
Pada suatu hari ia sedang
bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum''at. Ditengah jalan ia
berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk
karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di
masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala
amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi".
Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya akan lebih besar pula.
Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang istri mulai tertarik. Nabi
menjawab,"adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat
hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke
masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat
seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.
Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia
mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan
mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu
melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata,
"Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku
yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi". Itulah yang dikatakan
suamimu selengkapnya.
Kemudian,
ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri
makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,"ingatkah kamu pada suatu
ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan
makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging.
Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu
dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang
sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan
nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia
pun menyesal dan berkata '' kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak
hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti
ganjaranku akan berlipat ganda. Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada
hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung,
bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian
Allah swt.
Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita
sendiri.Karena itu Allah mengingatkan:
إِنْ
أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لأنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ
وَعْدُ الآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا
دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
"Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri;
dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan
orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam
masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada (kejahatan) kali pertama,
dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai." –
(QS.Al-Isra {17}:7)
Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamitthariq..
0 Comments:
Posting Komentar