Latar Belakang
REMAJA DAN PEMUDA SEBAGAI GENERASI
PENERUS BANGSA
Peran Generasi Muda
Daftar pustaka
http://yandisangdebu.blogspot.com/2013/07/menyiapkan-generasi-penerus.html
Bangsa ini masih jauh
dari predikat sejahtera. Masih sangat sulit untuk mengatakan bahwa bangsa ini
adalah bangsa yang makmur.
Diera globalisasi ini kita telah dipermudah
oleh sarana komunikisi. Seharusnya kita bisa memanfaatkan sarana prasana yang
ada untuk membangun bangsa dan membangun bangsa ini agar kedepannya kian lebih
baik dan mewujudkan cita-cita para pahlawan yang telah gugur untuk menjadikan
bangsa yang beragam ini menjadi bangsa yang sejahtera. Namun yang banyak
terjadi justru sebaliknya.
Para pemuda kini lupa
akan tanggung jawab yang telah diamanahkan. Generasi muda adalah harapan banyak
orang untuk meneruskan ekspetasi bangsa yang besar ini. Sebagai generasi muda
dituntut untuk senantiasa bersikap baik,belajar menjadi sosok yang bijak.
Generasi muda harus selalu berada pada landasan yang benar agar dapat
merealisasikan cita-cita bangsa. Generasi muda mengemban amanat untuk
memperjuangkan hak-hak dan cita-cita bangsa.
Tidak akan ada Negara
yang bisa membangun manakala Negara tersebut tidak memiliki generasi muda yang
bermutu
Menyiapkan Generasi Penerus
Beberapa ayat Alquran di awal surat
Maryam mengisahkan Nabi Zakaria yang mengkhawatirkan generasi di belakangnya.
Dengan suara lembut Zakaria bermunajat kepada Allah SWT menuturkan kondisi
tulang belulangnya yang telah lemah, rambutnya yang telah bertabur uban, dan
istrinya yang mandul. Zakaria menginginkan anak untuk menjadi ahli waris
perjuangannya.
Seperti permohonan sebelumnya, permohonannya
yang satu inipun dikabulkan Allah SWT. Nabi Zakaria memperoleh seorang anak
yang diberi nama Yahya, suatu nama yang belum pernah dipakai orang sebelumnya.
Yang artinya hidup, berarti kehidupan Yahya akan melanjutkan kehidupan generasi
yang semula diduga akan terputus.
Nabi Zakaria merasa beruntung,
karena anaknya Yahya memegang erat Kitab Allah, dia diberi hikmah sejak kecil,
memiliki sifat belas kasihan dan kesucian, serta memelihara diri (takwa),
berbuat baik kepada ibu bapaknya, jauh dari kesombongan dan kedurhakaan. Yahya
memperoleh kesejahteraan di waktu lahir, di hari wafatnya, hingga hari
berbangkit nanti.
Kisah Nabi Zakaria di atas
menggambarkan sikap semua tokoh Islam yang menginginkan suksesi pemimpin umat.
Keinginan mempunyai generasi penerus sebuah jeritan batin yang kadangkala
disertai rintihan dan tetesan air mata. Harapan untuk terwujudnya suksesi itu
biasanya muncul ketika pemimpin umat telah panjang umur, kulit telah kendur,
gigi telah mulai gugur, mata mulai kabur, di kepala uban bertabur, dan sudah
hampir ke liang kubur.
Upaya mendapatkan suksesi itu
sebaiknya diiringi dengan kegiatan pembinaan dan bimbingan, meliputi pembinaan
akidah dan kemauan beramal, seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim kepada
anaknya Ismail. Firman-Nya, ''Dan ketika Ibrahim dan Ismail meninggikan sendi
Baitullah (keduanya berdoa), 'Oh Tuhan kami! Terimalah dari kami, sesungguhnya
Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Oh Tuhan kami! Jadikanlah kami
berdua orang yang patuh kepada Engkau dan jadikanlah dari keturunan kami umat
yang patuh juga kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara beribadah dan
ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Penerima Tobat dan Penyayang'.''
(Al-Baqarah: 127-128).
Kerja keras Ibrahim meletakkan dan
meninggikan sendi-sendi Baitullah dengan melibatkan anaknya Ismail adalah
sebuah ibadah besar yang berhubungan dengan tauhid, serta berisi dimensi
pembinaan dan bimbingan dari seorang pemimpin umat kepada generasi penerusnya.
Hingga kini dan insya Allah sampai akhir masa, kerja keras mereka berdua
dirasakan bermanfaat besar buat kelangsungan ibadah umat Islam di seluruh
penjuru dunia.
Sejalan dengan itu, umat Islam pun
diajar memohon kepada Allah untuk mendapatkan suksesi pemimpin umat yang
sekaligus merupakan kriteria seorang hamba Allah Tuhan Yang Maha Pengasih.
Firman-Nya, ''Dan mereka (hamba Allah Yang Maha Pengasih) berkata, 'Wahai Tuhan
kami, karuniakanlah kepada kami istri dan anak cucu yang menjadi penyejuk mata
dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertakwa'.'' (Al-Furqan: 74) Wallahu
a'lam.
Generasi penerus bangsa itu ibarat tiang dan bangsa itu ibarat bangunannya.
Bangunan dengan tiang yang kokoh dan berbahan bagus akan mampu bertahan walau
badai, petir, tsunami atau bencana apapun yang menghantam. Begitu juga dengan
Para generasi penerus bangsa, dengan iman dan kecerdasan yang mereka miliki
akan menjadi hal penting utama yang dibutuhkan untuk membuat bangsa ini maju
dan jauh dari perpecahan. Maka dari itu dibutuhkan kepandaian dan akhlak yang
baik dari generasi penerus ini. Untuk mencapai hal tersebut mereka memerlukan
pendidikan.
Pendidikan yang baik itu bukan hanya
berupa teori semata, yang akan hilang dalam waktu singkat. Namun, pendidikan
itu lebih condong kepada pengalaman yang disertai bagaimana cara menanganinya
dan penarikan kesimpulan dari pengalaman tersebutlah yang kita sebut pendidikan
yang baik.
Pendidikan dapat di peroleh di
manapun. Diantaranya adalah di rumah bersama keluarga, lingkungan, pertemanan,
dan sekolah. Pendidikan yang diperoleh dari sekolah lebih banyak berupa teori
yang telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh banyak ahli yang lebih dulu.
Namun demikian, yang namanya pelajaran yang berupa teori akan lebih lambat
dicerna tanpa adanya percobaan atau reka adegan yang dilakukan oleh guru atau
pelajar itu sendiri. Semua itu bertujuan untuk membangun pemahaman yang tinggi
kepada pelajar agar dapat dimanfaatkan untuk masa depannya dan mereka dapat
mengingat serta mengamalkan ilmu yang diperolehnya dari sekolah untuk
lingkungannya.
Sayangnya, tidak semua sekolah
benar-benar melaksanakan pendidikan semata untuk ilmu yang bermanfaat. Bahkan,
kebanyakan sekolah yang ada di jaman sekarang cenderung lebih mengutamakan
sistem cepat dan praktis untuk studi siswanya. termasuk beberapa sekolah di pulau
Bawean. Mereka hanya fokus pada kelulusan semua siswanya dengan nilai yang baik
bagaimanapun caranya, namun tidak memperhatikan sejauh mana siswanya memahami
materi yang diberikan. Salah satu contoh nyata adalah pada saat melaksanakan
test atau ujian. Siswa atau siswi dengan mudahnya membawa masuk telepon seluler
kedalam kelas untuk kemudian dipakai berbagi jawaban sesama peserta tes/ujian.
bahkan, tidak jarang beberapa guru pun ikut andil dalam mengerjakan sebagian
soal yang ada. Tentu saja, hal tersebut sangat membantu siswa untuk mendapatkan
nilai yang tinggi saat ujian-ujian penting, namun apa gunanya kita berlama-lama
sekolah jika ujianpun mendapat bantuan, bukankah lebih baik kita memalsukan
ijazah?. Lagipula, dampak negatif dari kecurangan tersebut juga tidak kalah
banyak dan mengkhawatirkan. Contohnya saja, siswa akan menjadi malas untuk
berusaha lebih keras untuk memahami materi yang masih belum dikuasai, ilmu yang
di dapatkan selama bertahun-tahun bersekolah akan sia-sia karena merasa telah
mendapat bantuan dalam mengerjakan, kemudian, kalaupun siswa tersebut nantinya
mendapat pekerjaan dia akan kesulitan mengerjakannya karena ilmu yang
seharusnya telah didapatkan di sekolahnya tidak diingat sama sekali.
Akan tetapi, tidak semua sekolah
atau pelajar yang melakukan kecurangan, masih banyak pelajar yang sadar akan
pentingnya kejujuran. Kebanyakan dari mereka itu tidak melakukannya karena
masih menghargai ilmu. Ibarat pepatah lama mengatakan “carilah ilmu sampai ke
negeri cina!”, mereka lebih memilih ilmu yang bermanfaat daripada ilmu yang
hanya sekedar lewat.
Kecurangan demi kecurangan itulah salah satu ciri penyakit generasi penerus
bangsa kita yang sedang marak menjangkit saat ini. Maka dari itu, cobalah mulai
dipikirkan dari sekarang beberapa pertanyaan berikut, “ apa tujuan utama kita
bersekolah?, akan dijalani seperti apa hidup ini oleh kita?, dan apa makna dan
kegunaan ilmu yang sebenar-benarnya?”. Dengan begitu, semua apa yang kita
ambil, kita inginkan dan kita jalani saat ini tidak membuat penyesalan yang
fatal di masa depan, tepatnya di saat hari tua kita tiba. Karena, di hari tua
inilah kita sering kali menderita atas kesalahan masa lalu. Mulai untuk
berpikir bahwa hidup yang baik itu selalu bahagia, kebahagiaan itu tidak
didapat dari kecurangan. Kekayaan dan jabatan yang didapat dari kecurangan
tidak akan membawa kebahagiaan karena kebahagiaan itu hanya berlaku pada
kebenaran. Jadi, pilihlah antara kebahagian seterusnya atau kesenangan sesaat
untuk pedoman hidup kita di dunia
Rasulullah terlah
bersabda :
Sebaik-baikgenerasi
adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari,
Muslim).
REMAJA DAN PEMUDA SEBAGAI GENERASI
PENERUS BANGSA
Masa
muda merupakan masa yang penuh dengan harapan,
penuh dengan cita-cita dan penuh dengan romantika kehidupan yang
sangat indah. Keindahan masa muda dihiasi dengan bentuk fisik yang masih kuat,
berjalan masih cepat, pendengaran masih akurat, pikiran masih cermat, kulit
wajah indah mengkilat, walaupun banyak jarawat, tetapi tidak gawat karena masih
banyak obat ditoko-toko terdekat, oleh karena itu pantas bila para pemuda dan
para remaja merupakan salah satu penentu meju dan mundurnya suatu Negara. Sebab
terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan sampai yang akan datang sesuai
dengan fitrohnya pemuda dan remaja merupakan tulang punggung suatu Negara,
penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya. Sebagaimana syekh Mustofa
al-Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :
“Sesungguihnya pada tangan-tangan
pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat”
Mengingat
betapa pentingnya remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, maka
pada kesempatan yang baik ini kita akan membicarakan remaja dan pemuda sebagai
generasi penerus bangsa, dengan landasan al-Qur’an surat an-Nisa ayat : 9
Artinya
: “Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”
“pada dasarnya setiap perintah menunjukkan
kewajiban”
Oleh
karena itu wajib bagi kita, saya, saudara dan kita semua merasa takut jika
meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi yang lemah.
Prof.
Dr. BJ. Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelamahan yang harus kita
hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan
yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak. Hadirin jika lima kelemahan ini
melekat pada generasi-generasi remaja dan pemuda kita, saya yakin mereka bukan
sebagai pelopor pembangunan melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat
pembangunan, bahkan penghancur pembangunan. Padahal hadirin dinegeri tercinta
ini sejarah telah membuktikan sejak tahun 1908 masa kebangkitan nasional sampai
menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan berbagai organisasi kepemudaan,
seperti persatuan pelajar stofia, Trikoro Dharmo, Jong Islamanten Bond bahkan
kita mengenal Budi Utomo tokoh pemuda kharismatik, mereka semua menjadi The Grand Old Man istilah
bung Karno menjadi Stood
Geeber bahkan menjadi The
Founding Father pendiri, penggerak yang mampu merebut
kemerdekaan. Jika tanpa pemuda mustahil Indonesia ini merdeka. Demikian
ungkapan kekaguman Bung Karno terhadap generasi muda kita yang diabadikan oleh
sejarah perjuangan bangsa.
Sejarah
tersebut mengajarkan kepada kita semua selaku remaja dan pemuda saat ini dan
yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab
yang penug terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut saat ini.
The
Young today is The leader tomorrow
pemuda hari ini adalah
jago-jagonya pemimpin yang akan datang.
Dengan
demikian hadirin, islam tidak mengenal istilah pemuda pengangguran, pemuda
mejeng, pemuda nangkring, tapi yang diinginkan oleh islam adalah pemuda-pemuda
yang agresif, inopatif, progresif, dan produktif. Dengan demikian, dapat kita
fahami apabila kita giat berkerja, rajin berusaha, dan gemar beramal artinya
menuju masa depan yang cerah menjanjikan. Namun jika remaja dan pemuda malas
berkerja, enggan berusaha, dan tidak mau beramal artinya menuju masa depan yang
suram dan mengenaskan.
“Insan yang pemalas tidak akan merasakan
manisnya madu” melainkan akan tenggelam dalam pahitnya
empedu.No again without a paint tiada
kebahagiaan tanpa lemah derita, tiada perjuangan tanpa pengorbanan.
Sebagai
contoh bagi remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, mari kita
renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat : 13
Artinya
: “Kami kisahkan kepadamu
(Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda
yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
“yaitu kami kisahkan kepadamu wahai
Muhammad berita aneh mereka menurut perjalanan yang benar tidak ditambah dan
tidak dikurangi sedikitpun”.
Dengan
demikian, ayat tersebut merupakan khabariyyah
ilahiyyah, suatu berita dari Allah swt. Isi beritanya adalah kisah
tentang pemuda Ashabul Kahfi. Ashabul kahfi dapat kita jadikan uswah, terutama
bagi remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa. Ashabul kahfi merupakan
symbol personifikasi pemuda-pemuda beriman dan teguh pendirian, kuat
mempertahankan iman, pemuda-pemuda gagah yang pandai pempertahankan akidah dan
pemuda-pemuda idaman pintar membela keyakinan. Mereka lebih baik mati berkalang
tanah dari pada mati bercermin bangkai.
Oleh
sebab itu sebagai remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa mari kita
singsingkan tangan, langkahkan kaki ke depan berkerja, kerkerja dan berkerja.
Jika sikap ini yang diaflikasikan oleh para remaja dan pemuda kita maka Allah
akan menjamin keberkahan bagi bangsa kita tercinta ini. Sebagaimana Dr.
Muhammad Sulaiman al-Asqori dalam zubdat at-Tafsir min Fathil Qadir menjelaskan
bekerjalah sesuai dengan skil masing-masing. Setidaknya ada lima olah yang harus
kita kerjakan yakni olah rasa agar iman melekat, olah rasio agar ilmu
meningkat, oleh raga agar badan sehat, oleh usaha agar ekonomi kuat, dan oleh
kinerja agar produktifitas meningkat. Hadirin jikalau lima potensi ini sudah
melakat pada remaja dan pemuda sebagai generasi bangsa maka generasi penerus
bangsa dapat melanjutkan estafet perjuangan yang meraih prestasi gemilang pada
masa yang akan datang.
Peran Generasi Muda
Melihat kondisi negara saat ini yang mudah
terpengaruh akan budaya asing, pasti akan timbul pertanyaan bagaimana kita
harus bersikap dan bertindak?
Menjaga kebanggaan kita sebagai bangsa
Indonesia, dengan cara membawa jati diri bangsa dan menunjukkan dimana pun kita
berada, kita bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang mempunyai
banyak hal yang mampu dibanggakan. Tidak peduli banyak hal postif dari luar
yang masuk kedalam negeri ini, kita harus tetap lebih bangga terhadap hal-hal
yang dimiliki oleh Indonesia.
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,
dengan cara saling menghargai perbedaan, yang dimulai dari hal kecil, seperti
perbedaan dalam menganut kepercayaan. Menaati peraturan, mengapa demikian?
Karena adanya peraturan adalah untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan bertujuan membuat Indonesia menjadi lebih baik dan menjaga stabilitas
nasional.
Memanfaatkan kekayaan alam dengan baik dan untuk
kepentingan bersama, oknum-oknum yang selalu mencari keuntungan pribadi dengan
mengeruk kekayaan alam di Indonesia perlu ditindak lanjuti. Pelestarian
kekayaan alam di Indonesia diperlukan agar anak cucu kita nantinya juga dapat
merasakan apa yang dimiliki negeri ini.
Mengargai jasa para pahlawan, Indonesia tidak
mungkin merdeka tanpa adanya usaha dan perjuangan para pahlawan. Maka dari itu
kita sebagai kaum muda harus menghargai apa yang telah mereka lakukan terhadap
negara ini.
Lalu bagaimana dengan tindakan anarkis di
lingkungan mahasiswa?
Dalam pengertian secara umum, tindakan anarkis
menjurus kepada tindakan pengrusakan, perkelahian, dan tindakan negatif lainnya.
Ketika tindakan ini dilakukan oleh orang-orang yang bukan dari kalangan
intelektual, mungkin wajar saja. Tapi bagaimana jika yang melakukan ini adalah
mahasiswa yang jelas-jelas merupakan generasi muda, generasi yang berwawasan
akademis. Tindakan seperti demo yang sering dilakukan di beberapa tempat umum
dan gedung pemerintahan, bentrokan-bentrokan yang sering terjadi akhir-akhir
ini, tidak menunjukan predikat mahasiswa yang sesungguhnya.
Haruskah ini terus terjadi pada
generasi-generasi berikutnya?
Mahasiswa harus memahami kembali hakikat dirinya bisa
menjadi mahasiswa. Dilihat dari bentukan katanya, mahasiswa berasal dari dua
kata, yaitu “maha” yang berati besar, dan “siswa” yang berarti orang yang
belajar. Jadi, mahasiswa adalah pelajar yang mempunyai derajat paling tinggi
dibandingkan dengan pelajar-pelajar lainnya. Oleh sebab itu, mahasiswa harus
menggunakan akal dan hati nuraninya, dalam setiap mengatasi masalah yang ada.
Sudah diketahui, bahwasannya mahasiswa adalah agent of social change, yaitu agen
perubahan sosial. Mahasiswa sudah seharusnya menjadi pengawal perubahan tatanan
masyarakat dalam kehidupan bernegara.
Sehingga, tujuan untuk menciptakan masyarakat adil
dan makmur akan tercapai.
Budaya anarkis harus mulai dibedakan dari sekarang,
mana anarkis yang sebenarnya dan yang tidak. Pertama, anarkis yang harus
dilakukan mahasiswa adalah sikap selalu menolak jika ada bentuk penindasan dan
ketidak adilan. Penolakan itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
melaui publikasi dan demonstrasi. Dalam melakukan publikasi, mahasiswa bisa
memanfaatkan media-media yang ada untuk menyampaikan penolakannya, misalnya
melalui artikel, puisi, cerpen, atau karya tulis yang lain yang bisa
dimanfaatkan.
Kedua, anarkis yang harus dihindari mahasiswa adalah
anarkis yang diartikan ke dalam hal yang negatif seperti yang dijeaskan di
awal. Sebut saja, bentrok dengan aparat kepolisian dalam demonstrasi, bertikai
dengan teman sendiri karena berbeda pendapat, dan hal-hal lain yang sifatnya
negatif. Sebab, ini jelas tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa yang notabene
adalah insan akademis dan kaum intelektual.
Namun, harus digaris bawahi, jika berbagai uapaya
penolakan sudah dilakukan, baik berupa publikasi maupun demonstrasi, tetapi
segala bentuk penindasan dan ketidakadilan itu masih saja dilakukan, maka
tindakan kekerasan harus dilakukan untuk meruntuhkan rezim yang melakukan hal
itu. Sebab, apabila hal itu dibiarkan, maka semua cita-cita yang diimpikan oleh
rakyat tidak akan terwujud. Oleh karena itu, mahasiswa harus mulai menamkan
paham anarkisme dengan benar yang dijalankan sesuai dengan hukum bernegara dan
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Daftar pustaka
http://yandisangdebu.blogspot.com/2013/07/menyiapkan-generasi-penerus.html
http://rizaldp.wordpress.com/2010/03/15/menjadi-pemuda-muslim-idaman/
http://putri87mardiati.blogspot.com/2013/06/kebangsaan-wawasan-dan-peran-generasi.htm
Penulis: Mira Indri Ana, Siswa Kelas XII IPA 1,
MAN Insan Cendekia Gorontalo
kak ? izin copast bisa ngk ? buat tugas kak :D
BalasHapusboleh ya kak ??? :D :p
BalasHapusKAK IZIN COPAS ,MAKASI
BalasHapus