Menyelami dalamnya lautan ilmu Islam hingga nampak cahaya dan terasa indah dalam sukma

Fi`il Mudhari` Marfu`

Fi`il Mudhari` Manshub

Menyiapkan Generasi Penerus Bangsa

Latar Belakang

Bangsa ini masih jauh dari predikat sejahtera. Masih sangat sulit untuk mengatakan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang makmur.
 Diera globalisasi ini kita telah dipermudah oleh sarana komunikisi. Seharusnya kita bisa memanfaatkan sarana prasana yang ada untuk membangun bangsa dan membangun bangsa ini agar kedepannya kian lebih baik dan mewujudkan cita-cita para pahlawan yang telah gugur untuk menjadikan bangsa yang beragam ini menjadi bangsa yang sejahtera. Namun yang banyak terjadi justru sebaliknya.


Para pemuda kini lupa akan tanggung jawab yang telah diamanahkan. Generasi muda adalah harapan banyak orang untuk meneruskan ekspetasi bangsa yang besar ini. Sebagai generasi muda dituntut untuk senantiasa bersikap baik,belajar menjadi sosok yang bijak. Generasi muda harus selalu berada pada landasan yang benar agar dapat merealisasikan cita-cita bangsa. Generasi muda mengemban amanat untuk memperjuangkan hak-hak dan cita-cita bangsa.
Tidak akan ada Negara yang bisa membangun manakala Negara tersebut tidak memiliki generasi muda yang bermutu



Menyiapkan Generasi Penerus

Beberapa ayat Alquran di awal surat Maryam mengisahkan Nabi Zakaria yang mengkhawatirkan generasi di belakangnya. Dengan suara lembut Zakaria bermunajat kepada Allah SWT menuturkan kondisi tulang belulangnya yang telah lemah, rambutnya yang telah bertabur uban, dan istrinya yang mandul. Zakaria menginginkan anak untuk menjadi ahli waris perjuangannya. 

Seperti permohonan sebelumnya, permohonannya yang satu inipun dikabulkan Allah SWT. Nabi Zakaria memperoleh seorang anak yang diberi nama Yahya, suatu nama yang belum pernah dipakai orang sebelumnya. Yang artinya hidup, berarti kehidupan Yahya akan melanjutkan kehidupan generasi yang semula diduga akan terputus. 

Nabi Zakaria merasa beruntung, karena anaknya Yahya memegang erat Kitab Allah, dia diberi hikmah sejak kecil, memiliki sifat belas kasihan dan kesucian, serta memelihara diri (takwa), berbuat baik kepada ibu bapaknya, jauh dari kesombongan dan kedurhakaan. Yahya memperoleh kesejahteraan di waktu lahir, di hari wafatnya, hingga hari berbangkit nanti. 

Kisah Nabi Zakaria di atas menggambarkan sikap semua tokoh Islam yang menginginkan suksesi pemimpin umat. Keinginan mempunyai generasi penerus sebuah jeritan batin yang kadangkala disertai rintihan dan tetesan air mata. Harapan untuk terwujudnya suksesi itu biasanya muncul ketika pemimpin umat telah panjang umur, kulit telah kendur, gigi telah mulai gugur, mata mulai kabur, di kepala uban bertabur, dan sudah hampir ke liang kubur. 

Upaya mendapatkan suksesi itu sebaiknya diiringi dengan kegiatan pembinaan dan bimbingan, meliputi pembinaan akidah dan kemauan beramal, seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail. Firman-Nya, ''Dan ketika Ibrahim dan Ismail meninggikan sendi Baitullah (keduanya berdoa), 'Oh Tuhan kami! Terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Oh Tuhan kami! Jadikanlah kami berdua orang yang patuh kepada Engkau dan jadikanlah dari keturunan kami umat yang patuh juga kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara beribadah dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Penerima Tobat dan Penyayang'.'' (Al-Baqarah: 127-128). 

Kerja keras Ibrahim meletakkan dan meninggikan sendi-sendi Baitullah dengan melibatkan anaknya Ismail adalah sebuah ibadah besar yang berhubungan dengan tauhid, serta berisi dimensi pembinaan dan bimbingan dari seorang pemimpin umat kepada generasi penerusnya. Hingga kini dan insya Allah sampai akhir masa, kerja keras mereka berdua dirasakan bermanfaat besar buat kelangsungan ibadah umat Islam di seluruh penjuru dunia. 

Sejalan dengan itu, umat Islam pun diajar memohon kepada Allah untuk mendapatkan suksesi pemimpin umat yang sekaligus merupakan kriteria seorang hamba Allah Tuhan Yang Maha Pengasih. Firman-Nya, ''Dan mereka (hamba Allah Yang Maha Pengasih) berkata, 'Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami istri dan anak cucu yang menjadi penyejuk mata dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertakwa'.'' (Al-Furqan: 74) Wallahu a'lam. 

Generasi penerus bangsa itu ibarat tiang dan bangsa itu ibarat bangunannya. Bangunan dengan tiang yang kokoh dan berbahan bagus akan mampu bertahan walau badai, petir, tsunami atau bencana apapun yang menghantam. Begitu juga dengan Para generasi penerus bangsa, dengan iman dan kecerdasan yang mereka miliki akan menjadi hal penting utama yang dibutuhkan untuk membuat bangsa ini maju dan jauh dari perpecahan. Maka dari itu dibutuhkan kepandaian dan akhlak yang baik dari generasi penerus ini. Untuk mencapai hal tersebut mereka memerlukan pendidikan.

Pendidikan yang baik itu bukan hanya berupa teori semata, yang akan hilang dalam waktu singkat. Namun, pendidikan itu lebih condong kepada pengalaman yang disertai bagaimana cara menanganinya dan penarikan kesimpulan dari pengalaman tersebutlah yang kita sebut pendidikan yang baik.

Pendidikan dapat di peroleh di manapun. Diantaranya adalah di rumah bersama keluarga, lingkungan, pertemanan, dan sekolah. Pendidikan yang diperoleh dari sekolah lebih banyak berupa teori yang telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh banyak ahli yang lebih dulu. Namun demikian, yang namanya pelajaran yang berupa teori akan lebih lambat dicerna tanpa adanya percobaan atau reka adegan yang dilakukan oleh guru atau pelajar itu sendiri. Semua itu bertujuan untuk membangun pemahaman yang tinggi kepada pelajar agar dapat dimanfaatkan untuk masa depannya dan mereka dapat mengingat serta mengamalkan ilmu yang diperolehnya dari sekolah untuk lingkungannya.

Sayangnya, tidak semua sekolah benar-benar melaksanakan pendidikan semata untuk ilmu yang bermanfaat. Bahkan, kebanyakan sekolah yang ada di jaman sekarang cenderung lebih mengutamakan sistem cepat dan praktis untuk studi siswanya. termasuk beberapa sekolah di pulau Bawean. Mereka hanya fokus pada kelulusan semua siswanya dengan nilai yang baik bagaimanapun caranya, namun tidak memperhatikan sejauh mana siswanya memahami materi yang diberikan. Salah satu contoh nyata adalah pada saat melaksanakan test atau ujian. Siswa atau siswi dengan mudahnya membawa masuk telepon seluler kedalam kelas untuk kemudian dipakai berbagi jawaban sesama peserta tes/ujian. bahkan, tidak jarang beberapa guru pun ikut andil dalam mengerjakan sebagian soal yang ada. Tentu saja, hal tersebut sangat membantu siswa untuk mendapatkan nilai yang tinggi saat ujian-ujian penting, namun apa gunanya kita berlama-lama sekolah jika ujianpun mendapat bantuan, bukankah lebih baik kita memalsukan ijazah?. Lagipula, dampak negatif dari kecurangan tersebut juga tidak kalah banyak dan mengkhawatirkan. Contohnya saja, siswa akan menjadi malas untuk berusaha lebih keras untuk memahami materi yang masih belum dikuasai, ilmu yang di dapatkan selama bertahun-tahun bersekolah akan sia-sia karena merasa telah mendapat bantuan dalam mengerjakan, kemudian, kalaupun siswa tersebut nantinya mendapat pekerjaan dia akan kesulitan mengerjakannya karena ilmu yang seharusnya telah didapatkan di sekolahnya tidak diingat sama sekali.

Akan tetapi, tidak semua sekolah atau pelajar yang melakukan kecurangan, masih banyak pelajar yang sadar akan pentingnya kejujuran. Kebanyakan dari mereka itu tidak melakukannya karena masih menghargai ilmu. Ibarat pepatah lama mengatakan “carilah ilmu sampai ke negeri cina!”, mereka lebih memilih ilmu yang bermanfaat daripada ilmu yang hanya sekedar lewat.

Kecurangan demi kecurangan itulah salah satu ciri penyakit generasi penerus bangsa kita yang sedang marak menjangkit saat ini. Maka dari itu, cobalah mulai dipikirkan dari sekarang beberapa pertanyaan berikut, “ apa tujuan utama kita bersekolah?, akan dijalani seperti apa hidup ini oleh kita?, dan apa makna dan kegunaan ilmu yang sebenar-benarnya?”. Dengan begitu, semua apa yang kita ambil, kita inginkan dan kita jalani saat ini tidak membuat penyesalan yang fatal di masa depan, tepatnya di saat hari tua kita tiba. Karena, di hari tua inilah kita sering kali menderita atas kesalahan masa lalu. Mulai untuk berpikir bahwa hidup yang baik itu selalu bahagia, kebahagiaan itu tidak didapat dari kecurangan. Kekayaan dan jabatan yang didapat dari kecurangan tidak akan membawa kebahagiaan karena kebahagiaan itu hanya berlaku pada kebenaran. Jadi, pilihlah antara kebahagian seterusnya atau kesenangan sesaat untuk pedoman hidup kita di dunia
Rasulullah terlah bersabda :
Sebaik-baikgenerasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).




REMAJA DAN PEMUDA SEBAGAI GENERASI PENERUS BANGSA

Masa muda merupakan masa  yang  penuh  dengan  harapan,  penuh  dengan  cita-cita dan penuh dengan romantika kehidupan yang sangat indah. Keindahan masa muda dihiasi dengan bentuk fisik yang masih kuat, berjalan masih cepat, pendengaran masih akurat, pikiran masih cermat, kulit wajah indah mengkilat, walaupun banyak jarawat, tetapi tidak gawat karena masih banyak obat ditoko-toko terdekat, oleh karena itu pantas bila para pemuda dan para remaja merupakan salah satu penentu meju dan mundurnya suatu Negara. Sebab terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan sampai yang akan datang sesuai dengan fitrohnya pemuda dan remaja merupakan tulang punggung suatu Negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya. Sebagaimana syekh Mustofa al-Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :
Sesungguihnya pada tangan-tangan pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat
Mengingat betapa pentingnya remaja dan pemuda sebagai generasi  penerus bangsa, maka pada kesempatan yang baik ini kita akan membicarakan remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, dengan landasan al-Qur’an surat an-Nisa ayat : 9
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar
pada dasarnya setiap perintah menunjukkan kewajiban
Oleh karena itu wajib bagi kita, saya, saudara dan kita semua merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi yang lemah.
Prof. Dr. BJ. Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelamahan yang harus kita hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak. Hadirin jika lima kelemahan ini melekat pada generasi-generasi remaja dan pemuda kita, saya yakin mereka bukan sebagai pelopor pembangunan melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan penghancur pembangunan. Padahal hadirin dinegeri tercinta ini sejarah telah membuktikan sejak tahun 1908 masa kebangkitan nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan berbagai organisasi kepemudaan, seperti persatuan pelajar stofia, Trikoro Dharmo, Jong Islamanten Bond bahkan kita mengenal Budi Utomo tokoh pemuda kharismatik, mereka semua menjadi The Grand Old Man istilah bung Karno menjadi Stood Geeber bahkan menjadi The Founding Father pendiri, penggerak yang mampu merebut kemerdekaan. Jika tanpa pemuda mustahil Indonesia ini merdeka. Demikian ungkapan kekaguman Bung Karno terhadap generasi muda kita yang diabadikan oleh sejarah perjuangan bangsa.



Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita semua selaku remaja dan pemuda saat ini dan yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penug terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut saat ini.
The Young today is The leader tomorrow
 pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin yang akan datang.
Dengan demikian hadirin, islam tidak mengenal istilah pemuda pengangguran, pemuda mejeng, pemuda nangkring, tapi yang diinginkan oleh islam adalah pemuda-pemuda yang agresif, inopatif, progresif, dan produktif. Dengan demikian, dapat kita fahami apabila kita giat berkerja, rajin berusaha, dan gemar beramal artinya menuju masa depan yang cerah menjanjikan. Namun jika remaja dan pemuda malas berkerja, enggan berusaha, dan tidak mau beramal artinya menuju masa depan yang suram dan mengenaskan.
Insan yang pemalas tidak akan merasakan manisnya madu”  melainkan akan tenggelam dalam pahitnya empedu.No again without a paint tiada kebahagiaan tanpa lemah derita, tiada perjuangan tanpa pengorbanan.
Sebagai contoh bagi remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, mari kita renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat : 13
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
yaitu kami kisahkan kepadamu wahai Muhammad berita aneh mereka menurut perjalanan yang benar tidak ditambah dan tidak dikurangi sedikitpun”.
Dengan demikian, ayat tersebut merupakan khabariyyah ilahiyyah, suatu berita dari Allah swt. Isi beritanya adalah kisah tentang pemuda Ashabul Kahfi. Ashabul kahfi dapat kita jadikan uswah, terutama bagi remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa. Ashabul kahfi merupakan symbol personifikasi pemuda-pemuda beriman dan teguh pendirian, kuat mempertahankan iman, pemuda-pemuda gagah yang pandai pempertahankan akidah dan pemuda-pemuda idaman pintar membela keyakinan. Mereka lebih baik mati berkalang tanah dari pada mati bercermin bangkai.
Oleh sebab itu sebagai remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa mari kita singsingkan tangan, langkahkan kaki ke depan berkerja, kerkerja dan berkerja. Jika sikap ini yang diaflikasikan oleh para remaja dan pemuda kita maka Allah akan menjamin keberkahan bagi bangsa kita tercinta ini. Sebagaimana  Dr. Muhammad Sulaiman al-Asqori dalam zubdat at-Tafsir min Fathil Qadir menjelaskan bekerjalah sesuai dengan skil masing-masing. Setidaknya ada lima olah yang harus kita kerjakan yakni olah rasa agar iman melekat, olah rasio agar ilmu meningkat, oleh raga agar badan sehat, oleh usaha agar ekonomi kuat, dan oleh kinerja agar produktifitas meningkat. Hadirin jikalau lima potensi ini sudah melakat pada remaja dan pemuda sebagai generasi bangsa maka generasi penerus bangsa dapat melanjutkan estafet perjuangan yang meraih prestasi gemilang pada masa yang akan datang.

Peran Generasi Muda

Melihat kondisi negara saat ini yang mudah terpengaruh akan budaya asing, pasti akan timbul pertanyaan bagaimana kita harus bersikap dan bertindak?
Menjaga kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia, dengan cara membawa jati diri bangsa dan menunjukkan dimana pun kita berada, kita bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang mempunyai banyak hal yang mampu dibanggakan. Tidak peduli banyak hal postif dari luar yang masuk kedalam negeri ini, kita harus tetap lebih bangga terhadap hal-hal yang dimiliki oleh Indonesia.
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, dengan cara saling menghargai perbedaan, yang dimulai dari hal kecil, seperti perbedaan dalam menganut kepercayaan. Menaati peraturan, mengapa demikian? Karena adanya peraturan adalah untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara dengan bertujuan membuat Indonesia menjadi lebih baik dan menjaga stabilitas nasional.
Memanfaatkan kekayaan alam dengan baik dan untuk kepentingan bersama, oknum-oknum yang selalu mencari keuntungan pribadi dengan mengeruk kekayaan alam di Indonesia perlu ditindak lanjuti. Pelestarian kekayaan alam di Indonesia diperlukan agar anak cucu kita nantinya juga dapat merasakan apa yang dimiliki negeri ini.
Mengargai jasa para pahlawan, Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa adanya usaha dan perjuangan para pahlawan. Maka dari itu kita sebagai kaum muda harus menghargai apa yang telah mereka lakukan terhadap negara ini.
Lalu bagaimana dengan tindakan anarkis di lingkungan mahasiswa?
Dalam pengertian secara umum, tindakan anarkis menjurus kepada tindakan pengrusakan, perkelahian, dan tindakan negatif lainnya. Ketika tindakan ini dilakukan oleh orang-orang yang bukan dari kalangan intelektual, mungkin wajar saja. Tapi bagaimana jika yang melakukan ini adalah mahasiswa yang jelas-jelas merupakan generasi muda, generasi yang berwawasan akademis. Tindakan seperti demo yang sering dilakukan di beberapa tempat umum dan gedung pemerintahan, bentrokan-bentrokan yang sering terjadi akhir-akhir ini, tidak menunjukan predikat mahasiswa yang sesungguhnya.
Haruskah ini terus terjadi pada generasi-generasi berikutnya?
Mahasiswa harus memahami kembali hakikat dirinya bisa menjadi mahasiswa. Dilihat dari bentukan katanya, mahasiswa berasal dari dua kata, yaitu “maha” yang berati besar, dan “siswa” yang berarti orang yang belajar. Jadi, mahasiswa adalah pelajar yang mempunyai derajat paling tinggi dibandingkan dengan pelajar-pelajar lainnya. Oleh sebab itu, mahasiswa harus menggunakan akal dan hati nuraninya, dalam setiap mengatasi masalah yang ada. Sudah diketahui, bahwasannya mahasiswa adalah agent of social change, yaitu agen perubahan sosial. Mahasiswa sudah seharusnya menjadi pengawal perubahan tatanan masyarakat dalam kehidupan bernegara.



Sehingga, tujuan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur akan tercapai.
Budaya anarkis harus mulai dibedakan dari sekarang, mana anarkis yang sebenarnya dan yang tidak. Pertama, anarkis yang harus dilakukan mahasiswa adalah sikap selalu menolak jika ada bentuk penindasan dan ketidak adilan. Penolakan itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melaui publikasi dan demonstrasi. Dalam melakukan publikasi, mahasiswa bisa memanfaatkan media-media yang ada untuk menyampaikan penolakannya, misalnya melalui artikel, puisi, cerpen, atau karya tulis yang lain yang bisa dimanfaatkan.
Kedua, anarkis yang harus dihindari mahasiswa adalah anarkis yang diartikan ke dalam hal yang negatif seperti yang dijeaskan di awal. Sebut saja, bentrok dengan aparat kepolisian dalam demonstrasi, bertikai dengan teman sendiri karena berbeda pendapat, dan hal-hal lain yang sifatnya negatif. Sebab, ini jelas tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa yang notabene adalah insan akademis dan kaum intelektual.
Namun, harus digaris bawahi, jika berbagai uapaya penolakan sudah dilakukan, baik berupa publikasi maupun demonstrasi, tetapi segala bentuk penindasan dan ketidakadilan itu masih saja dilakukan, maka tindakan kekerasan harus dilakukan untuk meruntuhkan rezim yang melakukan hal itu. Sebab, apabila hal itu dibiarkan, maka semua cita-cita yang diimpikan oleh rakyat tidak akan terwujud. Oleh karena itu, mahasiswa harus mulai menamkan paham anarkisme dengan benar yang dijalankan sesuai dengan hukum bernegara dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.

 

Daftar pustaka



http://yandisangdebu.blogspot.com/2013/07/menyiapkan-generasi-penerus.html




Penulis: Mira Indri Ana, Siswa Kelas XII IPA 1,
MAN Insan Cendekia Gorontalo



Share:

3 komentar:

Latest Posts

Back to Top

Recent Posts

default
Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Cari Blog Ini

Blog Archive


CAHAYA ISLAM

Join & Follow Me

Recommend us on Google!

Postingan Populer

Sepakbola GP

Blog Archive