Menyelami dalamnya lautan ilmu Islam hingga nampak cahaya dan terasa indah dalam sukma

Fi`il Mudhari` Marfu`

Fi`il Mudhari` Manshub

IKHLAS



IKHLAS

Rasulullah saw. bersabda : “Sesuatu yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Apakah syirik kecil itu?’ Beliau bersabda, ‘Riya’. Allah Ta’ala akan berfirman kepada mereka pada hari pembalasan, ‘Pergilah kamu kepada orang-orang yang kamu pameri waktu di dunia, maka lihatlah apakah kamu dapat memperoleh kebaikan dari mereka?”.
Al-Faqih mengatakan bahwa mereka diperlakukan seperti itu karena amal mereka sewaktu di dunia hanyalah tipuan belaka. Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka”. (Q.S. An-Nisa: 142)

Maksudnya Allah akan membatalkan pahala amal mereka, karena amal-amal mereka tidak ikhlas. Seseorang akan memperoleh pahala apabila amalnya itu ikhlas karena Allah. Apabila seseorang beramal karena orang lain, berarti dia menyekutukan Allah, sehingga Allah lepas tangan darinya.
Rasulullah saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Aku tidak membutuhkan amal yang di dalamnya terkandung persekutuan kepada selain Aku. Barangsiapa mengerjakan suatu amal perbuatan yang di dalamnya terkandung persekutuan kepada selain Aku, maka Aku lepas darinya”.
Hadits di atas mengandung petunjuk bahwa Allah Ta’ala tidak akan menerima sedikitpun amal, kecuali amal yang dikerjakan karena ikhlas kepada-Nya. apabila amal itu tidak ikhlas, maka Ia tidak akan menerimanya dan di akhirat tidak ada pahala bagi orang yang mengerjakannya, bahkan tempat kembalinya adalah neraka Jahannam. Dalil yang menunjukkan hal itu adalah Firman Allah yang berbunyi : “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia”. (Q.S. Al-Isra: 18)
Maksudnya, barangsiapa yang dengan amalnya hanya mengharapkan dunia dan tidak menginginkan pahala akhirat, maka Allah akan memberikannya di dunia sesuai dengan apa yang Ia kehendaki. Allah berhak untuk membinasakan orang yang seperti itu dan berhak pula memberikan kesenangan di dunia kepadanya, kemudian kelak di akhirat ia akan dimasukkan ke dalam neraka dalam keadaan hina. Akan tetapi, barangsiapa menginginkan pahala akhirat dan berusaha melakukan setiap alam dengan ikhlas, maka amalnya akan diterima oleh Allah.
Meskipun begitu, masing-masing dari dua kelompok manusia itu (baik yang beramal bukan karena Allah maupun yang beramal ikhlas karena Allah) senantiasa mendapatkan kemurahan hati Allah yang tidak bisa dihalangi oleh siapapun. Maksudnya, Allah tetap mengaruniakan rezeki-Nya kepada siapa saja, baik orang mukmin maupun orang kafir, orang baik maupun orang jahat.
Rasulullah saw. bersabda : “Adakalanya orang yang berpuasa tidak memperoleh bagian apa-apa dari puasanya itu, kecuali lapar dan dahaga. Terkadang ada orang yang mengerjakan solat malam tidak memperoleh apa-apa dari salat malamnya itu, kecuali bangun malam dan letih”.
Maksudnya, apabila puasa dan salat malam itu dikerjakan bukan karena Allah, maka tidak ada pahala baginya. Sementara orang bijak mengumpamakan, bahwa orang yang mengerjakan ibadah karena riya (pamer kepada orang lain) dan sum’ah (menginginkan popularitas) adalah seperti orang yang pergi ke pasar dan memenuhi kantongnya dengan kerikil, kemudian orang-orang berkata, “Betapa penuhnya kantong orang itu”, namun ia sendiri tidak bisa mengambil manfaat, kecuali hanya pujian orang. Jika ia ingin membeli sesuatu, maka kerikil itu sama sekali tidak bisa dipergunakan sebagai alat beli dan ia tidak mendapatkan apa-apa. Demikian pula orang yang beramal karena riya dan sum’ah, ia tidak akan bisa mengambil manfaat apa-apa dari amalnya, kecuali hanya pujian orang, dan kelak di akhirat ia tidak akan mendapatkan pahala, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan Kami periksa semua amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (Q.S. Al-Furqan: 23)
Seorang mujahid berkata : “Ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku bersedekah dengan suatu sedekah, kemudian dengan sedekah itu di samping mengharapkan keridaan Allah Ta’ala aku juga ingin dikatakan orang yang baik (oleh orang lain)’. Kemudian turunlah ayat (Q.S. Al-Kahfi: 110) yang artinya, ‘Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan jangan mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya”.
Maksudnya, barangsiapa menginginkan pahala dari Allah, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dengan ikhlas dan tidak mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya.
Seorang bijak mengatakan, barangsiapa mengerjakan tujuh hal tanpa disertai dengan tujuh hal yang lain, maka apa yang ia kerjakan itu tidak akan bermanfaat, yaitu :
      1.      Seseorang yang beramal karena takut , namun tidak memelihara diri. Ia mengatakan, “Saya takut akan siksaan Allah”, tetapi ia tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa, maka ucapannya itu sama sekali tidak bermanfaat bagi dirinya.
      2.      Seseorang yang beramal dengan penuh harapan namun tidak berusaha. Ia mengatakan, “Saya mengharapkan pahala Allah”, tetapi ia tidak berusaha mencapainya dengan amal saleh, maka apa yang ia ucapkan itu tidak ada gunanya.
      3.      Niat tanpa realisasi. Di dalam hati ia berniat untuk beribadah dan berbuat baik, namun ia tidak merealisasikannya. Dengan tindakan, maka apa yang ia niatkan itu tidak akan bermanfaat bagi dirinya.
      4.      Doa tanpa kesungguhan. Ia berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan untuk mengerjakan perbuata-perbuatan yang baik, namun ia tidak bersungguh-sungguh untuk mengerjakannya, maka doanya itu tidak ada baginya. Yang lebih penting hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam beramal, niscaya Allah akan membrinya kekuatan. Allah berfirman : “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam (mencari keridaan) Kami, niscaya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al-Ankabut: 69)
      5.      Mohon ampunan tanpa penyesalan. Ia mengucapkan, “Saya mohon ampun kepada Allah”, namun ia tidak menyesali dosa-dosanya, maka permohonannya itu sia-sia.
      6.      Dalam hal-hal yang kelihatan ia kerjakan dengan baik, namun dalam hal-hal yang tidak diketahui orang lain, ia tidak mengerjakannya dengan baik. Tindakan semacam itu tidak mendatangkan kebaikan kepada pelakunya.
      7.      Seseorang yang beramal dengan sungguh-sungguh tanpa ikhlas. Maksudnya ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ibadah, namun amal ibadahnya itu tidak ikhlas karena Allah Ta’ala. Karenanya, amal-amal yang tidak ikhlas itu tidak akan bermanfaat apa-apa bagi dirinya, bahkan hal itu merupakan penipuan bagi dirinya sendiri.
 
 Semoga Amalan-amalan kita senantiasa didasari oleh niat ikhlas karena Allah swt bukan karena siapapun apalagi karena ingin dipuji dan dianggap mulia. Wallahu A`lam
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Latest Posts

Back to Top

Recent Posts

default
Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Cari Blog Ini

Blog Archive


CAHAYA ISLAM

Join & Follow Me

Recommend us on Google!

Postingan Populer

Sepakbola GP

Blog Archive