Dalam hidup ini setiap muslim
kadang menghadapi ujian, cobaan dan bencana. Karena itu, ketika diuji,
hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala kepada Allah atas musibahnya.
Jika demikian, tentu Allah tidak akan menyia-nyikan sesuatu pun untuknya,
bahkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang
hilang darinya. Apabila setiap kesulitan atau kesempitan yang kita rasakan,
lalu kita meghadapinya dengan kesabaran terus menerus dan tanpa batas, maka
Allah swt pun akan memberikan pahala-Nya tanpa batas pula. Subhanallah..
سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ
عُقْبَى الدَّارِ
"(sambil mengucapkan):
'Salamun 'alaikum bima shabartum' Keselamatan bagi kalian karena kesabaran
kalian, Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu." – (QS.13:24)
Dalam Shahih-nya, Imam Muslim
meriwayatkan dari Ummu Salamah ra, bahwasanya ia berkata, "Aku mendengar
Rasulullah saw, 'Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah, lalu ia
mengatakan apa yang diperintahkan Allah, 'Sesungguhnya kami adalah milik Allah
dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala
karena musibah ini, dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya,'
kecuali Allah akan memberinya ganti yang lebih baik.' Ummu Salamah berkata,
'Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata, 'Siapakah orang Islam yang
lebih baik dari Abu Salamah?, (penghuni) rumah yang pertama kali hijrah kepada
Rasulullah saw? Lalu aku mengucapkan perkataan diatas, kemudian Allah
menggantikan untukku Rasulullah saw sebagai suami'."
Wahai ummat Islam, ketahuilah!
Sesungguhnya barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah
akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari padanya. Siapa yang
meninggalkan dari menampar pipi sendiri, mengoyak-ngoyak pakaian dan
berteriak-teriak meratap serta kemungkaran yang sejenisnya, kemudian ia memohon
pahala di sisi Allah atas musibahnya serta mengembalikan semuanya kepada Allah,
niscaya Allah akan menggantikanya dan sungguh Allah adalah sebaik-baik Pemberi
ganti.
Ganjaran kesabaran
Anas bin Malik radhiallahu `anhu
berkata : "Anak laki-laki Abu Thalhah dari Ummu Salamah meninggal dunia.
Maka isterinya berkata kepada keluarganya, 'Jangan kalian beritakan kepada Abu
Thalhah tentang kematiannya, sampai aku sendiri yang mengabarkannya!' Anas bin
Malik berkata, 'Abu Thalhah datang dan dihidangkan kepadanya makan malam, maka
ia pun makan dan minum', Anas berkata, 'Sang isteri kemudian berdandan indah
bahkan lebih indah dari waktu-waktu yang sebelumnya. Setelah dia merasa bahwa
Abu Thalhah telah kenyang dan puas dengan pelayanannya, sang isteri bertanya,
'Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu tentang suatu kaum yang meminjamkan
sesuatu kepada sebuah keluarga, lalu mereka mengambil barang yang
dipinjamkannya, apakah mereka berhak menolaknya?' Ia berkata, 'Tidak (berhak)!'
'Jika demikian, maka mintalah pahalanya kepada Allah tentang puteramu (yang
telah diambilnya kembali)!, kata sang isteri. Suaminya menyergah, 'Engkau
biarkan aku, sehingga aku tidak mengetahui apa-apa, lalu engkau beritakan
tentang (kematian) anakku?' Setelah itu, ia berangkat mendatangi Rasulullah SAW
lalu ia ceritakan apa yang telah terjadi. Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Semoga
Allah memberkahi kalian berdua tadi malam'. Anas berkata, 'Lalu isterinya
mengandung dan melahirkan seorang anak. Kemudian Abu Thalhah berkata kepadaku,
'Bawalah dia kepada Nabi SAW'. Lalu aku bawakan untuknya beberapa buah kurma.
Nabi SAW lalu mengambil anak itu seraya berkata, 'Apakah dia membawa sesuatu?'
Mereka berkata, 'Ya, beberapa buah kurma', Nabi SAW kemudian mengambilnya dan
mengunyahnya, lalu diambilnya dari mulutnya, kemudian diletakkannya di mulut
bayi itu dan beliau menggosok-gosokkannya pada langit-langit mulut bayi tiu,
dan beliau menamainya Abdullah." (HR. Al-Bukhari, 9/587 dalam Al-Aqiqah,
Muslim no. 2144).
Dalam riwayat Al-Bukhari, Sufyan
bin Uyainah berkata : "Seorang laki-laki dari shahabat Anshar berkata,
'Aku melihat mereka memiliki sembilan anak. Semuanya telah hafal Al-Qur'an,
yakni dari anak-anak Abdullah, yang dilahirkan dari persetubuhan malam itu,
yaitu malam wafatnya anak yang pertama, yaitu Abu Umair yang Nabi SAW mencandainya
seraya berkata, 'Hai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan anak burung pipit?''
Dalam riwayat lain (Riwayat ini
disebutkan oleh Thahir bin Muhammad Al-Haddad dalam kitanya "Uyunul
Majalis an Mu'awiyah bin Qurrah". Lihat Baradul Akbad, hal. 25) disebutkan
: "Ia berkata, Maka isterinya pun hamil mengandung anaknya, lalu anak itu
ia beri nama Abdullah, lalu Rasulullah SAW bersabda, 'Segala puji bagi Allah
yang menjadikan dalam umatku orang yang memiliki kesabaran seperti kesabaran
seorang wanita dari Bani Israil'. Kepada beliau ditanyakan, 'Bagaiman beritanya
wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Dalam Bani Israil terdapat wanita bersuami
yang memiliki dua anak. Suaminya memerintahkannya menyediakan makanan untuk
orang-orang yang ia undang. Para undangan berkumpul di rumahnya. Ketika itu
kedua anaknya keluar untuk bermain, tiba-tiba mereka terjatuh ke dalam sumur
dekat rumahnya. Sang isteri tidak hendak mengganggu suaminya bersama para
tamunya, maka keduanya ia masukkan ke dalam rumah dan ditutupinya dengan
pakaian. Ketika para undangan sudah pulang, sang suami masuk seraya bertanya,
'di mana anak-anakku?' Isterinya menjawab, 'Di dalam rumah'. Ia lalu mengenakan
minyak wangi dan menawarkan diri kepada suaminya, sehingga mereka melakukan
jima'. Sang suami kembali bertanya, 'Di mana anak-anakku?' 'Di dalam rumah',
jawab isterinya. Lalu sang ayah memanggil kedua anaknya. 'Tiba-tiba mereka
keluar memenuhi panggilan. Sang isteri terperanjat, 'Subhanallah, Mahasuci
Allah, demi Allah keduanya telah meninggal dunia, tetapi Allah menghidupkannya
kembali sebagai balasan dari kesabaranku!"
Renungan:
Malaikat jibril
as, kerbau, kelelawar dan cacing
Suatu hari Allah SWT
memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya
yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan
Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si
Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau
sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai
bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan
oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya
Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku
sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar
yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat
Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Malaikat Jibril AS mendatanginya
seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa.
Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu
senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar".
"Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah
menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor
cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan
perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril
AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.
Malaikat Jibril AS bertanya
kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan
Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah,
alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai
seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila
mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka
mati mereka akan disiksa selama-lamanya".
0 Comments:
Posting Komentar