Agar Rizki Menjadi Berkah
Alhamdulillahi
Rabbil `Alamiin, segala puji bagi Allah swt, Rabb yang Maha Pengasih dan
Penyayang, Rabb semesta alam. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah dan
diibadahi kecuali hanya Dia semata. Yang jika menghendaki sesuatu tak ada yang bisa
menghalangi-Nya. Di tangan-Nya kekuasaan yang sempurna. Tak ada seorangpun yang
menyamainya.
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada Nabi AKhir Zaman, Suriteladan terbaik umat
manusia yakni Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, Kepada
para keluarga dan sahabatnya serta umatnya yang berpegang teguh terhadap
syariat dan sunnah beiau.
Kehidupan
umat manusia, secara materi, sekarang sudah mencapai tarap yang sangat hebat.
Manusia merasakan berbagai kenikmatan hidup dan melihat berbagai macam
keindahan hasil karya mereka. Walau demikian, dalam kehidupan yang maju secara
meteri ini, bukan berarti mereka lebih bahagia dibanding orang-orang yang hidup
sebelum mereka. Bukan berarti mereka lebih bisa menikmati hidup, lebih merasa
aman, dan lapang dada. Apa sebab semua itu? Karena mereka kehilangan sesuatu
yang sangat berharga dan paling penting, yang menjadi inti dari hidup ini,
yaitu barakah. Apa manfaat usaha yang kosong dari barakah? Umur yang kosong
dari barakah? Ilmu yang tak bermanfaat? Makanan dan minuman yang tidak menjadi
daging dan tidak menghilangkan lapar?
Pengertian
Berkah
Berkah (barokah) adalah bertambahnya kebaikan. Biasanya berkah
ini menjadi sifat
atau predikat dari suatu kenikmatan. Apakah kenikmatan itu membawa berkah atau tidak. Karena itu kita sebagai umat Islam
ketika menyaksikan tetangga, Saudara atau teman yang mendapat kenikmatan, kita
disunnatkan untuk mendoakan berkah kepada mereka.
Sebagai contoh ketika kita melihat
tetangga, teman atau saudara menikah, karena menikah adalah sebuah kebahagiaan, maka
Rasulullah Saw. mengajari kita untuk mendoakan
mereka agar mendapatkan berkah dalam kenikmatan tersebut dengan doa barokallohulaka wabaroka ‘alaika wajama’a
bainakuma fi khoirin.
Begitupun segala kenikmatan, apabila tetangga baru membangun
rumah kita doakan
juga barokallohulaka. Begitu pula ketika kita mendapat kenikmatan, kita diajarkan untuk berdoa allohumma barikli
fima rozaktani jadi sangat erat sekali barokah itu dengan kenikmatan. Apa Maksud dari hal
itu?
Berkah menempel dengan kenikmatan, artinya kenikmatan tersebut
akan meningkatkan
kebaikan orangnya jangan sampai terbalik kenikmatan itu memerosotkan orangnya, karena berkah artinya
bertambahnnya kebaikan, maka berkah tidak identik dengan banyak atau melimpah, artinya sesuatu
yang berkah bisa banyak melimpah bisa juga
tidak. Kenapa pernyataan ini penting karena rasa-rasanya kebanyakan orang menganggap berkah ini ketika panen melimpah
ruah. kalau kenikmatan itu membuat ia semakin
dekat dengan Allah Swt berarti kenikmatannya itu berkah.
Sesungguhnya
berkah/barakah bukan dengan banyaknya harta ataupun kedudukan terhormat, tidak
pula dengan anak atau ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi. Tetapi berkah itu
adalah sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang
damai dan tentram, hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan
pembagian Allah, dan menerima semua takdir-Nya.
Sementara
umur yang berkah adalah umur yang dihabiskan untuk mengerjakan
kebaikan-kebaikan dan amal shalih. Adapun ilmu yang berkah adalah ilmu yang
bermanfaat untuk orang lain, diajarkan, diamalkan, dan disampaikan kepada yang
lain.
Kalau
kita teliti dari Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, akan kita dapati bahwa
keberkahan itu ada pada rizki, umur, anak, dan harta.
. . . berkah itu adalah
sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang damai
dan tentram, hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan pembagian
Allah, dan menerima semua takdir-Nya. . .
Sesungguhnya
rizki itu memiliki jalan untuk menjadi rizki yang diberkahi. Di antaranya yang
paling utama adalah dengan mencarinya (bekerja). Saat mencarinya, harus
dimintakan kepada pemilik rizki yang sesungguhnya, yakni Allah Ta'ala.
فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ
إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Maka mintalah
rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya
kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan." (QS. Al-Ankabut: 17)
فَإِذَا قُضِيَتْ الصَّلاةُ فَانتَشِرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا
مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Apabila telah
ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."
(QS. Al-Jumu'ah: 10)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memerintahkn mencari rizki dan
menganjurkan untuk bekerja. BeliauShallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda –saat ditanya tentang
pekerjaan yang paling utama-:
عَمَلُ الرَّجُلُ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ
“Pekerjaan
seseorang yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan setiap perdagangan yang
baik.” (Hadits shahih li ghairihi. Riwayat al-Bazzar, sebagaimana
dalam Kasyful Astar: 2/83/1257, dari Rifa’ah bin Rafi’)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memberitahu, bekerja dan mencari
rizki adalah akhlak para nabi secara keseluruhan. "Tidaklah Allah
mengutus seorang nabi, kacuali ia pasti mengembala kambing.” Para
shahabat lantas bertanya: “Apakah engkau juga demikian, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Aku menggembalakan kambing milik penduduk Makkah dan menerima
upah beberapa qirath (1 qirath = 4/6 dinar).” (HR Bukhari, no. 2262)
Mencari
rizki dan bekerja disyariatkan. Tetapi seorang muslim dalam kerja dan usahanya
tetap bersandar dan bertawakkal kepada Tuhannya. Ia sangat yakin, dirinya tak
akan mendapat rizki kecuali apa yang sudah Allah bagi untuknya. Rizki yang
sudah Allah tentukan untuknya pasti akan diperolehnya dengan jalan apa itu yang
tak seorangpun mampu untuk menahannya. Hal ini sebagaimana bacaan zikir yang
dituntunkan Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallamsesudah shalat,
اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا
مَنَعْتَ
"Ya Allah,
tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa
memberi apa yang Engkau cegah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maka
dia akan berusaha mencari rizki dengan tetap bergantung kepada-Nya dan
mengetahui bahwa Allah 'Azza wa Jalla
adalah Maha mengetahui dan Mahabijaksana, "Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq: 3)
Sesungguhnya
jatah rizki seperti jatah umur. Tidak akan habis, jika belum sampai habis ajal.
Sehingga kita tidak akan terlalu bersedih dan berduka dalam kehidupan dunia
ini. Walau harus tetap berusaha dengan mempercayakan kepada Allah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai manusia,
bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki! Ketahuilah,
sesungguhnya seorang jiwa tidak akan mati kecuali telah sempurna rizkinya. Maka
bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki. Ambil yang halal
dan tinggalkan yang haram." (Disebutkan Al-Albani dalam
al-Silsilah al-Shahihah no. 2866)
Cara
Agar Rizki Menjadi Berkah
Jika
seorang muslim bercita-cita mendapatkan barokah dalam rizkinya, pasti akan
mendapatkan banyak jalan. Al-Qur'an dan al-Sunnah telah menerangkan hal itu. Di
antara sebab-sebabnya adalah:
Pertama, Takwa
kepada Allah merupakan sebab utama rizki diberkahi dan hidup menjadi tentram.
Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
"Jika sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raf: 96)
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا
عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ وَلَوْ
أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ
رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
"Dan sekiranya
Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus)
kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga
yang penuh kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum)
Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya,
niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki
mereka." (QS. Al-Maidah: 65-66)
Sangat
jelas, barakah rizki itu didapat dengan bertakwa kepada Allah.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Barang siapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke
luar.Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang
siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)
nya." (QS. Al-Thalaq: 2-3)
Oleh
sebab itu agar rizki diberkahi dalam mencarinya harus dengan usaha yang
dibenarkan syariat, bertawakkal kepada Allah, yakin kepada-Nya, ridha dengan
pembagian-Nya, dan meyakini dengan benar bahwa Allah Mahabijaksana dan Maha
mengetahui dalam kadar rizki dan kapan diperolehnya. Disadari, semua itu terjadi
dengan qadha' dan qadarnya. Maka apa yang dikehendaki oleh-Nya, akan terjadi.
Sebaliknya, yang tidak dikehendaki oleh-Nya, juga tidak akan terjadi.
Agar rizki diberkahi: Dalam
mencari rizki harus dengan usaha yang dibenarkan syariat, bertawakkal kepada
Allah, yakin kepada-Nya, ridha dengan pembagian-Nya . . .
Kedua, memperbanyak
istighfar. Allah Ta'ala berfirman tentang petuah Nabi Nuh 'alaihis salam kepada umatnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
"Maka aku
katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan
lebat,dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai"."
(QS. Nuuh: 10-12)
Allah
menerangkan tentang titah Nabi Hud kepada kaumnya untuk istighfar, ia menjadi
sebab bertambahnya kekuatan fisik dan turunnya rizki,
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى
قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
"Dan (Hud
berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa"." (QS. Huud: 52)
Dalam
hadits disebutkan,
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ
مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Siapa yang
kontinyu beristighfar maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap
kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya, dan memberinya rizki dari
jalan yang tidak ia sangka." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Ketiga, membaca
Al-Qur'an dan mentadabburinya. Sebabnya, Allah telah jadikan Kitab-Nya sebagai
sesuatu yang diberkahi.
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan Al Qur'an
itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat," (QS. Al-An'am: 155)
"Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran." (QS. Shaad: 29)
Al-Qur'an
adalah barakah dalam membacanya. Siapa membaca satu ayat, maka baginya dari
setiap ayat satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi
sepuluh kali lipat. (HR. al-Tirmidzi)
Al-Qur'an
membawa berkah dalam lantunannya, mengamalkannya, menerapkan hukumnya, dan
mencari keadilan padanya, bermoral dengan ajaranya, dan berakhlak dengan
akhlaknya.
. . . Al-Qur'an membawa
berkah dalam lantunannya, mengamalkannya, menerapkan hukumnya, dan mencari
keadilan padanya, bermoral dengan ajaranya, dan berakhlak dengan akhlaknya. . .
Keempat, Membaca
doa saat keluar rumah dan saat akan menyantap hidangan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda,
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ
وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ
"Apabila
seseorang memasuki rumahnya; ia berzikir kepada Allah saat memasukinya dan saat
makan, maka syetan berkata kepada teman-temanya, 'tidak ada tempat dan makanan
bagi kalian." (HR. Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Allah menjaga rumah ini dari gangguan syetan karena sebab zikirnya ketika akan
makan dan saat memasukinya.
Keempat, menjaga
shalat bisa mejadi sebab turunnya barakah dan datangnya rizki, karena ia
merupakan sebab untuk kebaikan dunia dan akhirat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا
نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi
rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa."
(QS. Thaahaa: 32)
Kelima, Bersyukur
terhadap nikmat-nikmat Allah dan mengakui karunia dan pemberian-Nya.
Sesungguhnya rizki yang kita peroleh, semuanya dari pemberian-Nya. Maka jika
kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal maka Allah akan memberkahi rizki
kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"."
(QS. Al-Ibrahim: 7)
. . . jika kita bersyukur
dengan hati, lisan, dan amal maka Allah akan memberkahi rizki kita. . .
Keenam, memperbanyak
shadaqah dan menjauhi praktek riba. Allah 'Azza wa Jalla
berfirman,
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا
يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
"Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (QS.
Al-Baqarah: 276)
Ketujuh, Yakin
dan bersandar kepada Allah di atas sebab yang diupayakan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda,
إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ
نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ
لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Sesungguhnya
harta ini menyenangkan dan nikmat. Siapa yang mengambilnya dengan kesederhanaan
(tanpa meminta dan rakus), maka diberkahi. Dan siapa yang mengambilnya dengan
rakus, tidak akan diberkahi. Dan keadaanya seperti orang yang makan, namun tak
pernah merasa kenyang." (Muttafaq 'alaih)
Kedelapan, hemat
dan tidak berlebihan (melampaui batas) dalam menikmati yang mubah. Allah 'Azza wa Jallaberfirman,
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا
كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
"Dan janganlah
kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal."
(QS. Al-Isra': 29)
Allah
berfirman dalam menyifati Ibadurrahman, para wali-Nya:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا
وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
"Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian." (QS. Al-Furqan: 67)
Allah
sangat mencela orang yang menyia-nyiakan harta dan menggunakannya dalam perkara
haram. Dia Subhanahu wa
Ta'ala berfirman,
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ
الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
"Dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra': 26-27)
Kesembilan, bekerja
di waktu pagi hari, tidak tidur pagi kecuali karena sangat membutuhkan.
Disebutkan dalam satu atsar, "Diberkahi Umatku di waktu paginya."
Ibnu
Abbas pernah melihat anaknya tidur pagi, lalu beliau berkata kepadanya:
"Bangunlah, apakah kamu (senang) tidur pada saat dibagi rizki?"
(Lihat: Mathalib Ulin Nuha: 1/62)
Kesepuluh, Jujur
dalam melakukan transaksi, tidak curang dan tidak pula khianat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا
وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَ
بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
"Penjual dan
pembeli berhak memilih selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan
menjelaskan, diberkahi jual beli keduanya. Dan jika berbohong dan
menutup-nutupi maka dihilangkan keberkahan dalam jual beli mereka."
(HR. Al-Bukhari, Muslim, dan lainnya)
Suatu
hari Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam pernah
mengutus Urwah al-Bariqi untuk membeli seekor hewan kurban. Beliau memberikan
satu dinar kepadanya. Lalu ia masuk pasar dan membeli dua ekor hewan kurban
dengan satu dinar. Kamudian dia menjual salah satunya dengan harga satu dinar.
Lalu ia kembali kepada Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dengan
membawa satu ekor hewan kurban dan satu dinar. Beliau menanyakan hal itu
kepadanya, "bagaimana bis begitu?" ia menjawab, "Saya membeli
dua ekor hewan kurban dengan satu dinar, lalu saya jual salah satunya dengan
harga satu dinar." Kemudian NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Semoga Allah
memberkahimu kejujuranmu." Kalau saja ia membeli segenggam tanah pasti
diberkahi.
Kesebelas, qana'ah
dan ridha dengan pembagian Allah, tidak melihat kepada orang yang di atasnya.
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
"Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam, diberi rizki yang
cukup, dan Allah menganugerahkan sifat qanaah kepadanya terhadap
pemberian-Nya." (HR. Ahmad)
Penutup
Sesungguhnya
harta yang diberkahi akan membawa kebaikan kepada pemiliknya, tidak melalaikan
dan tidak menipunya. Menikmatinya, akan menjadi kekuatan yang mendorongnya
untuk melakukan ketaatan, mendatangkan ketentraman jiwa, kepuasan, dan
kebahagiaan. Maka jangan hanya mengejar fisik materi. Tapi carilah keberkahan
di dalamnya. Karena harta yang tak berbarakah seperti sampah yang tak
mendatangkan manfaat bagi pemiliknya. Oleh sebab itu, penting sekali kita
memperhatikan sebab-sebab yang menjadikan harta menjadi barakah. Wallahu Ta'ala
a'lam.
0 Comments:
Posting Komentar