Manusia terlahir ke muka bumi dalam
kondisi “telanjang”. Telanjang fisik, telanjang ilmu, telanjang karakter, tapi Allah
swt dengan segala sifat-sifat keMahaan-Nya
membekali manusia dengan berbagai macam karunia untuk mengarungi kehidupan,
sesuai dengan firmannya:
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ
السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu, dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." – (QS.An-Nahl {16}:78)
Ayat di atas merupakan dasar pemahaman
manusia tentang betapa manusia itu lemah, tak berdaya, tunduk bahkan tidak bisa
berbuat apa-apa kecuali dengan pertolongan Allah swt. Pendengaran yang
digunakan untuk mendengar hal-hal yang baik, hikmah, pelajaran, nasihat taqwa
dan tidak digunakan dalam mendengar prasangka buruk, kabar fasik, kebohongan, gosip
yang memecah belah umat manusia, dan kata-kata yang buruk. Penglihatan yang
hanya dipakai dalam kebaikan dan ma`ruf, melihat dan menafakuri kebesaran Allah
swt berupa alam semesta, benda-benda langit dan bumi, gunung-gunung, lautan,
pepohonan yang rindang dan menjauhkan dari melihat hal-hal yang dapat
melalaikan dari dzikir (ingat) kepada Allah swt. Hati yang tercipta menjadi
raja dan pengendali setiap aktivitas. Ikatlah dengan erat hati ini agar terus
dapat dekat dan tak pernah jauh dari Allah swt. Dengan hati yang ikhlas dan
bersih kepada Allah swt maka kita akan diberikan manfaat baik di dunia maupun
kelak di akhirat tatkala semua harta dan keturunan tidak mampu menolong kita.
Sesuai Firman Allah swt:
يَوْمَ
لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ
إِلا
مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
88. (yaitu) di hari
harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
89.
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS.Asy-Syu`ara {26}:88-89)
Apabila ketiga potensi berupa
pendengaran, penglihatan dan hati tersebut mampu berintegrasi dan memiliki
konektivitas tinggi, maka tidak diragukan lagi bahwa kita termasuk ke dalam
hamba-hamba-Nya yang bersyukur.
Untuk menjadi hamba yang pandai
bersyukur tidaklah semudah membalikkan telapak tangan dan tak sesulit mencium
sikut sendiri. Hal tersebut bisa dicapai manakala pengejawantahan hidup ini
berawal dari kekuatan hati sehingga akan berpengaruh positif kepada akal. Maka
orang yang konsisten dan istiqamah dalam syukur kepada Allah swt akan memiliki
wujud lain yakni orang yang senantiasa menggunakan akalnya atau bahasa qurannya
di sebut Ulul Albab.
Segala sesuatu yang telah, sedang dan
akan terjadi sungguh tidak luput sedetikpun dari pandangan dan pengawasan Allah
swt. Allah swt menetapkan qudrah dan iradah-Nya bagi seluruh hamba
dan makhluk-Nya. Namun setiap yang terjadi di hadapan kita harus menjadi `ibroh
(pelajaran) untuk membina kehidupan yang baik di bawah naungan dan lindungan
Allah swt. Hanya orang-orang yang diklaim oleh Allah swt sebagai Ulul Albablah
yang akan mampu menerima hikmah dengan keluasan hati dan kebeningan jiwa atas
segala fenomena penciptaan alam semesta dan seluruh isinya. Sesuai dengan
firman Allah swt:
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ
لأولِي الألْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal” (QS Ali Imran 190).
Pertanyaannya adalah
apakah kita sudah termasuk ke dalam golongan ulul albab?. Untuk mencapai
gelar Ulul Albab, maka harus diketahui terlebih dahulu tanda-tanda Ulul Albab.
Tanda-Tanda
Ulul-Albab
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka (QS Ali Imran 191).
Apa tanda-tanda ulul-albab? Selain
beberapa keistimewaan yang diberikan Allah kepada mereka seperti yang disebutkan
dalam firman Allah swt di atas, terdapat lima tanda lagi menurut Al-Quran.
Tanda pertama: Bersungguh-sungguh
mencari ilmu, seperti disebutkan dalam Al-Quran: “Dan orang yang
bersungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan mengembangkannya dengan seluruh tanganya,
sambil berkata: ‘Kami percaya, ini semuanya berasal dari hadirat Tuhan kami
(Allah swt),’ dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali ulul-albab.”
(QS.3:7)
Termasuk dalam bersungguh-sungguh
mencari ilmu ialah kesenangannya menafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi.
Allah menyebutkan tanda ulul-albab ini sebagai berikut: “Sesungguhnya dalam
proses penciptaan langit dan bumi, dalam pergiliran siang dan malam, adalah
tanda-tanda bagi ulul-albab.” (QS.3:190).
Abdus Salam, seorang Muslim pemenang
hadiah Nobel, berkat teori unifikasi gaya yang disusunnya, berkata, “Al-Quran
mengajarkan kepada kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah
merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum
yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang sekarang disebut sebagai
science. Tasyakur ialah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan
menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah; dalam
istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul-albab merenungkan ciptaan
Allah di langit dan bumi, dan berusaha mengembangkan ilmunya sedemikian
rupa, sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.”
Saling bergandengannya ilmu pengetahuan
dan iman takwa seseorang akan menjadikannya sebagai orang yang pada hakikatnya
memiliki super power. Kekuatan yang integral dan komfrehensif dalam mengarungi
kehidupan dunia yang penuh dengan perjuangan. Ada sebuah tadzkiroh serta
`ibrah tentang adanya kesesuaian dan keharmonisan antara ilmu dan iman,
yakni sebuah uraian tentang ilmu kimia.
Dalam ilmu Kimia, kita mengenal
istilah unsur dan senyawa. Unsur adalah zat tunggal seperti H (Hidrogen), O
(Oksigen), Na (Natrium), Cl (Chlor), C (Carbon), N (Nitrogen) dan lain-lain.
Hingga saat ini kita mengenal 117 unsur yang ada di dunia.
Senyawa adalah zat yang terbentuk dari
beberapa unsur, seperti Air. Air terbentuk dari unsur Hidrogen (H) dan Oksigen
(O) yang dalam rumus Kimianya ditulis H2O. Contoh senyawa lainnya adalah garam
dapur, yang terbentuk dari unsur Natrium (Na) dan Chlor (Cl), dengan rumus
Kimia NaCl. Sianida juga merupakan sebuah senyawa yang tersusun dari unsur C
(Carbon) dan N (Nitrogen), sehingga rumus kimia Sianida adalah CN.
Ada yang sangat unik bin ajaib
dari fenomena Kimiawi tersebut. Setiap hari kita mengkonsumsi garam dapur. Bagaimana
rasanya jika kita makan sayur tanpa garam? Apa yang unik dari penciptaan garam
dapur ini? Coba simak baik-baik tentang cipataan Allah yang satu ini:
Garam dapur, ternyata terbentuk dari
unsur-unsur yang sangat berbahaya! Inilah salah satu keajaiban dunia
yang patut kita renungkan. Garam dapur (NaCl) adalah sebuah senyawa yang
terbentuk dari unsur Natrium (Na) dan unsur Chlorida (Cl). Kalau kita lihat
satu per satu, Natrium adalah suatu unsur yang berbahaya. Sangat eksplosif,
kena air sedikit saja bisa meledak dan mengeluarkan api. Sedangkan Chlor (Cl)
dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Ringkasnya,
Natrium adalah zat yang sangat berbahaya. Chlor juga zat yang sangat berbahaya.
Tapi setelah keduanya bersatu membentuk Natrium Chlorida, maka kedua sifat
buruknya (membakar dan beracun) musnah! Bahkan Natrium Chlorida (garam) adalah
zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai penyedap rasa.
Jika garam dapur adalah zat berguna
yang dibentuk oleh dua zat yang berbahaya, maka sebaliknya terjadi pada
Sianida. Sianida (CN) adalah racun yang terbentuk dari Carbon (C) dan Nitrogen
(N). Carbon (arang) adalah zat yang berguna untuk proses pemurnian dalam dunia
industri, dan digunakan untuk membakar sate di Warung Sate Tegal. Nitrogen juga
merupakan zat yang sangat berguna dalam dunia medis, bahkan sekarang digunakan
untuk mengisi ban mobil agar lebih stabil. Anehnya, Carbon (C) dan Nitrogen (N)
yang keduanya adalah zat yang berguna, tapi ketika keduanya bersatu membentuk
Sianida (CN) maka daya guna dan kemanfaatannya mendadak sirna, dan muncul sifat
baru yang berbahaya. Sianida (CN) adalah racun.
Inilah sebuah hikmah yang Allah
ciptakan. Sebuah misteri Kimia yang menakjubkan. Lalu apa hikmah di balik
misteri Kimia yang unik ini?
Misteri Kimia Racun Sianida
Sianida adalah zat buruk yang terbentuk
oleh dua zat yang baik. Ini adalah tamsil (perumpamaan) bagi kita bahwa kebaikan
dan amal shaleh yang telah kita kerjakan jangan sampai menjadi “sinida” karena
kesombongan dan berbangga diri bahkan sampai merendahkan orang lain. Karena
banyaknya amalan sholeh seseorang namun tidak mampu menjaga diri dari
sifat-sifat yang buruk pula, maka amalan sholeh tersebut akan digerogoti oleh
jahat dan buruknya amalan orang tersebut. Dan muflish adalah bisa jadi sebagai “sianida”nya, sesuai
dengan peringatan Rasulullah saw terhadap para sahabat ketika beliau
menjelaskan bahwa orang yang muflish (bangkrut) adalah orang yang amalan
baiknya habis terkikis oleh amalan jahat dan dzalimnya, dan apabila tidak
memiliki amalan baik maka dosa dari orang yang terdzalimi itu akan dipindahkan
kepada orang jahat tersebut. Na`udzubillah min dzalik.
Misteri Kimia Garam Dapur
Garam dapur (Natrium Chlorida) adalah
zat berguna yang terbentuk oleh dua zat yang berbahaya. Inilah i’tibar luar
biasa yang diberikan Allah untuk kita tiru. Kita harus mampu bersatu
(berjamaah) untuk membentuk sebuah kekuatan baru yang positif, walaupun secara
individual kita memiliki kekurangan. Oleh karena itu ayo bersatu, jagalah
ukhuwah islamiyyah, galang kekuatan, hadapi dunia dengan tetap bersandar kepada
tali (agama) Allah swt ! Jadilah bermanfaat untuk orang lain, seperti Natrium
Chlorida. Karena:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik manusia adalah orang yang
memberikan manfaat bagi orang lain.
Tanda kedua: Mampu memisahkan
yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus
sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan
oleh sekian banyak orang. Allah berfirman:
قُلْ
لا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ
فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الألْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Katakanlah,
tidak sama kejelekan dan kebaikan, walaupun banyaknya kejelekan itu
mencengangkan engkau. Maka takutlah kepada Allah, hai ulul-albab.” (QS.5:100)
Tanda ketiga: Kritis dalam
mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi
atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain:
الَّذِينَ
يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ
اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الألْبَابِ
“Yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang
telah diberi petunjuk dan mereka ituulah ulul-albab.” (QS.Az-Zumar {39}:18)
Tanda keempat: Bersedia
menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya;
diperingatkannya mereka kalau terjadi ketimpangan, dan diprotesnya kalau
terdapat ketidakadilan. Dia tidak duduk berpangku tangan di labolatorium; dia
tidak senang hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan; dia tampil di
hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di
tengah-tengah masyarakat. Firman Allah swt:
هَذَا
بَلاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ
وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
“(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan
supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui
bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha esa dan agar ulul-albab mengambil
pelajaran.” (QS.Ibrahim {14}:52)
“Hanyalah ulul-albab yang dapat
mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak
merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah
perintahkan Supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut
kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan
Tuhannya, mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan
dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang
baik).” (QS. 13:19-22)
Tanda kelima: Tidak takut kepada
siapa pun kecuali kepada Allah. Berkali-kali Al-Quran menyebutkan bahwa
ulul-albab hanya takut kepada Allah:
وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baiknya bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab.”
(QS A-Baqarah {2}:197)
أَعَدَّ
اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الألْبَابِ
الَّذِينَ آمَنُوا قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا
“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah
kepada Allah hai ulul-albab.” (QS. Ath-Thalaq {65}:10)
Ulul-Albab: Generasi unggul Intelektual
Sampai di sini, tampaknya seorang ulul-albab
tak jauh berbeda dengan seorang intelektual; ini jika dilihat dari beberapa
tanda ulul-albab yang telah disebutkan seperti: bersungguh-sungguh mempelajari
ilmu, mau mempertahankan keyakinannya, dan merasa terpanggil untuk memperbaiki
masyarakatnya. Namun dalam ayat lain, Allah swt dengan jelas membedakan seorang
ulul-albab dengan intelektual:
أَمَّنْ
هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا
يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
“Apakah orang yang bangun di tengah
malam, lalu bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan
mengharapkan rahmat Tuhannya: samakah orang yang berilmu seperti itu dengan
orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh peringatan seperti itu
kecuali ulul-albab.” (QS. Az-Zumar {39}:9)
Dengan merujuk kepada firman Allah di
atas, maka itulah “tanda khas” yang
membedakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya. Ulul-albab rajin
bangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan Allah. Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya mengharapkan rahmat-Nya.
membedakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya. Ulul-albab rajin
bangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan Allah. Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya mengharapkan rahmat-Nya.
Tanda khas yang lain disebutkan dalam
Al-Quran: “Dia zikir kepada Allah
dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk, dan keadaan berbaring.” (QS
3:191)
dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk, dan keadaan berbaring.” (QS
3:191)
Kalau dapat saya simpulkan dalam satu
rumus, maka ulul-albab adalah sama dengan intelektual plus ketakwaan,
intelektual plus kesalehan. Di dalam diri ulul-albab bersatu padu
sifat-sifat ilmuwan, sifat-sifat intelektual, dan sifat orang yang dekat dengan
Allah swt. Sebetulnya Islam mengharapkan bahwa dari setiap jenjang pendidikan
lahir ulul-albab, bukan sekadar sarjana yang tidak begitu banyak gunanya,
kecuali untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rutin. Islam mengharapkan dari
jenjang-jenjang pendidikan lahir ilmuwan yang intelektual dan yang sekaligus
ulul-albab. Subhanallah..Wallahu A`lam.
JADILAH GENERASI-GENERASI ULUL ALBAB
WAHAI IKHWAH FILLAH..!!
Taklukkan medan terjal dunia untuk
berlabuh di pulau kenikmatan akhirat
0 Comments:
Posting Komentar