Harun Yahya - Dalam perjalanannya ke sekolah setiap
hari, Umar berjalan melewati halaman rumah di seberang jalan dan menunggu di
sana untuk beberapa saat. Temannya yang sangat baik tinggal di dalam taman ini.
Tak seorangpun tahu siapakah teman ini, tetapi Umar sangat menyayanginya. Umar
tidak pernah lupa untuk mengunjungi temannya, dan sangat senang bersahabat
dengannya. Lagi pula, temannya ini lebih pandai dari siapapun juga. Meskipun
tubuhnya sangat kecil, teman Umar ini mampu melakukan berbagai pekerjaan
penting. Ia juga sangat rajin bekerja. Ia melakukan seluruh pekerjaannya dengan
sangat baik dan tepat waktu, seolah-olah ia adalah seorang prajurit dalam
angkatan bersenjata. Kendatipun ia tidak bersekolah sebagaimana Umar, ia mampu
melakukan berbagai macam kewajiban-kewajiban yang harus ia lakukan dalam
hidupnya.
Tentunya engkau bertanya-tanya,
siapakah teman mungil ini?
Teman rahasia Umar
adalah seekor semut kecil, yang dapat melakukan berbagai pekerjaan yang menakjubkan.
Engkau mungkin belum pernah
mendengar betapa terampil dan pandainya semut-semut itu. Beberapa di antara
kamu bahkan mungkin menganggap mereka sebagai serangga-serangga sederhana yang
berkeliaran sepanjang hari tanpa melakukan pekerjaan apapun. Akan tetapi jika
ada di antara kalian yang beranggapan demikian, maka kalian telah keliru. Sebab
semut, seperti halnya makhluk hidup yang lain, juga memiliki cara hidupnya
sendiri.
Umar berkesempatan untuk
mempelajari seluk-beluk kehidupan semut dari temannya, sang semut. Inilah yang
menyebabkan mengapa Umar tidak pernah lupa mengunjungi temannya dan sangat
senang bercakap-cakap dengannya.
Umar sangat takjub dengan hal-hal
yang ia pelajari dari temannya tentang dunia semut. Dia ingin berbagi segalanya
yang ia pelajari dengan orang lain tentang ketrampilan, kepandaian dan semua
kemampuan luar biasa yang dimiliki teman kecilnya itu.
Lalu, apakah yang membuat Umar
begitu gembira? Mengapa ia begitu terpesona dengan dunia semut? Engkau pasti
bertanya-tanya mengapa. Kalau begitu, teruslah membaca...............
Semut memiliki jumlah yang jauh
lebih banyak dari kebanyakan makhluk hidup lain di dunia ini. Untuk setiap 700
juta semut yang lahir di dunia ini, hanya ada 40 bayi manusia baru. Dengan kata
lain, jumlah semut di dunia lebih banyak dibandingkan jumlah manusia.
Keluarga semut juga sangat besar.
Sebagai contoh, engkau mungkin mempunyai keluarga beranggotakan 4-5 orang.
Sebaliknya, dalam satu keluarga semut, kadang terdapat jutaan semut. Sekarang
coba pikirkan barang sejenak: jika engkau memiliki kakak dan adik laki-laki
ataupun perempuan dengan jumlah jutaan, dapatkah kalian hidup dalam satu rumah?
Tentu saja tidak!
Keistimewaan semut tidak hanya
sebatas ini. Meskipun mereka yang berjumlah jutaan ini hidup bersama-sama,
mereka tidak mempunyai masalah antara satu dengan yang lainnya, tidak ada
kekacauan dan tidak terjadi keonaran. Mereka hidup dalam masyarakat yang sangat
teratur rapi, dan setiap orang mematuhi peraturan-peraturan yang ada.
Beberapa keluarga semut melakukan
pekerjaan layaknya tukang jahit, sebagian yang lain bercocok tanam seperti
petani, dan bahkan sebagian lagi ada yang memiliki peternakan-peternakan kecil
dimana mereka memelihara beberapa binatang yang lebih kecil. Sebagaimana
manusia yang mengembangbiakkan sapi dan mengambil susunya, semut juga beternak
kutu tanaman kecil (afid) dan memanfaatkan susunya.
Sekarang marilah kita dengarkan kisah Umar tentang dunia
semut.
Umar: Aku pertama kali bertemu
dengannya ketika aku melihat kepalanya yang mungil muncul dari dalam tanah.
Kepalanya menarik perhatianku, sebab ukurannya sedikit lebih besar daripada
tubuhnya. Aku heran mengapa kepalanya sebesar itu dan mulai mengamati temanku
yang mungil ini. Kepala besar pada tubuhnya yang mungil membantu dalam tugasnya
sebagai penjaga di pintu masuk sarangnya. Apakah kalian ingin tahu ‘bagaimana’
caranya? Ia melakukannya dengan memeriksa apakah semut-semut yang memasuki
sarangnya termasuk anggota keluarganya atau bukan, dan tidak mengizinkannya
masuk jika bukan termasuk keluarganya.
Segera setelah
melihatnya, aku menemuinya dan bertanya apa yang sedang terjadi di dalam
sarang. Temanku yang mungil mengerti rasa ingin tahuku, dan mulai bercerita
kepadaku. Yang paling membuatku penasaran adalah bagaimana semut-semut
berkepala besar mengenali teman-teman serumah mereka dan membiarkannya masuk ke
sarang.
Semut :Umar, pertama-tama aku hendak mengatakan kepadamu bahwa
kami menyebut keluarga kami sebagai ‘koloni’. Dengan kata lain, kami hidup
dalam masyarakat yang disebut koloni. Seekor semut dapat dengan mudah mengatakan
apakah seekor semut lain termasuk anggota koloninya atau bukan. Ia melakukannya
dengan cara menyentuh tubuh semut lain tersebut dengan antenanya (batang kecil
tipis yang menjulur keluar dari bagian atas kepala semut), yang membantunya
mengenali semut-semut asing melalui ‘bau koloni’ yang mereka miliki.. Jika
semut tersebut ternyata asing, maka kami tidak akan mengizinkannya memasuki
rumah kami. Bahkan terkadang kami harus menggunakan kekuatan untuk memaksa
mereka pergi.
Umar kagum setelah mendengarkan
tentang sistim keamanan mereka yang sempurna dan bertanya-tanya bagaimana
mungkin binatang-binatang asing yang mencoba memasuki sarang tersebut akan
berani melakukannya. Ketika Umar menyampaikan apa yang diikirkannya ini kepada
temannya, ia tersenyum kepada Umar dan mengatakan bahwa masih banyak hal lain
yang akan membuat Umar takjub.
Kemudian semut
berkata: “Sekarang akan kujelaskan kepadamu tentang bagian dalam sarang kami
yang kau sangat ingin ketahui. Koloni kami terdiri atas ratu semut, semut
pejantan, semut prajurit, dan semut pekerja.”
Ratu semut dan
semut pejantan menjaga kelestarian jenis kami. Ratu semut berukuran lebih besar
dari yang lain. Tugas para semut pejantan adalah menjadikan sang ratu
melahirkan bayi-bayi semut baru. Para prajurit bertanggung jawab melindungi
koloni kami, berburu, dan menemukan tempat-tempat baru untuk membangun sarang.
Kelompok terakhir terdiri dari semut-semut pekerja. Seluruh semut pekerja adalah
semut betina yang mandul. Dengan kata lain, mereka tidak dapat melahirkan
bayi-bayi semut. Mereka menjaga ratu semut serta bayi-bayinya, dan membersihkan
serta memberi makan mereka. Selain itu, mereka juga melakukan
pekerjaan-pekerjaan lain di dalam koloni. Mereka membangun gang-gang baru di
dalam sarang, mencari makanan, dan membersihkan sarang. Di antara para semut
pekerja dan prajurit juga terjadi pembagian lagi menjadi kelompok-kelompok yang
lebih kecil. Di antara mereka terdapat kelompok peternak, kelompok pembangun
sarang dan kelompok pencari makanan. Sertiap kelompok mempunyai pekerjaan yang
berbeda. Ketika satu kelompok bertempur melawan musuh atau berburu, satu
kelompok yang lain membangun sarang, dan yang lain lagi bertanggung jawab dalam
kebersihan dan perbaikan sarang.”
Saat teman Umar
yang mungil menjelaskan semua hal ini, ia mendengarkannya dengan terheran-heran
dan kemudian bertanya kepadanya: ”Apakah engkau tidak pernah merasa bosan
dengan menunggu di pintu masuk sarang sepanjang waktu? Apa tugasmu di dalam
sarang?”
Semut menjawab:
“Saya juga seorang pekerja, dan tugas saya di sini sebagai penjaga pintu masuk.
Seperti yang kau lihat, kepalaku cukup besar untuk menutup lubang pintu masuk
sarang. Saya sangat bersyukur karena memiliki kemampuan ini, dan saya
melaksanakan kewajiban saya dengan senang hati. Saya tak pernah merasa bosan;
bahkan sebaliknya, saya merasa sangat bahagia karena dapat melindungi
teman-teman saya dari ancaman bahaya.”
Umar tidak dapat
menyembunyikan rasa kagumnya atas jawaban tersebut. Para semut bekerja
sepanjang waktu untuk menolong sesamanya, tanpa memikirkan dirinya sendiri dan
tanpa merasa ada masalah – sesuatu yang bahkan manusia sendiri seringkali tidak
sanggup melakukannya.
Dari apa yang telah
disampaikan temannya yang mungil, Umar dapat dengan mudah memahami bahwa
pekerjaan dalam sarang secara sempurna terbagi di antara para semut. Telah
jelas bahwa kehidupan semut sangatlah teratur rapi dan seluruh semut tidak
mementingkan dirinya sendiri. Kemudian Umar bertanya apakah mereka saling
berkelahi di antara mereka karena sebagian merasa lebih baik atau lebih kuat dari
yang lain. Teman Umar menjawab bahwa hal seperti itu tidak pernah terjadi dan
menambahkan:
“Kami adalah
keluarga besar, Umar. Tidak ada rasa cemburu, persaingan atau ambisi di antara
kami. Kami selalu saling tolong-menolong dan melakukan yang terbaik untuk
koloni kami. Segala sesuatu kami kerjakan dalam koloni dengan pengorbanan diri
kami. Setiap semut senantiasa memikirkan kebaikan teman-temannya terlebih dahulu,
baru kemudian dirinya sendiri. Contohnya begini: Ketika persediaan makanan
dalam koloni berkurang, para semut pekerja segera merubah dirinya menjadi semut
‘pemberi makan’, dan mulai memberi makan semut-semut lainnya dengan makanan
yang ada dalam perut mereka yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan.
Ketika tersedia makanan yang cukup dalam koloni, mereka akan berubah kembali
menjadi semut pekerja.
Saya seringkali
mendengar orang-orang mengatakan bahwa terjadi persaingan di antara makhluk
hidup di alam. Jangan pernah percaya pada apa yang mereka katakan. Kami tahu
benar bahwa kami harus saling bekerja sama dan tolong-menolong agar dapat hidup
dengan baik.”
Umar mengatakan
bahwa apa yang semut katakan tentang dirinya sendiri dan koloninya adalah
contoh yang sangat bagus dalam hal ini. Umar merasa sangat bahagia setelah tahu
bahwa Allah menciptakan semut yang sangat tidak mementingkan diri sendiri,
penolong dan penuh perhatian terhadap teman-temannya. Setelah mengatakan hal
ini pada semut, Umar berniat untuk setidaknya menjadi orang yang senantiasa
memikirkan kebaikan orang lain sebagaimana para semut, dan menjadi orang baik
yang dicintai Allah.
Waktu masuk sekolah
sudah dekat dan Umar sudah harus berada di sekolah. Umar berkata kepada
temannya bahwa ia harus pergi, namun ia akan menjumpainya lagi besok.
Keesokan harinya,
Umar datang lagi ke tempat yang sama dan menunggu teman mungilnya. Setelah
beberapa menit, si semut pun muncul. Umar berkata kepadanya bahwa ia sudah
tidak sabar menunggu sepanjang malam untuk bertemu dengannya lagi. Lalu Umar
mengingatkan tentang janji temannya untuk bercerita tentang bagian dalam sarang
semut. Maka mulailah sang semut bercerita tentang rumahnya:
Meskipun kami
adalah binatang yang mungil, sarang kami berukuran sangat besar, seperti halnya
markas sebuah angkatan bersenjata yang besar. Jika engkau adalah seekor semut
asing, kau tidak akan pernah dapat memasukinya. Sebab, sebagaimana telah kau
ketahui, terdapat para penjaga seperti saya di pintu masuk.
Di bagian dalam
sarang, terdapat pekerjaan yang berlangsung dengan sangat teratur rapi dan
tanpa henti. Ribuan, bahkan jutaan semut prajurit dan semut pekerja
melaksanakan pekerjaan mereka dengan cara yang sangat tertata rapi. Bangunan
sarang kami sangat sesuai untuk pekerjaan dalam ruangan. Terdapat
ruangan-ruangan khusus untuk setiap pekerjaan, dan ruangan-ruangan ini didisain
sedemikian rupa agar para semut prajurit dan pekerja seperti saya dapat bekerja
dengan sangat mudah dan nyaman.
Selain itu, kami
mempertimbangkan seluruh kebutuhan kami saat membangun sarang. Misalnya, sarang
kami mempunyai lantai-lantai di bawah tanah yang hanya membolehkan masuknya
sinar matahari dengan jumlah terbatas. Akan tetapi ada juga beberapa ruangan
yang membutuhkan energi matahari. Kami membangun ruangan-ruangan seperti ini
pada lantai paling atas, yang menerima sinar matahari pada sudut yang paling
lebar. Dan juga, ada ruangan-ruangan yang harus senantiasa berhubungan satu
sama lain. Kami membangun ruangan-ruangan ini berdekatan satu sama lain,
sehingga semut-semut tersebut dapat dengan mudah bertemu satu dengan yang lain.
Ruang penyimpanan makanan kami, tempat dimana kelebihan material disimpan,
dibangun sebagai ruangan terpisah pada salah satu sisi sarang. Lumbung-lumbung
tempat kami menyimpan makanan adalah tempat-tempat yang mudah dijangkau. Selain
itu, ada pula ruangan besar yang terletak tepat di pusat sarang di mana kami
berkumpul bersama pada waktu-waktu tertentu.”
Ketika Umar
mendengar semua itu, ia bertanya kepada teman mungilnya: “Apakah kamu
benar-benar melakukan seluruh pekerjaan ini? Aku tidak tahu bahwa semut dapat
melakukan pekerjaan seperti para insinyur dan arsitek yang terampil. Jika
manusia hendak membangun bangunan sempurna semacam itu, mereka harus
menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah dan harus bekerja sangat keras.
Apakah kalian juga mendapatkan pelatihan semacam itu? Ketika menjawab
pertanyaan ini, si semut justru menceritakan kepadanya hal-hal yang lebih sulit
diterima akal tentang teman-temannya:
“Tidak, Umar. Semua
kami memiliki berbagai kemampuan ini dalam diri kami. Hal ini tidak pernah
diajarkan kepada kami, tetapi kami tahu pasti apa yang harus kami lakukan, dan
kapan. Ini belum seberapa. Apa yang akan aku ceritakan kepadamu selanjutnya
sungguh akan membuatmu lebih terkejut lagi.
Seperti yang telah
kukatakan sebelumnya, sarang kami sangatlah besar dibandingkan dengan ukuran
tubuh kami. Meskipun demikian, sarang ini memiliki kehangatan yang merata. Di
dalam sarang kami terdapat sistem pemanasan pusat yang sangat canggih. Dengan
cara ini, suhu menjadi tidak berubah sepanjang hari. Agar hal ini terjadi, kami
menutupi permukaan bagian luar sarang kami dengan bahan yang dapat mencegah
panas agar tidak masuk ke dalam. Dengan demikian, kami mencegah masuknya udara
dingin ke dalam sarang selama musim dingin, dan menjaga udara panas agar tetap
di luar dan tidak masuk ke dalam sarang selama musim panas. Begitulah cara
bagaimana kami selalu menjaga agar suhu di dalam tetap tidak berubah.”
Sungguh, jika Umar
tidak pernah berjumpa dengan teman kecilnya, ia akan sulit mempercayai bahwa
semut dapat melakukan semua pekerjaan ini. Umar berkata kepada si semut:
“Sebelum engkau bercerita kepadaku tentang semua ini, jika seseorang datang dan
berkata padaku tentang seluk-beluk sarang kalian dan bertanya siapakah yang
dapat membangun sarang seperti itu, aku akan menjawab dengan jawaban yang
sangat berbeda. Aku akan mengatakan bahwa sarang seperti itu hanya dapat
dibangun dengan menggunakan peralatan yang sangat baik dan kerja keras dari orang-orang
yang sangat terampil. Jika seseorang mengatakan kepadaku bahwa bangunan ini
tidak dibangun oleh orang-orang yang berpendidikan akan tetapi oleh semut, maka
kukatakan sesungguhnya bahwa aku tidak akan pernah mempercayainya.”
Saat temannya yang
mungil, si semut, berbicara dengan Umar, beragam pikiran melintas dalam
benaknya. Umar berpikir bahwa semut lebih terampil daripada manusia, dan ia
kini melihat hewan-hewan tersebut dengan pandangan yang berbeda dari
sebelumnya. Umar mengerti bahwa semut diciptakan oleh Allah, dan ilham atau
wahyu Allah yang diberikan kepada mereka setiap saat inilah yang menjadikan mereka
berperilaku demikian. Kalau tidak, mereka tidak akan pernah mampu melakukan
semua ini dengan sangat baik.
Di saat semua
pikiran ini terbayang dalam benak Umar, teman kecilnya terus berbicara. Di saat
ia melanjutkan ceritanya, Umar pun semakin tertarik saja, dan ingin menanyakan
segala sesuatu yang muncul dalam pikirannya. Ia langsung saja melontarkan
pertanyaan pertama yang muncul di benaknya. Ia telah diberitahu sebelumnya
bahwa semut melakukan pekerjaan sebagaimana petani, lalu ia pun meminta
penjelasan kepada semut bagaimana mereka melakukannya. Bagaimana seekor semut
yang sedemikian kecil bercocok tanam pada lahan tanpa menggunakan satu
peralatan pun, padahal seorang manusia pun akan sulit melakukannya?
Semut berkata:
“Kuceritakan kepadamu satu hal lagi tentang kami. Setelah itu, akan lebih mudah
untuk menjawab pertanyaanmu. Walaupun kami tampak sangat mirip, kami terbagi
menjadi banyak kelompok yang berbeda berdasarkan cara hidup dan penampakan
fisik kami. Ada sekitar 8.800 jenis semut yang berbeda. Semua jenis tersebut
mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Semut petani adalah salah satu di antara
jenis yang beragam ini. Kini, akan kuceritakan kepadamu tentang para semut yang
hidup dengan bertani. Mereka disebut “Atta”, yaitu semut yang memotong daun.
Ciri yang menonjol
pada “Atta” adalah kebiasaan mereka membawa potongan dedaunan yang mereka
potong di atas kepala mereka. Untuk memudahkan pekerjaan ini, pertama-tama
mereka membuat dan meratakan jalan setapak agar mereka dapat dengan mudah
melaluinya. Jalan yang mereka lalui menuju sarang, sambil membawa potongan
daun, terlihat seperti jalan raya kecil. Semut berjalan perlahan sepanjang
jalur ini, mengumpulkan semua ranting-ranting, kerikil-kerikil kecil, rumput
dan tumbuhan liar pada permukaan tanah, dan memindahkan mereka. Dengan cara
ini, mereka membersihkan jalan setapak yang akan mereka gunakan sendiri.
Setelah kerja keras
yang panjang, jalan raya tersebut menjadi lurus dan rata seakan-akan telah
diratakan dengan suatu peralatan khusus. Atta berjalan menuju sarang mereka
dengan melewati jalur ini, sambil bersembunyi di bawah potongan daun besar yang
mereka bawa dengan rahang mereka yang mengapit kuat.
Umar: Kau mengatakan mereka bersembunyi di bawah dedaunan?
Mengapa Atta merasa perlu bersembunyi di bawah dedaunan?
Semut: Atta terkadang harus berhati-hati, Umar. Misalnya,
semut Atta pekerja yang berukuran sedang menghabiskan waktunya hampir sepanjang
hari jauh di luar sarangnya dan membawa dedaunan. Sulit bagi mereka untuk
melindungi diri mereka sendiri saat mereka melakukan hal itu, sebab mereka
membawa dedaunan menggunakan rahang mereka yang biasanya digunakan untuk
mempertahankan diri.
Umar: Jadi, kalau mereka tidak dapat melindungi diri sendiri,
siapakah yang melindungi mereka?
Semut: Semut-semut pekerja pemotong daun selalu ditemani oleh
para pekerja lain yang lebih kecil ukuran tubuhnya. Pekerja-pekerja ini menaiki
bagian atas dedaunan yang dibawa oleh Atta dan mengawasi musuh. Di saat ada
serangan musuh, mereka, walaupun ukurannya kecil, berusaha melindungi teman
mereka.
Umar: Sebuah contoh lain yang mengagumkan tentang pengorbanan
diri. Tapi aku ingin tahu satu hal lagi. Sebenarnya untuk apakah Atta
menggunakan dedaunan ini? Mengapa Atta terus-menerus mengangkut dedaunan
tersebut sepanjang hari?
Semut: Mereka membutuhkannya untuk kegiatan bertani mereka.
Atta menggunakan dedaunan ini untuk menumbuhkan jamur. Semut tidak dapat
memakan dedaunan tersebut. Jadi, para semut pekerja membuat gundukan dengan
potongan-potongan daun ini setelah mengunyahnya, dan kemudian menempatkannya
dalam bilik-bilik bawah tanah dalam sarang. Di dalam bilik ini, mereka
menumbuhkan jamur pada dedaunan dan mendapatkan makanan mereka dari tunas-tunas
jamur yang sedang tumbuh
Sekarang engkau
pasti bertanya-tanya bagaimana semut-semut mungil ini dapat melakukan semua
pekerjaan yang menakjubkan ini secara mandiri?
Umar: Ya. Aku benar-benar sedang berusaha memahami bagaimana
semut mampu melakukan itu semua. Misalnya, jika engkau memintaku untuk
menumbuhkan jamur, maka ini bukanlah perkara yang sangat mudah untuk
mengerjakannya. Setidaknya, aku akan harus membaca beberapa buku atau bisa juga
dengan bertanya kepada orang yang benar-benar tahu bagaimana cara melakukannya.
Tapi aku tahu bahwa Atta tidak pernah mendapatkan pelatihan seperti ini.
Sekarang aku dapat
lebih memahami mengapa engkau dan teman-temanmu sedemikian pandai. Engkau telah
diciptakan sekaligus dengan kemampuan dan ketrampilan untuk melakukan
pekerjaanmu. Misalnya, Atta hadir di dunia ini dengan pengetahuan tentang
pertanian yang sudah ada dalam dirinya. Sudah pasti, Allah, Pencipta semua
makhluk hidup, telah memberi Atta ketrampilan ini. Itulah Allah yang
menciptakanmu dan semua teman-temanmu beserta semua ciri-ciri yang mengagumkan
ini.
Semut : Kamu benar, Umar. Kami memiliki semua pengetahuan dan
kemampuan ini dalam diri kami sejak lahir. Pencipta kami, Allah, telah
memberikan semua ini kepada kami sebagai rahmat.
Umar terlambat
lagi. Ia berterima kasih pada si semut dan beranjak pergi ke sekolah. Di saat
ia berjalan kaki, hal-hal yang telah disampaikan temannya si semut kepadanya
masih terngiang-ngiang di telinganya. Untuk beberapa saat, ia masih saja berpikir.
Perilaku cerdas
semut-semut tersebut menunjukkan adanya hikmah atau pengetahuan yang luar
biasa. Akan tetapi hikmah ini tidak mungkin berasal dari semut-semut itu
sendiri. Sebab, mereka hanyalah sekedar mahluk-mahluk kecil. Jadi kalau
demikian, semua keahlian semut pasti memperlihatkan kepada manusia tentang
hikmah Allah. Untuk membentangkan kebesaran-Nya dan seni penciptaan-Nya, Allah,
Pencipta semut, menjadikan makhluk-makhluk kecil ini mampu melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak akan pernah mampu mereka lakukan berdasarkan
pengetahuan dan kehendak mereka sendiri.
Teman Umar, semut,
memperoleh sifat bawaan dalam dirinya berupa hikmah, pengetahuan, ketrampilan
dan sifat pengorbanan diri yang berasal dari atau wahyu ilham Allah. Segala
yang ia lakukan bukanlah merupakan bukti akan kekuasaan dan pengetahuannya,
melainkan kekuasaan dan kebijaksanaan Allah.
Setelah memikirkan
ini semua, Umar akhirnya paham bahwa sebelumnya ia membayangkan hal-hal
tertentu melalui sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi pandangannya tersebut
kini telah berubah setelah melihat kenyataan yang sesungguhnya. Ia sekali lagi
sadar bahwa penjelasan-penjelasan yang disampaikan mengenai makhluk hidup,
bagaimana mereka muncul menjadi ada secara kebetulan, bagaimana mereka
memperoleh ketrampilan mereka dengan sendirinya secara kebetulan selama jangka
waktu tertentu, adalah kebohongan belaka. Bagaimana semua hal ini dapat
dikatakan benar? Bayangkan, bagaimana mungkin semut-semut dapat saling
“berbicara” sesamanya dengan sempurna jika mereka muncul menjadi ada hanya
karena kebetulan? Bagaimana mungkin mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya
tanpa ada kerancuan, dan membangun sarang yang sempurna? Disamping itu,
taruhlah semua semut ini terlahir secara kebetulan dan mereka hidup hanya untuk
mempertahankan diri mereka sendiri, lalu mengapa mereka mau melakukan
pengorbankan diri yang besar untuk sesamanya?
In the creation of
the heavens and the earth, and the alternation of night and day, there are
Signs for people with intelligence: those who remember God, standing, sitting
and lying on their sides, and reflect on the creation of the heavens and the
earth (by saying): ‘Our Lord, You have not created this for nothing. Glory be
to You! So safeguard us from the punishment of the Fire.’ (Surah Al Imran:
190-191)
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Aali ‘Imraan, 3:190-191)
Umar benar-benar
yakin bahwa Allah-lah satu-satunya yang telah menciptakan semut, dirinya sendiri,
ibu dan ayahnya, saudaranya dan segala sesuatu di alam semesta. Teman mungilnya
telah mengingatkannya akan kenyataan paling penting di dunia ini: tidak ada
pencipta kecuali Allah SWT semata.
Saya percaya bahwa
ketika kalian membaca baris-baris tulisan ini, kalian semua akan memahami
kebenaran ini seperti halnya Umar, dan mengetahui bahwa Allah-lah yang
menciptakan segala sesuatu. Kemudian kalian akan mengatakan: “Darwin, yang
mengatakan bahwa mahluk hidup tidak diciptakan, akan tetapi muncul menjadi ada
karena kebetulan” adalah sebuah kebohongan besar. Di saat kita dikelilingi oleh
beragam makhluk dengan berbagai kemampuan menakjubkan yang dimilikinya, maka
adalah mustahil untuk beranggapan bahwa mereka muncul menjadi ada di dunia ini
dengan sendirinya secara kebetulan.
Jadi, jika suatu
saat tanpa disangka-sangka engkau juga berjumpa dengan teman baik, sebagaimana
Umar, jangan lupa bahwa engkau pun dapat belajar banyak darinya. Telitilah dan
pikirkanlah kesempurnaan ciptaan Allah, yang menciptakan temanmu itu. Dan jika
engkau pernah bertemu dengan pembohong-pembohong seperti Darwin, ceritakan pada
mereka tentang ciri-ciri yang menakjubkan tentang temanmu itu dan katakan bahwa
engkau takkan pernah mempercayai berbagai kebohongan mereka yang tidak masuk
akal.
Semut penganyam
adalah penjahit yang terampil. Mereka menggabungkan dedaunan dengan menarik
mereka dari kedua sisi dan menjahit dedaunan tersebut. Dengan cara ini, mereka
membuat rumah yang nyaman bagi mereka sendiri.
Semut penjaga pintu
menjaga sarang. Mereka menjalankan tugas ini dengan sangat baik. Semut – semut
lain juga bekerja dengan sangat rajin. Mereka semuanya melakukan pekerjaan
sarangnya.
13. Semut
“berbicara” satu sama lain dengan cara saling menyentuh
13.Semut tidak menghendaki makhluk atau semut asing masuk
ke dalam sarangnya, sebab ini akan mengancam keamanan mereka. Mereka tak segan
bertempur untuk melindungi sarang dan teman-teman mereka.
15.Semut–semut mempunyai tugas yang berbeda–beda. Mereka
semua melaksanakan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya tanpa kenal
letih.
17.Semut, pekerja
keras tulen yang sedang melaksanakan tugas mereka.
21.Pada bagian ini, kita melihat kota bawah tanah yang
dibangun oleh semut. Hebatnya, kendatipun ukurannya yang kecil, mereka mampu
membangun kota sebesar ini.
22/1. Sistem pertahanan udara 2. Rumah kaca 3. pintu
masuk utama dan pintu masuk samping. 4. Bilik-bilik yang telah selesai dibuat
5. kuburan 6. Bilik penjaga 7. pelindung bagian luar 8. Bilik perawatan bayi 9.
Tempat penyimpanan daging 10. Tempat penyimpanan biji-bijian 11. Perawatan
larva 12. Ruang musim dingin 13. Ruang pemanasan pusat 14. Ruang pengeraman 15.
Ruang ratu semut.
Tidak ada keraguan
bahwa semut tidak dapat merencanakan dan merancang bangunan beserta seluk-beluknya
dengan kemampuan mereka sendiri. Mereka mendapatkan wahyu dari Allah sehingga
mampu melakukan semua pekerjaan ini.
23.Rumah yang dibangun oleh semut untuk mereka sendiri
terlihat hampir menyerupai sebuah istana bagi mereka
27. Atta memotong
dedaunan dengan terampil dan sangat berhati-hati
29/1- Semut memotong-motong dedaunan yang mereka bawa ke
sarang menjadi potongan kecil-kecil.
2-Semut mengunyah
potongan-potongan tersebut menjadi bubur.
3-Mereka meletakkan
bubur ini di atas alas dedaunan kering di dalam bilik baru
4-Mereka menempatkan potongan-potongan kecil jamur yang
mereka ambil dari bilik lain di atas bubur ini.
5-Sekelompok semut
membersihkan kebun dan membuang benda-benda yang tak berguna
33.Atta sedang
membawa dedaunan yang telah mereka potong
0 Comments:
Posting Komentar