"Sudah sebulan saya tak sakit-sakit."
"Eh, kamu ini aneh ya, orang lain semua menginginkan kesehatan, tapi kamu
malah ingin sakit sakit." "Bukan apa-apa, tapi apabila kita sakit inilah
Allah swt datangkan pengampunan-Nya." "Jadi sekarang kamu mau sakit
nih ceritanya ? "" sebetulnya tidak
juga, kamu juga tahu kan bahwa nikmat sehat akan kita rasakan ketika kita
sembuh dari penyakit? Bahkan orang yang sakit dia akan
mendapat pahala dan dihapuskan dosa-dosanya. "" Owh, baru pertama
kali aku mendengar hal ini."
Dialog di atas sekilas saya gambarkan orang yang tahu fakta sakit dan orang yang tak tahu hakikat sakit. Bukan berarti hendak minta penyakit. Tetapi orang yang tahu fakta sakit, mereka mengetahui bahwa akan ada ganjaran di balik penyakit yang menimpanya itu. Memang yang namanya sakit semua orang tidak ingin terkena darinya. Semua orang kalau bisa ingin lari darinya. Akan tetapi tahukah kita setiap penyakit ada obatnya?
Ada sebuah hadis di dalam sahih Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Allah tidak menurunkan penyakit melainkan juga menurunkan penawar (obat) baginya."
Di dalam shahih Muslim diriwayatkan dari hadits Jabir bin Abdullah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Setiap penyakit ada obatnya. Jika suatu obat penawar bagi penyakit (tersebut), maka ia akan sembuh dengan izin Allah. "
Pada hari ini banyak yang mengira ada penyakit yang tidak ada obatnya. Akan tetapi Nabi menjelaskan kepada kita bahwa setiap penyakit ada obatnya. Baik itu penyakit yang lahir seperti flu, batuk-batuk, demam panas, dan sebagainya maupun penyakit batin seperti bodoh, malas, cemburu, dengki dan sebagainya.
Biasanya orang mengatakan sesuai istilah “mencegah lebih baik daripada mengobatinya.” Benar apa yang dikatakan itu. Kadang-kadang kita hanya tahu mencari obat, tetapi lupa untuk mencegahnya. Kalau kita ada komputer, bukankah lebih baik kalau ada anti-virus untuk mencegah dari terkena virus daripada sudah terkena baru akan mencari anti-virus atau komputer akan diformat ulang.
Kadang-kadang ada juga sebagian orang bersungguh-sungguh ingin mencegah dan pencegahan dari terkena penyakit apapun. Akan tetapi akhirnya dia terkena juga penyakit. Ketahuilah, penyakit merupakan sunnatullah dalam kehidupan. Sebagaimana mati itu pasti, begitu juga penyakit itu pasti akan mengena pada siapa-siapa yang dikehendaki.
Firman Allah Ta'ala:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap (tubuh) yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kamu, dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." – (QS. Al-Anbiya
{21}:35)
Ibn 'Abbas radhiyallahu' anhuma seorang sahabat yang terkenal dalam kehebatan ilmu tafsirnya menafsirkan ayat ini, beliau berkata: "Kami akan menguji kamu dengan kesulitan, kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan maksiat, petunjuk dan kesesatan . "(Tafsir Ibn Jarir At-Thabari, no: 24588)
Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). "(Al-A'raaf: 168)
Ibn Jarir rahimahullah berkata: "Kami menguji mereka dengan fasilitas dalam kehudupan dan kelapangan rezeki. Ini berarti dengan kebaikan-kebaikan. Sedangkan yang buruk-buruk adalah kesempitan dalam hidup, kesulitan, musibah dan sedikitnya harta, agar mereka kembali, yaitu kembali taat kepada Rabb, agar kembali kepada Allah dan bertobat dari perbuatan dosa dan maksiat yang mereka lakukan. "(Tafsir Ibn Katsir, 2 / 289)
Allah menciptakan makhluknya untuk memberikan cobaan dan ujian, lalu dengan kesenangan tersebut dia bersyukur sementara dengan kesusahan pula dia harus tabah dan sabar. Demikian itu merupakan sifat orang yang beriman ketika dilanda kesenangan dan kesusahan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, sesungguhnya semua urusannya adalah kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang yang beriman. Jika dia mendapat kegembiraan maka dia bersyukur dan itu adalah kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. "(HR. Muslim, no: 2999)
Ketahuilah dengan penyakit itu dosa akan dihapus. Setiap orang pasti bersalah. Manusia yang tidak kesalahan hanyalah Rasulullah dan Malaikat. Mereka ini maksum dari kesalahan dan dosa. Maka kesalahan dapat diangkat (dihilangkan) dengan datangnya sakit (penyakit).
Firman Allah Ta'ala:
Maksudnya: "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Asy-Syuura: 30)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu penyakit atau sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR. Bukhari, no: 5660 dan Muslim no: 2571)
Ibn 'Abbas radhiyallahu' anhuma seorang sahabat yang terkenal dalam kehebatan ilmu tafsirnya menafsirkan ayat ini, beliau berkata: "Kami akan menguji kamu dengan kesulitan, kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan maksiat, petunjuk dan kesesatan . "(Tafsir Ibn Jarir At-Thabari, no: 24588)
Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). "(Al-A'raaf: 168)
Ibn Jarir rahimahullah berkata: "Kami menguji mereka dengan fasilitas dalam kehudupan dan kelapangan rezeki. Ini berarti dengan kebaikan-kebaikan. Sedangkan yang buruk-buruk adalah kesempitan dalam hidup, kesulitan, musibah dan sedikitnya harta, agar mereka kembali, yaitu kembali taat kepada Rabb, agar kembali kepada Allah dan bertobat dari perbuatan dosa dan maksiat yang mereka lakukan. "(Tafsir Ibn Katsir, 2 / 289)
Allah menciptakan makhluknya untuk memberikan cobaan dan ujian, lalu dengan kesenangan tersebut dia bersyukur sementara dengan kesusahan pula dia harus tabah dan sabar. Demikian itu merupakan sifat orang yang beriman ketika dilanda kesenangan dan kesusahan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, sesungguhnya semua urusannya adalah kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang yang beriman. Jika dia mendapat kegembiraan maka dia bersyukur dan itu adalah kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. "(HR. Muslim, no: 2999)
Ketahuilah dengan penyakit itu dosa akan dihapus. Setiap orang pasti bersalah. Manusia yang tidak kesalahan hanyalah Rasulullah dan Malaikat. Mereka ini maksum dari kesalahan dan dosa. Maka kesalahan dapat diangkat (dihilangkan) dengan datangnya sakit (penyakit).
Firman Allah Ta'ala:
Maksudnya: "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Asy-Syuura: 30)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu penyakit atau sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR. Bukhari, no: 5660 dan Muslim no: 2571)
“Tidaklah
seorang yang beriman merasa sakit terus-menerus, kepayahan, penyakit dan juga
kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan
dihapuskan dengan dosa-dosanya.” (Hadis riwayat Muslim, no: 2573)
Selain orang
yang ditimpa kesusahan atau penyakit mendapat ampunan dosa-dosanya, mereka juga
akan mendapat pahala, bahkan diangkat derajatnya.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أن
النبي صلى الله عليه وسلم قال:
ما من
مسلم تصيبه مصيبة فيقول ما أمره الله:
إنا لله
وإنا إليه راجعون، اللهم أجرني في مصيبتي وأخلف لي خيرا منها إلا أجره الله في
مصيبته وأخلف الله له خيرا منها.
“Tidaklah
seorang hamba ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan: Inna lillahi wainna
ilaihi Raaji`uun, Allahumma ajjirni fii musibati wa akhlif lii khairan minha
(Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya, Ya Allah,
berikanlah aku ganjaran dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku
dengan yang lebih baik darinya) melainkan Allah memberikan pahala dalam
musibahnya itu dan menggantikannya dengan yang lebih baik baginya.” (Hadis
riwayat Muslim, no: 918)
“Tidaklah
seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan
baginya karena itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya.”
(Hadis riwayat Muslim, no: 2572)
Selain itu
penyakit akan menyebabkan terselamat dari api neraka. Sebagaimana sabda Nabi
sallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sakit demam
itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka.” (Hadis riwayat Al-Bazzar,
Silsilah al-Ahaadits as-Sahihah, no: 1821)
Bahkan tidak
boleh bagi seorang mukmin mencaci penyakit, karena Rasulullah sallallahu
‘alaihi wasallam pernah melawat orang yang sakit demam, lalu dia berkata:
“Tidak ada berkat padanya.” Lalu Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu
mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah
akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam (manusia) sebagaimana tunggul api
menghilangkan kotoran-kotoran besi.” (Hadis riwayat Muslim, no: 2575)
Maka dari itu, sadarilah
disaat kesehatan masih ada dalam diri kita, janganlah melupakan Yang Maha
Menciptakan. Janganlah kita lalai dari mengingatiNya, senantiasa melakukan
suruhan-Nya dan meninggalkan laranganNya. Allah menurunkan musibah dan penyakit
tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengingatkan kembali kepada kita nikmat
sehat. Kemana kita pergunakan nikmat tersebut? Berapa banyakkah amalan yang
telah kita lakukan diwaktu masih sehat?
Disaat hamba-Nya
melupakan-Nya, maka Allah menurunkan penyakit, maka pada waktu itulah akan
terasa kelemahan, kehinaan dan ketidakmampuannya sebagai seorang hamba, yang
hanya mampu menikmati kesehatan percuma, yang tidak mampu memikul rasa sakit.
Sehingga mereka kembali kepada Tuhan-Nya, maka Allah mengampunkan-Nya dengan
kesabaran dan ketabahan yang dimilikinya. Ini juga merupakan antara hikmah dibalik
penyakit yang dialami oleh seseorang. Obatnya adalah hendaklah dia kembali kepada
Tuhan-Nya dan jangan melalaikan-Nya.
Demikian
peringatan yang ringkas bagi kita semua karena kita semua tidak terlepas dari
ancaman berbagai penyakit. Maka kita perlu mengambil kesadaran ini untuk
menyucikan hati darinya karena keadaan sehat bisa dan dapat mengundang sikap
sombong, bangga, dengki dan lain-lain. Dengan datangnya penyakit pada dirinya,
maka dirinya kembali menjadi lembut, sifat-sifat sombong, bangga dan dengki
juga akan hilang darinya serta dia akan meneruskan kegiatan-kegiatan yang
berfaedah daripada melakukan kegiatan yang merugikan.
Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata: “Hati dan roh dapat mengambil manfaat dari penderitaan
dan penyakit yang merupakan urusan yang tidak dapat dirasakan kecuali jika di
dalamnya ada kehidupan. Kebersihan hati dan roh bergantung kepada penderitaan
badan dan kesulitannya.”
Beliau berkata
lagi: “Kalau bukan karena cobaan dan musibah dunia, nescaya manusia terkena
penyakit kesombongan, ujub (bangga diri) dan keras hati. Padahal sifat-sifat
ini merupakan kehancuran baginya di dunia maupun di akhirat. Di antara rahmat
Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya
dari penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ‘ubudiyahnya. Maha suci
Allah Yang Merahmati manusia dengan musibah dan ujian.” (Ibid)
Sekiranya kita
ditimpa penyakit, maka hendaklah kita mencari obat sebagaimana sabda Rasulullah
“Setiap penyakit ada obatnya.” Akan tetapi ada dua perkara yang penting perlu
diberi perhatian:
1 – Obat
tersebut hanya sebagai sarana kesembuhan dan begitu juga dengan doktor yang
mengobatinya. Yang benar-benar menyembuhkan adalah Allah Ta’ala.
2 – Ikhtiar
tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram dan syirik seperti
yang dibuat oleh dukun (yang zaman sekarang disebut dengan paranormal atau
orang pintar) dan sebagainya, begitu juga tidak boleh berobat menggunakan obat
yang terlarang atau barang-barang yang haram. Ini karena Allah tidak menjadikan
penyembuhan dari cara dan barang yang haram.
Wallahua'laam
0 Comments:
Posting Komentar