BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Silaturahmi
merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Kaum muslimin
hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Sehingga perlu meluangkan waktu
untuk melaksanakan amal shalih ini. Demikian banyak dan mudahnya alat
transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kaum muslimin
bersilaturahmi. Bukankah silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang dituntut
fitrah manusia? Karena dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial
antar umat manusia. Silaturahmi juga merupakan dalil dan tanda kedermawanan
serta ketinggian akhlak seseorang.
Sesungguhnya
silaturahmi merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan memberikan kepada
pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat, menjadikannya diberkahi di manapun ia
berada, Allah swt memberikan berkah kepadanya di setiap kondisi dan
perbuatannya, baik yang segera maupun yang tertunda. Keutamaannya sangat
banyak, profitnya melimpah, buahnya matang, pohon-pohonnya baik yang memberikan
makanannya di setiap waktu dengan izin Rabb-nya
Kaum muslimin
hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Sehingga perlu meluangkan waktu
untuk melaksanakan amal shalih ini.
Demikian banyak dan
mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kaum
muslimin bersilaturahmi. Bukankah silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang
dituntut fitrah manusia?
Sesungguhnya
sempurnalah dengannya keakraban, tersebar kasih sayang dengan perantaraannya,
dan merata rasa cinta. Ia adalah bukti kemuliaan, tanda muru`ah, mengusahakan
bagi seseorang kemuliaan, pengaruh, dan wibawa. Karena alasan itulah
berlomba-lomba padanya orang-orang mulia yang berakal, maka mereka menyambung
(tali silaturrahim) kepada orang yang memutuskan dan memberi kepada orang yang
tidak mau memberi, serta bersifat santun kepada yang bodoh. Tidaklah nampak
muru`ah kecuali ada padanya tali kekeluargaan yang disambung kembali, kebaikan
yang diberikan, kesalahan yang dimaafkan, dan uzur yang diterima.
Silaturahim
termasuk akhlak yang mulia. Dianjurkan dan diseru oleh Islam. Diperingatkan
untuk tidak memutuskannya. Allah Ta’ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan
menyambung tali silaturahmi dalam sembilan belas ayat di kitab-Nya yang mulia.
Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab,
diantara firmanNya : “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat
kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah
orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan
dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad :22-23).
“Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’:1).
Silaturahmi
merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya, apa bila kita melaksanakan perintah
tersebut disamping kita mendapatkan pahala juga akan mendapatkan
keutamaan-keutamaan yang sangat banyak sekali.
BAB 2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Persaudaraan Muslim.
Artinya :
“An-Nu’man bin Basyir berkata, Nabi SAW. Bersabda,
‘Anda akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan cinta-mencintai,
pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka
menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya sehingga badannya terasa panas dan
tidak dapat tidur.” (Dikeluarkan oleh Bukhari : (78) kitab “Tatakrama”, (27)
bab: “Kasih sayang kepada Manusia dan Binatang”).[1]
Hadits
di atas menggambarkan hakikat antara hubungan sesama kaum muslimin yang begitu
eratnya menurut Islam. Hubungan antara mereka dalam hal kasih sayang, cinta dan
pergaulan diibaratkan hubungan antara anggota badan, yang satu sama lain saling
membutuhkan, merasakan dan tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu anggota
badan tersebut sakit, anggota badan lainnya ikut merasakan sakit.
Dalam
hadits lain dinyatakan bahwa hubungan antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya
bagaikan sebuah bangunan yang saling melengkapi. Bangunan tidak akan berdiri
kalau salah satu komponennya tidak ada ataupun rusak. Hal itu menggambarkan
betapa kokohnya hubungan antara sesama umat Islam.
Itulah
salah satu kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh kaum mukmin dalam
berhubungan anatara sesama kaum mukminin. Sifat egois atau mementingkan diri
sendiri sangat ditentang dalam Islam. Sebaliknya umat Islam memerintahkan
umatnya untuk bersatu dan saling membantu karena persaudaraan seiman lebih erat
daripada persaudaraan sedarah. Itulah yang menjadi pangkal kekuatan kaum
muslimin, setiap muslim merasakan penderitaan saudaranya dan mengulirkan
tangannya untuk membantu sebelum diminta yang bukan didasarkan atas “take and
give” tetapi berdasarkan Illahi.
Salah
satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau bersaudara ialah
persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan oleh bangsa Arab yang
sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai tetapi setelah mereka
menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir maupun batin,
merka dapat bersatu.
Menurut
M Quraisy Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an, ada empat
macam bentuk persaudaraan :
1. Ukhuwah ‘ubudiyyah
atau saudara kesemakhlukan dan ketundukan kepada Allah.
2. Ukhuwah Insaniyyah
(basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara
3. Ukhuwah Wathaniyah wa
an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuwah fi ad-din
al-Islam, persaudaraan muslim.
B.
Memelihara Silaturahmi.
Silaturahmi secara
bahasa berasal dari dua kata, yakni silah (hubungan) dan Rahim (Rahim
perempuan) yang mempunyai arti Hubungan nasab, kata al-Arham (rahim) diartikan
sebagai Silaturahmi.[2] Namun pada hakikatnya silaturahmi
bukanlah sekedar hubungan nasab, namun lebih jauh dari itu hubungan sesama
muslim. merupakan bagian dari silaturrahmi, sehingga Allah SWT mengibarat kan
umat Islam bagaikan satu tubuh. Sebagaimana firman-Nya :
“Sesungguhnya
orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (49:10).
Betapa penting
silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam pendidikan. Hal ini
karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap pendidikan karena bekal
hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu menyambung silaturhami akan
dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang selalu.
Orang yang selalu
bersilaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan relasi, sedangkan relasi
merupakan salah satu factor yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam
berusaha. Selain dengan banyaknya teman akan memperbanyak saudara dan berarti
pula ialah meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Hal ini karena telah
melaksanakan perintah-Nya, yakni menghubungkan silaturahmi. Bagi mereka yang
bertakwa Allah akan memberikan kemudahan dalam setiap urusannya. Allah SWT
berfirman :
Artinya : Barang siapa yang bertakwa pada Allah,
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari
arah yang tiada disangka-sangka.
(Q.S. Ath-Thalaq: 2-3).
(Q.S. Ath-Thalaq: 2-3).
Bagi mereka yang suka silaturahmi akan dipanjangkan
usianya adalah sangat logis meskipun memerlukan pemahaman dan persepsi yang
berbeda. Memang benar umur manusia itu sudah dibatasi dan tidak ada seorang pun
yang mampu mengubah kehendak Allah. Akan tetapi dengan banyaknya silaturahmi,
akan banyak berbuat kebaikan dengan sesama manusia yang berarti pula akan
semakin banyak mendapatkan pahala. Banyak silaturahmi pun akan menumbuhkan rasa
kasih sayang anatra sesama dan menimbulkan ghairah hidup tersendiri karena ia
banyak saudara yang akan bahu membahu dalam memecahkan berbagai problematika
hidup yang selalu mengikuti manusia.
1. Keutamaan Silaturrahim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي
رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (أَخْرَجَهُ
اَلْبُخَارِيُّ).
Dari Abi Hurairah ra.
Ia berkata : bersabda rasulullah saw. : “ Barang siapa yang ingin di luaskan
rizqinya dan di panjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturahmi”.
( H.R Bukhari)
Hadits yang agung ini
memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan silaturahmi. Yaitu
dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ
لاَيَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: “Maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya.” (QS Al A’raf: 34).
Jawaban para ulama tentang masalah ini sangatlah
banyak. Di antaranya,
Pertama, Yang
dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan
melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di
akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Kedua,
Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan
semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun.
Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40
tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan
menyambung silaturahim ataukah tidak).
Demikian ini ditinjau
dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada tambahannya. Bahkan
tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari ilmu makhluk, maka
akan tergambar adanya perpanjangan (usia).
Ketiga,
Yang dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia
tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini
dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah
Nawawi, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)]:
Keutamaan silaturahmi yang lainnya, dijelaskan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam banyak hadits. Diantaranya
ialah :
Pertama, Silaturahmi
merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana dijelaskan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairh, beliau
bersabda, dipanjangkan umur dan dilapangkan rizkinya oleh allah
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
Kedua, Mendapatkan
rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam ,
Artinya: “Allah menciptakan makhlukNya, ketika
selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang
berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah menjawab, “Tidakkah engkau
ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?”
Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.”” (Mutafaqun ‘alaihi).
Ibnu Abi Jamrah berkata,“Kata ‘Allah menyambung’,
adalah ungkapan dari besarnya karunia kebaikan dari Allah kepadanya.”
Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama
dalam uraian beliau,“Para ulama berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang
dan rahmat. Sehingga, makna kata ‘Allah menyambung’ adalah ungkapan dari
kasih-sayang dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas Shahih Muslim
16/328-329]
Ketiga, Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk
syurga dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam,
Artinya: “Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata,
seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat
memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah
Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan
bersilaturahmi.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).[2]
C.
Larangan Memutuskan Silaturahmi.
Sudah menjadi
sunnatullah bahwa hubungan sesame manusia tidaklah selamanya baik, ada problem
dan pertentangan. Hidup adalah perjuangan, tantangan, pengorbanan, dan
sekaligus perlombaan anatar sesama manusia. Tidak heran kalau terjadi gesekan
antar sesama dan tidak mungkin dapat dihindarkan.
Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang hingga melebihi tiga hari yanag ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling manjauhi. Hal ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Memang benar setiap manusia memiliki ego dan gengsi sehingga hal ini sering mengalahkan akal sehat akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama.
Di antara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabata. Ini bukan bahwa orang yang memulai salam berarti telah kalah tetapi ia telah melakukan perbuatan sangat mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.
Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang hingga melebihi tiga hari yanag ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling manjauhi. Hal ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Memang benar setiap manusia memiliki ego dan gengsi sehingga hal ini sering mengalahkan akal sehat akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama.
Di antara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabata. Ini bukan bahwa orang yang memulai salam berarti telah kalah tetapi ia telah melakukan perbuatan sangat mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.
2. Bahaya memutuskan silaturrahim
عَنْ
جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم : لاَ يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ (مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ)
Dari Jubair bin Muth’im ra. Ia berkata : bersabda Rasulullah saw. : “Tidak
akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan”. (Mutafaqun ‘alaih)
0rang yang memutuskan
silaturahmi adalah orang yang dilaknat oleh Allah. Dosa yang dipercepat oleh
Allah untuk diberi siksa di dunia dan akhirat adalah memutuskan silaturahmi
(selain berbuat zalim). 0rang yang memutuskan silaturahmi doanya tidak
dikabulkan oleh Allah. 0rang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk
surga. Bila dalam suatu kaum terdapat orang yang memutus silaturahmi, maka kaum
itu tidak akan mendapat rahmat dari Allah.[3]
Allah berfirman:
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu
akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan
Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga
mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka" (QS. Muhammad :22-23)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya :"Tidaklah seorang muslim memanjatkan
do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi
melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan
do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah
akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas
mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a." Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata," Allah nanti yang
memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian"." (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
artinya : "Tidak ada dosa yang Allah swt lebih
percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di
akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi" (HR
Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Artinya : "Rahmat tidak akan turun kepada kaum
yang padanya terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi (HR Muslim).
3. Larangan memutuskan silaturrahim
عَنْ
أَبِي أَيُّوبَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ
يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا, وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي
يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari Abu Ayub ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : “tidak di halalkan
bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga hari, sehingga jika
bertemu saling berpaling muka, dan sebaik-baik keduanya adalah yang mendahului
memberi salam”. (Mutafaqqun ‘alaih)
Islam menganjurkan
untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan pemutusan hubungan,
saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan lahirnya perpecahan.
Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim dan memperingatkan
agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya. Dan Nabi shalllallahu
alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah dikatakan menyambung silaturahmi
ketika seorang membalas kebaikan orang yang berbuat kebaikan kepadanya, yakni
menyambung hubungan dengan orang yang senang kepadanya. Akan tetapi yang
menjadi hakikat menyambung silaturahmi adalah ketika dia membalas kebaikan
orang yang berbuat jelek kepadanya atau menyambung hubungan dengan orang yang
memutuskan hubungan dengannya.
Nabi shallallahu
alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan disesuaikan dengan jenis amalan.
Karenanya, barangsiapa yang menyambung hubungan silaturahminya maka Allah juga akan
menyambung hubungan dengannya, dan di antara bentuk Allah menyambungnya adalah
Allah akan menambah rezekinya, menambah umurnya, dan senantiasa memberikan
pertolongan kepadanya.[4]
Sebaliknya, siapa
saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka Allah juga akan memutuskan
hubungan dengannya. Dan ketika Allah sudah memutuskan hubungan dengannya maka
Allah tidak akan perduli lagi dengannya, Allah akan menjadikannya buta dan
tuli, dan menimpakan laknat kepadanya. Dan siapa yang mendapatkan laknat maka
sungguh dia telah dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah Ta’ala yang Maha
Luas.
Dampak yang
ditimbulkan bila silaturahim diantara kita putus, sangatlah besar, baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Di antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah beribadah
dengan penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus tali
silaturahim dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya
tidak ada artinya di sisi Allah SWT.
2.
Amalan shalatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah SAW : "Terdapat 5
(lima) macam orang yang shalatnya tidak berpahala, yaitu : isteri yang dimurkai
suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendemdam
saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam shalat yang tidak disenangi
makmumnya."
3.
Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya
malaikat tidak akan turun kepada kaum yang didalamnya ada orang yang memutuskan
silaturahmi."
4.
Orang yang memutuskan tali silaturahmi diharamkan masuk surga. Sabda Rasulullah
SAW : " Terdapat 3 (tiga) orang yang tidak akan masuk surga, yaitu : orang
yang suka minum khamar, orang yang memutuskan tali silaturahmi dan orang yang
membenarkan perbuatan sihir."
BAB 3
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
interpretasi hadits di atas kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.
Silaturrahim
merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan tanda-tandanya.
2.
Silaturrahim
adalah penyebab bertambah umur dan luas rizqi.
3.
Silaturrahim
menyebabkan adanya hubungan Allah bagi orang yang menyambungnya.
4.
Silaturrahim
merupakan salah satu penyebab utama masuk surga dan jauh dari neraka, karena
tidak akan di terima amalan jika memutuskan silaturrahim.
5.
Silaturrahim
merupakan ketaatan kepada Allah dan ibadah besar, serta petunjuk takutnya hamba
kepada Rabb-Nya. Maka ia menyambung tali silaturrahim tatkala Allah menyuruh
untuk disambung.
6.
Di antara
besarnya silaturrahim, sesungguhnya sedekah terhadap keluarga sendiri tidak
seperti sedekah terhadap orang lain.
Penulis: Mutia Sayyidah, Siswi Kelas XII IPA 1,
MAN Insan Cendekia Gorontalo.
0 Comments:
Posting Komentar