Tidak diragukan
lagi setiap orang ingin mendapat kebaikan dan dijauhkan dari kemudharatan.
Namun tidak semua orang sadar dan mau bersungguh-sungguh dalam mencapai
keinginan tersebut. Padahal Allah Ta’ala telah menjelaskan kunci-kunci
kebaikan tersebut dalam wahyunya dengan gamlang dan tegas. Kunci kebaikan itu
adalah dzikir kepada Allah (dzikrullah).
Urgensi dan
Kedudukan Dzikir.
Satu kepastian bahwa dzikir dan do’a adalah sebaik-baik amalan yang mendekatkan diri seorang muslim kepada Rabbnya, bahkan ia merupakan kunci semua kebaikan yang diinginkan seorang hamba di dunia dan akhirat. Kapan saja yang Alah Ta’ala berikan kunci ini pada seorang hamba maka Allah Ta’ala inginkan ia membukanya dan jika Allah menyesatkannya maka pintu kebaikan tersisa jauh darinya, sehingga hatinya gundah gulana, bingung, pikiran kalut, depresi dan lemah semangat dan keinginannya. Apabila ia menjaga dzikir dan do’a serta terus berlindung kepada Allah maka hatinya akan tenang, sebagaiman firman Allah :
Satu kepastian bahwa dzikir dan do’a adalah sebaik-baik amalan yang mendekatkan diri seorang muslim kepada Rabbnya, bahkan ia merupakan kunci semua kebaikan yang diinginkan seorang hamba di dunia dan akhirat. Kapan saja yang Alah Ta’ala berikan kunci ini pada seorang hamba maka Allah Ta’ala inginkan ia membukanya dan jika Allah menyesatkannya maka pintu kebaikan tersisa jauh darinya, sehingga hatinya gundah gulana, bingung, pikiran kalut, depresi dan lemah semangat dan keinginannya. Apabila ia menjaga dzikir dan do’a serta terus berlindung kepada Allah maka hatinya akan tenang, sebagaiman firman Allah :
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ
أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Arra’du :28)
Dan mendapat
keutamaan dan faedah yang sangat banyak didunia dan akherat. [Fiqh Al
Ad’iyah wa Al Adzkaar, karya DR. Abdurrozaq bin Abdulmuhsin Alibadr]
Allah berfirman menjelaskan arti penting dan
kedudukan dzikir dalam banyak ayatnya, diantaranya:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ
وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ
وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّآئِمِينَ وَالصَّآئِمَاتِ
وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا
وَالذَّاكِرَاتِ أّعَدَّ اللهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzaab. :35)
Dan firman-Nya:
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا
كَثِيرًا
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya.” (QS. Al Ahzaab :41)
serta :
serta :
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ
كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَالَهُ فِي اْلأَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ
Artinya: “Apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (denga menyebut)
Allah, sebagimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu,
atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada
orang yang mendo’a:”Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia”, dan tiadalah
baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (QS. Al Baqorah :200).
Demikian juga
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah menjelaskan secara gamblang
arti penting dan kedudukan dzikir pada diri seorang muslim dalam banyak
haditsnya, diantaranya:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ
وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Artinya: “Dari
Abu Musa , beliau berkata: telah bersabda Nabi n : “permisalan orang yang
berdzikir kepada Allah dan yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup dan
mati”. [Hadits riwayat Bukhori dalam Shohihnya, kitab Ad Da’awaat,
Bab Fadhlu Dzikrullah, No. 6407]
Dan hadits beliau yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسِيرُ فِي طَرِيقِ مَكَّةَ فَمَرَّ عَلَى جَبَلٍ
يُقَالُ لَهُ جُمْدَانُ فَقَالَ سِيرُوا هَذَا جُمْدَانُ سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ
قَالُوا وَمَا الْمُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الذَّاكِرُونَ اللَّهَ
كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ
Artinya: “Dari
Abu Hurairoh, beliau berkata: “Al Mufarridun telah mendahului” mereka bertanya:
‘Siapakah Al Mufarridun wahai Rasululloh?’ beliau menjawab: “Laki-laki dan
perempuan Yang banyak berdzikir”” [Hadits riwayat Muslim dalam shohihnya,
kitab Ad Du’a wa Dzikir wa Taubah wal Istighfar, bab Al Hats Ala
Dzikr, no. 2676]
Oleh karena itu
dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
(adzkaar nabawiyah) memiliki kedudukan dan arti penting yang tinggi
dalam diri seorang muslim, sehingga banyak ditulis kitab dan karta tulis yang
beraneka ragam tentang permasalahan ini. Namun seorang muslim diperintahkan
untuk berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang telah disyari’atkannya, karena
dzikir adalah bagian dari ibadah dan ibadah dibangun diatas dasar tauqifiyah (berdasar
kepada dalil wahyu) dan ittiba’ (mencontoh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam), tidak menurut hawa nafsu dan kehendak hati semata. Untuk itu
Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa Adzkaar (dzikir-dzikir)
dan do’a-do’a merupakan ibadah yang utama. Sedangkan ibadah dibangun diatas
dasar tauqifiyah dan ittiba’, tidak menurut hawa nafsu dan kebid’ahan. Sehingga
do’a-do’a dan adzkar nabawiyah merupakan dzikir dan do’a yang paling harus
dicari oleh pencarinya. Pelakunya berada dijalan yang aman dan selamat. Sedang
faedah dan hasil yang disapat tidak dapat diungkap dengan kata-kata dan lisan
tidak dapat mencakupnya. Adzkaar yang lainnya ada kalanya diharomkan atau
makruh atau terkadang berisi kesyirikan yang banyak orang bodoh tidak mengetahuinya.
Permasalahan ini cukup panjang penjabarannya.
Tidak
diperbolehkan seorang membuat sebuah dzikir atau do’a yang tidak dicontohkan
Rasululloh dan menjadikannnya sebagai ibadah ritual yang dilakukan oleh manusia
secara rutin seperti rutinitas sholat lima waktu. Ini jelas kebidahan dalam
agama yang tidak diperkenankan Allah. Berbeda dengan do’a yang dilakukan
seseorang kadang-kadang tidak rutin dengan tidak menjadikannya sunah untuk
manusia, maka ini jika tidak diketahui terkandung makna kandungan yang harom,
tidak boleh dipastikan keharomannya, akan tetapi terkadang ada keharoman
padanya sedang manusia tidak merasanya. Ini sebagaimana seorang berdo’a ketika
genting dengan do’a-do’a yang ia ingat pada waktu itu. Ini dan yang semisalnya
hampir sama. Adapun mengambil wirid-wirid (ma’tsurat (pent))yang tidak
disyariatkan dan membuat-buat dzikir yang tidak syar’I maka ini terlarang.
Sudah demikianpun, da’a-do’a dan dzikir syar’I berisi permintaan yang agung
lagi benar. Tidak meninggalkannya dan beralih kepada dzikir-dzikir bid’ah yang
dibuat-buat kecuali orang bodoh atau lemah atau melampaui batas.”.[Majmu’ Al
fataawa Ibnu Taimiyah, juz 22/ 510-511]
Keutamaan dan
Faedah Dzikir.
Keutamaan dan faedah dzikir sangat banyak sekali, sampai-sampai imam Ibnul Qayyim menyatakan dalam kitabnya Al Waabil Ashshoyyib (Lihat Al Waabil Al Shoyyib Wa Raafi’ Al kalimi Al Thoyyib, karya Ibnul Qayyim, tahqiq Hasan Ahmad isbir) bahwa dzikir memiliki lebih dari seratus faedah dan menyebutkan tujuh puluh tiga faedah didalam kitab tersebut.
Keutamaan dan faedah dzikir sangat banyak sekali, sampai-sampai imam Ibnul Qayyim menyatakan dalam kitabnya Al Waabil Ashshoyyib (Lihat Al Waabil Al Shoyyib Wa Raafi’ Al kalimi Al Thoyyib, karya Ibnul Qayyim, tahqiq Hasan Ahmad isbir) bahwa dzikir memiliki lebih dari seratus faedah dan menyebutkan tujuh puluh tiga faedah didalam kitab tersebut.
Diantara keutamaan dan faedah dzikir adalah:
1. Dzikir dapat
mengusir syeitan dan melindungi orang yang berdzikir darinya, sebagaimana sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi
Wasallam :
وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ
رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ
حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ
مِنْ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ
Artinya: “Dan
Aku (Yahya bin Zakariya) memerintahkan kalian untuk banyak berdzikir kepada
Allah. Permisalannya itu seperti seseorang yang dikejar-kejar musuh lalu ia
mendatangi benteng yang kokoh dan berlindung di dalamnya. Demikianlah seorang
hamba tidak dapat melindungi dirinya dari syeitan kecuali dengan dzikir kepada
Allah.” [Hadits riwayat imam Ahmad dalam Musnadnya (4/202), At Tirmidziy
dalam sunannya, kitab Al Amtsal ‘An Rasulullih, Bab Ma Ja’a Fi Matsal
Al Sholat wa Al Shiyaam wa Al Shodaqah no. 2863 dan dishohihkan Syeikh Al
Albaniy dalam Shohih Al Jaami’ no. 1724]
Ibnul Qayim
memberikan komentarnya terhadap hadits ini: ‘Seandainya dzikir hanya memiliki
satu keutamaan ini saja, maka sudah cukup bagi seorang hamba untuk tidak lepas
lisannya dari dzikir kepada Allah dan senantiasa gerak berdzikir, karena ia
tidak dapat melindungi dirinya dari musuhnya kecuali dengan dzikir kepada
Allah. Para musuh hanya akan masuk melalui pintu kelalaian dalam keadaan terus
mengintainya. Jika ia lengah maka musuh langsung menerkam dan memangsanya dan
jika berdzikir kepada Alah maka musuh Allah itu meringkuk dan merasa kecil
serta melemah sehingga seperti Al Wash’(sejenis burung kecil) dan
seperti lalat’. [Al Waabil Al Shoyyib, hal 61]
Manusia ketika lalai dari dzikir maka syeitan
langsung menempel dan menggodanya serta menjadi teman yang selalu menyertainya,
sebagaimana firman Allah:
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ
شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Artinya: “Barangsiapa
yang berpaling dari dzikir (Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur’an), Kami adakan
baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang
selalu menyertainya.” (QS. Az Zukhruf:36).
Seorang hamba tidak mampu melindungi dirinya
dari Syeitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.
2. Dzikir dapat
menghilangkan kesedihan, kegundahan dan depresi dan dapat mendatangkan
ketenangan, kebahagian dan kelapangan hidup. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ
أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar Ra’du :28)
3. Dzikir dapat
menghidupkan hati, bahkan dzikir
itu sendiri pada hakekatnya adalah kehidupan bagi hati tersebut. Apabila hati
kehilangan dzikir maka seakan-akan kehilangan kehidupannya sehingga tidak hidup
sebuah hati tanpa dzikir kepada Allah. Oleh karena itu Syeikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata: ‘Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, lalu bagaimana
keadaan ikan jika kehilangan air?’ [Al Waabil Al Shoyyib hal. 70]
4. Dzikir
menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah, karena dzikir merupakan satu kebaikan yang
besar dan kebaikan menghapus dosa dan menghilangkannya. Tentunya hal ini dapat
menyelamatkan orang yang berdzikir dari adzab Allah sebagaimana sabda
Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam :
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا قَطُّ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ
اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
Artinya: “Tidaklah
seorang manusia mengamalkan satu amalan yang lebih menyelamatkan dirinya dari
adzab Allah dari dzikrullah.” [Hadits riwayat Ahmad dalam Musnadnya 5/239
dan dishohihkan Syeikh Al Albaniy dalam Shohih Al Jami’ no. 5644]
5. Dzikir
menghasilkan pahala, keutamaan dan karunia Allah yang tidak dihasilkan
selainnya, padahal
sangat mudah mengamalkannya, karena gerakan lisan lebih mudah dari gerakan
anggota tubuh lainnya. Diantara pahala dzikir yang disebutkan Rasululloh
adalah:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي
يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ
مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا
مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ
بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
Artinya: “Barang
siapa mengucapkan (dzikir):
لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dalam sehari
seratus kali, maka itu sama dengan pahala sepulih budak, ditulis seratus
kebaikan untuknya dan dihapus seratus dosanya. Juga menjadi pelindungnya dari
syeitan pada hari itu sampai sore dan tidak ada satupun yang lebih utama dari
amalannya kecuali seorang yang beamal dengan amalan yang lebih banyak dari hal
itu.” [Hadits
riwayat Al Bukhori dalam shohihnya, kitab badi’ Al Kholq bab Sifat Iblis Wa
Junuduhu no. 3293, Muslim dalam shohihnya kitab Ad Du’a wa Dzikir wa
Taubah wal Istighfar bab Fadhlu Al tahlil Wa Takbir wa Tahmid no. 2691]
Ibnul Qayim
berkata: ‘Dzikir adalah ibadah yang paling mudah namun paling agung dan utama,
karena gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan mudah.
Seandainya satu anggota tubuh manusia set\hari semalam bergerak seukuran
gerakan lisannya, tentulah hal itu sangat menyusahkannya sekali, bahkan tidak
mampu. [Al Waabil Al Shoyyib hal 73]
6. Dzikir
adalah tanaman syurga [Lihat Al
Waabil Al Shoyyib hal 73-74, Fiqh Al Ad’iyah Wa Al Adzkar hal 19-20
dan Dzikru Wa Tadzkiir karya Syeikh Prof. Dr. Shoolih bin Ghoonim
Alsadlaan]. Ini berlandaskan sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam
dalam hadits Abdillah bin Mas’ud yang berbunyi:
لَقِيتُ
إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَقْرِئْ أُمَّتَكَ
مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ
عَذْبَةُ الْمَاءِ وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Artinya: “Aku
berjumpa dengan Ibrohim pada malam isra’ dan mi’roj, lalu ia berkata: “Wahai
Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahulah mereka bahwa syurga
memiliki tanah yang terbaik dan air yang paling menyejukkan. Syurga itu dataran
kosong (Qai’aan) dan tumbuhannya adalah (dzikir) Subhanallahi Wala ilaha illa
Allah wallahu Akbar.” [Hadits riwayat At Tirmidziy dalam sunannya kitab Al
Da’awaat ‘An Ar Rasul bab Ma Ja’a Fi Fadhl Tasbiih wa Tahlil Wa takbir wa
Tahmidno.3462 dan dihasankan Al Albaniy dalam Silsilah Shohihah no. 105]
Hal ini juga dikuatkan dengan riwayat lain dari
hadits Abu Ayub Al Anshoriy yang ada dalam musnad Ahmad bin Hambal 5/418.
7. Dzikir
menjadi cahaya penerang bagi yang berdzikir di dunia, di alam kubur dan di
akherat. Meneranginya
di shirot, sehingga tidaklah hati dan kuburan memiliki cahaya seperti
cahaya dzikrullah. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala :
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ
نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ
بِخَارِجٍ مِنْهَا
Artinya: “Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan
ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya.” (QS.
Al An’am:122)
Pertama adalah
seorang mukmin yang memiliki cahaya dengan sebab keimanan, kecintaan,
pengenalan dan dzikir kepada Allah dan yang lain adalah orang yang lalai dari
Allah yang tidak mau berdzikir dan mencintaiNya. [Al Waabil Al Shoyyib hal
82-83]
8. Dzikir
menjadi sebab mendapatkan sholawat dari Allah dan para malaikatNya, sebagamana firman Allah:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah
yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu),
supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan
adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al
Ahzaab:41-43)
9. Banyak
berdzikir dapat menjauhkan seseorang dari kemunafikan, karena orang munafik sangat sedikit berdzikir
kepada Allah, sebagiamana firman Allah Ta’ala:
يَوْمَئِذٍ
يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الأرْضُ
وَلا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا
Artinya: “Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka .
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
nama Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’:142)
Syeikh Abdurrozaq bin Abdulmuhsin Al Abad
berkata: ‘Bisa jadi karena hal tersebut Allah menutup surat Munafiqin dengan
firmanNya:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ
اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah hrata-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang rugi.” (QS. Al Munafiquun:9).
Karena terdapat
padanya peringatan dari fitnah kaum munafiqin yang lalai dari dzikrullah lalu
terjerumus dalam kemunafikan. Wal ‘iyadzubillah.
Imam Ali bin
Abi Tholib ditanya tentang khowarij: ‘apakah mereka munafiq atau bukan?’ beliau
menjawab: ‘Orang munafik tidak berdzikir kepada Allah kecuali sedikit’. Ini
merupakan alamat kemunafikan, yaitu sedikit berdzikir kepada Allah. Berdasarkan
hal ini maka banyak berdzikir merupakan pengaman dari kenifakan. [Fiqh Al
Ad’iyah Wa Al Adzkaar hal 24]
10. Dzikir
adalah amalan yang paling baik, paling suci dan paling tinggi derajatnya, sebagaimana dinyatakan Rasululloh dalam
sabdanya
أَلَا
أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ
وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ
وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا
أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ
تَعَالَى
Artinya: “Inginkah
kalian aku beritahu amalan kalian yang terbain dan tersuci serta tertinggi pada
derajat kalian, ia lebih baik dari berinfak emas dan perak dan lebih baik dari
kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal
kepala kalian?” Mereka menjawab:’ ya’, lalu rasululloh menjawab: “Dzikrullah”“.
[Hadits riwayat At Tiurmidziy dalam sunannya kitab Ad da’awaat ‘An
Rasulillah no. 3377 dan Ibnu Majah dalam sunannya kitab Al Adab bab
Fadhlu dzikr no. 3790 dan dishohihkan Al Albaniy dalam Shohih Al Jami’ no.
2629]
Demikian beberapa keutamaan dan faedah yang dapat diutarakan dalam makalah singkat ini.
Demikian beberapa keutamaan dan faedah yang dapat diutarakan dalam makalah singkat ini.
Adab dalam
berdzikir.
Berdzikir memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan dan diamalkan, diantaranya:
Berdzikir memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan dan diamalkan, diantaranya:
1.
Ikhlas dalam berdzikir mengharap ridho Allah.
2.
Berdzikir dengan dzikir dan wirid yang telah
dicontohkan Rasululloh, karena dzikir adalah ibadah. Telah lalu penjelasan Ibnu
Taimiyah tentang hal tersebut.
3.
Memahami makna dan penunjukkannya dan khusu’
dalam melakukannya. Ibnul Qayim berkata: ‘Dzikir yang paling utama dan manfaat
adalah yang sesuai lisan dengan hati dan merupakan dzikir yang telah
dicontohkan Rasululloh serta orang yang berdzikir memahami makna dan tujuan
kandungannya [Dinukil dari Fiqh Al Ad’iyah wal Azkar hal. 9]
4.
Memperhatikan tujuh adab yang telah dijelaskan
Allah dalam firmanNya:
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا
وَخِفْيَةً وَدُونَ الْجَهْرِمِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن
مِّنَ الْغَافِلِينَ
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam
hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan
suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai.” (Surat Al A’raf:205)
Ayat yang mulia ini menunjukkan tujuh adab penting dalam berdzikir, yaitu:
Ayat yang mulia ini menunjukkan tujuh adab penting dalam berdzikir, yaitu:
1.
Dzikir dilakukan dalam hati, karena hal itu
lebih dekat kepada ikhlash.
2.
Dilakukan dengan merendahkan diri agar terwujud
sikap penyembahan yang sempurna kepada Allah.
3.
Dilakukan dengan rasa takut dari siksaan Allah
akibat kelalaian dalam beramal dan tidak diterimanay dzikir tersebut. Oleh
karena itulah Allah mensifati kaum mukminin dengan firmanNya:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ
وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan
apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu
bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Surat Al
Mu’minun:60)
4.
Dilakukan tanpa mengeraskan suara, karena hal
itu lebih dekat kepada tafakkur yang baik.
5.
Dilakukan dengan lisan dan hati.
6.
Dilakukan diwaktu pagi dan petang. Memang dua
waktu ini memiliki keistimewaan, sehingga Allah sebut dalam ayat ini, ditambah
lagi keistimewaan lainnya yaitu keistimewaan yang disampaikan rasulullah dalam
sabdanya:
يَتَعَاقَبُونَ
فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي
صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ
فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي
فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
Artinya: “Bergantian pada kalian malaikat di
malam dan malaikat di waktu siang. Mereka berjumpa diwaktu sholat fajr dan ashr
kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian dan Rabb merreka menanyakan
mereka dan Allah lebih tahu dengan mereka: “Bagaimana keadaan hambaKu ketika
kamu tinggalkan?” mereka menjawab: ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat
dan kami datangi mereka dalam keadaan sholat’“[Hadits riwayat Al Bukhori
dalam shohihnya kitab Mawaaqit Ash Sholat bab Fadl Sholat AL Ashr no.522
dan Muslim dalam shohihnya kitab Al Masaajid wa Mawadi’ Al Sholat bab Fadl
Sholat Al Fajr wal Ashr wa Muhafadztu ‘Alaihima no. 632]
7.
Larangan lalai dari dzikrullah.
0 Comments:
Posting Komentar