam. Ayat 1-5 Surat Al-Alaq mendorong muslimin menuntut
ilmu pengetahuan dan dengan ilmu pengetahuan itu mereka mempelajari dan
mendalami ajaran-ajaran Islam mengenai aqidah, syariah dan akhlak. Dan dari
keindahan ushub dan bahasa serta isi dari ayat-ayat Al-Qur’an inilah, maka
bangsa Arab sangat tertarik dan terpesona, sehingga seorang demi seorang menyatakan
diri mengikuti ajaran Islam. Pada periode Mekkah pertumbuhan Islam baru dalam
tahap pengumpulan pengikut dan pemantapan aqidah dan akhlaq kaum muslim.
Perluasan daerah kekuasaan Islam belum dapat dilaksanakan. Pada periode ini
justru Rasulullah menghindar diri dari permusuhan dan pertentangan dengan kaum
Quraisy.
Sumber Bacaan:
Hasan,
Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Sya’labi,
Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam I. Jakarta: Pustaka al-Husna. 1979
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: LSKIK, 1993
0 Comments:
Posting Komentar