Pastikan anda me-like Cahaya Islam di Fans Page Facebook untuk mendapatkan informasi yang up to date.
I.Peradaban
Bangsa Arab Sebelum Islam
1.
Sistem Peribadatan Bangsa Quraisy Sebelum Islam
Pada permulaanya bangsa Arab Quraisy telah mengikuti dan
meyakini ajaran agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yaitu agama Hanifiyah, “hanif”
artinya benar dan lurus. Karena itu sejak dulu, ajaran tauhid sudah mengakar di
hati masyarakat Arab. Pembauran dan pergaulan dengan bangsa lain mempengaruhi kepercayaan
mereka, tetapi seiring berjalannya waktu, ajaran tersebut mengalami perubahan,
penambahan dan pengurangan yang dilakukan oleh para pengikutnya yang tidak
bertanggung jawab. Kemudian muncul berbagai ajaran yang meragukan
dan
akhirnya jatuh menjadi penyembah berhala yang dibawa oleh Amr bin Luay al
Khuzai.
Pada masa jahiliyah orang Arab Quraisy banyak yang menyembah
berhala atau patung-patung yang mereka buat sendiri dari batu, kayu dan logam. Menurut
Ibnu Kalbi yang menyebabkan bangsa Arab menyembah berhala dan batu, ialah
barang siapa yang meninggalkan kota Mekkah harus membawa batu yang diambil dari
batu-batu yang ada di tanah Haram Ka’bah. Hal itu mereka lakukan dengan maksud
untuk menghormati tanah Haram dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap
kota Mekkah. Kemudian di setiap tempat persinggahan,
mereka
meletakan batu itu dan bertawaf mengelilinginya seperti mengelilingi Ka’bah.
Proses ini berlangsung terus menerus dan akhirnya mereka menyembah apa yang
mereka sukai dan yakini.
Bangsa
Arab mulai menyembah berhala ketika Ka’bah berada di bawah kekuasaan Jurhum.
Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Luay al Khuzai dari keturunan Khuza’ah datang
ke Mekkah dan berhasil mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin Luay al Khuzai meletakkan
sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik berwarna merah
berbentuk patung manusia, yang ditempatkan di sisi Ka’bah. Kemudian ia
menyerukepada penduduk Hijaz supaya menyembah berhala itu. Di samping itu
banyak lagi berhala-berhala yang lain seperti al-Latta tempatnya di Thaif,
menurut Tsaqif (penduduk Thaif) al-Latta ini adalah berhala yang paling tua. Al-’Uzza
tempatnya di Hejaz kedudukannya sesudah Hubal, Manath, tempatnya di dekat kota Madinah
Manath ini dimuliakan oleh penduduk Yatsrib.
Beberapa bentuk pemujaan yang dianut oleh bangsa Arab sebelum
datangnya agama Islam:
1. Menyembah Malaikat, di
antara bangsa Arab ada yang menyembah berhala dan menuhankan Malaikat. Di kota
Mekkah ada sebagian bangsa Arab yang menganggap bahwa Malaikat itu adalah
putera-puteri Tuhan.
2. Menyembah jin, ruh dan
hantu sebagian bangsa Arab yang menyembah hantu, jin dan ruh-ruh leluhur mereka
atau menganggap batu-batu sebagai makluk yang terhormat. Bahkan di suatu tempat
jin yang terkenal dengan nama ”Darahim” mereka selalu mengorbankan
binatang-binatang di tempat itu agar selamat dan terhindar dari segala bencana.
3. Menyembah
bintang-bintang, yang dimaksud bintang-bintang adalah matahari, bulan dan
bintang-bintang yang gemerlap cahayanya pada malam hari, mereka menganggap
bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan penuh oleh Tuhan untuk mengatur
alam ini.
4. Menyembah berhala,
sebagian bangsa Arab menyembah berhala atau arca-arca yang terbuat dari batu,
kayu dan logam yang mereka buat sendiri dan dengan selera mereka sendiri uantuk
kemudian mereka sembah.
5. Agama Yahudi dan
Nasrani (Kristen), agama Yahudi mulai masuk ke Jazirah Arab tahun 1491 SM, mula
– mula di Mesir pada zaman Nabi Musa as.
Sedangkan agama Nasrani (Kristen) masuk ke Jazirah Arab
kira-kira abad ke-4 M, agama Nasrani berkembang di Jazirah Arab karena mendapat
bantuan dari kerajaan Romawi dan Habsyi.
Sebelum Islam, orang-orang Arab Quraisy juga banyak percaya pada
takhayul, antara lain:
1.
Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul karena ular
menggigit
usus manusia.
2.
Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi, dengan keyakinan
untuk
menambah kekuatan.
3.
Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan rumput
kering
pada ekor kambing.
II.
Keadaan Sosial Masyarakat Quraisy Sebelum Islam
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh
kondisi dan letak geografisnya. Bagian tengah Jazirah Arab terdiri dari tanah
pegunungan yang tandus. Oleh sebab itu banyak penduduk yang hidupnya tidak
menetap, mereka tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat Badui, yang mata
pencahariannya beternak. Mereka berpindah pindah dari satu lembah ke lembah
yang lain mencari rumput untuk hewan ternaknya. Bidang pertanian dikerjakan
oleh suku-suku yang bertempat tinggal di daerah-daerah subur, terutama mereka
yang mendiami daerah subur di sekitar oase seperti Thaif . Di tempat ini mereka
menanam buahbuahan dan sayur-sayuran.
Masyarakat Arab yang tinggal diperkotaan biasanya mereka
berdagang. Mereka dinamakan Ahlul Hadhar, kehidupan sosial ekonomi
mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam perdagangan. Oleh karena
itu, bangsa Arab Quraisy sangat terkenal dalam dunia perdagangan. Mereka
melakukan perjalanan dagang pada dua musim dalam setahun, yaitu ke Negara Syam
pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin. Di kota Mekkah terdapat pusat
perdagangan, yaitu pasar Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulan tertentu, seperti
Zulqa’dah, Zulhijjah, dan Muharram. Dalam bidang sosial politik, masyarakat
Arab pada masa jahiliyah tidak memiliki sistem pemerintahan yang mapan dan
teratur. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir,
yang mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang, pembagian harta dalam
pertempuran tertentu. Di luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak
mengatur anggota kabilahnya. Di samping itu, bangsa Arab sebelum Islam juga
telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari
berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Arab
pada waktu itu.
Di antara ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan adalah
astronomi, yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Mereka ini pindah ke
negeri Arab pada waktu negara mereka diserang oleh bangsa Persia. Dari mereka
inilah bangsa Arab belajar banyak ilmu astronomi. Tata sosial bangsa Arab
sebelum Islam terkenal pemberani di dalam membela pendirian. Mereka tidak mau
mengubah pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaannya, tidak
mau mengalah, namun ada sisi kebiasaan yang baik yaitu suka menghormati dan
memuliakan tamu. Moral dan perilaku sangat rusak sehingga mereka disebut kaum
jahiliyah “yang bodoh”. Berjudi minum-minuman keras dilakukan secara
bersama-sama, bahkan tak jarang mereka merampok
sehingga
sering menimbulkan peperangan antar suku. Yang lebih buruk lagi moralnya adalah
adanya suku Arab yang mengubur bayi perempuan mereka secara hidup-hidup, mereka
beranggapan bahwa anak perempuan itu tidak berguna dan hanya menysahkan orang
tua. Oleh karena itu mereka merasa terhina apabila mempunyai anak perempuan. Di
antara suku yang melakukan perbuatan keji dan tak berperikemanusiaan itu adalah
suku bani Tamim dan suku bani Asad. Dalam bidang bahasa dan seni bahasa,
orang-orang Arab pada masa pra Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah
dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang
penyair sangat dihormati. Tiap tahun di Pasar ‘Ukaz diadakan deklamasi
sajak yang sangat luas. Selain ‘Ukaz masih ada pasar yang dijadikan
tempat berkumpulnya para penyair yaitu pasar Majinnah dan Zul Majaz.
Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa
syair
itu dapat meninggikan derajat seorang yang tadinya hina atau sebaliknya menghinakan
seseorang yang tadinya terhormat. Satu-satunya alat publisistik yang amat luas
lapangannya yaitu Khithabah. Di samping sebagai penyair, orang-orang
Arab Jahiliyah juga sangat fasih berpidato dengan bahasa yang indah dan
bersemangat. Para ahli pidato pada saat itu mereka mendapat derajat tinggi
seperti para penyair. Salah satu kelaziman dalam masyarakat Arab Jahiliyah
adalah mengadakan majelis atau nadwah sebagai sarana untuk
mendeklamasikan sajak, bertanding pidato, tukar menukar berita dan lain
sebagainya. Seperti: Nadi Quraisy dan Darun
Nadwah
yang berdiri di samping Ka’bah sebagian dari nadwah mereka. Begitulah
seorang ahli sejarah Islam, Ahmad Amin seorang sejarahwan islam memberi
definisi tentang kata-kata Arab Jahiliyah yaitu orang-orang Arab sebelum Islam
yang membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun
telah diketahui bahwa itu benar. Jadi jahiliyah bukanlah Jahl yang
berarti bodoh.
Sumber Bacaan: Buku Pelajaran SKI Kelas X - K13 2014
0 Comments:
Posting Komentar