Menyelami dalamnya lautan ilmu Islam hingga nampak cahaya dan terasa indah dalam sukma

Fi`il Mudhari` Marfu`

Fi`il Mudhari` Manshub

Istighfar



ISTIGHFAR

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هٰذَا ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِى هٰذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه مسلم)
Dari Usman bin Affan ra, ia berkata :aku melihat Rasulullah saw berwudlu seperti wudluku ini, kemudian Rasulullah bersabda, “Barang siapayang berwudlu seperti wudluku ini, lalu ia shalat dua raka`at dalam keadaan khusyu`, maka ia pasti diberi maghfirah (ampunan) dari dosa-dosanya yang telah lalu.”

Maghfirah menurut bahasa
                Apabila kita memakaikan sesuatu kepada anak kita dengan maksud agar anak kita itu terhindar atau tertutupi dari kotoran atau apa saja yang dapat membahayakan anak tersebut, maka memakaikan atau menutupinya itu dalam bahasa arab disebut غَفْرٌ، غُفْرَانٌ atau   مَغْفِرَةٌ. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh al-`alamah ar-raghib al-ashfahani:
الغَفْرُ اِلْبَاسُ مَا يَصُوْنُهُ عَنِ الدَّنَسِ. (مفردات ألفاظ القرآن: ٣٧٤)
Al-Ghafru (maghfirah) adalah menutupkan (memakaikan) sesuau yang dapat melindunginya dari kotoran. (mufradzt alfadzil quran: 374)
                Dengan demikian kata ghafrun, ghufran, atau maghfirah secara bahasa bermakna as-satru (menutupi). Oleh karena itu topi baja yang digunakan untuk tameng kepala dalam peperangan dinamakan mighfar, karena akan menutupi kepala dari tebasan pedang dan hal-hal yang membahayakan lainnya.
Ali bin Muhammad Al-Jarjani mengkhususkan kata maghfirah tersebut untuk atasan kepada bawahan dan tidak bisa dibuat sebaliknya:
الْمَغْفِرَةُ هِيَ أَنْ يَسْقُرَ الْقَادِرُ الْقَبِيْحَ الصَّادِرَ مِمَّنْ تَحْتَ قُدْرَتِهِ حَتَّى أَنَّ الْعَبْدَ إِنْ سَقَرَ عَيْبَ سَيِّدِهِ مَخافَةَ عِتَابِهِ لاَ يُقَالُ غَفَرَ لَهُ. (التّعريفات: ٢٢٣).
Maghfirah ialah orang yang kuasa menutupi yang jelek yang muncul dari orang yang berada di bawah kekuasaannya, sehingga jika seorang hamba menutupi aib tuannya karena takut celaannya, maka dikatakan ghafara (maghfirah). (At-Ta`rifat: 223)

Maghfirah menurut istilah
Sebagai seorang muslim, apabila mendengar kata maghfirah maka pasti yang akan terlintas dalam benaknya adalah maghfirah yang sering didapatinya baik dalam al-quran maupun al-hadits (secara istilah), yaitu maghfirah yang datang dari Allah swt. Misalnya yang terdapat dalam surat Fushshilat ayat 43,
 مَا يُقَالُ لَكَ إِلا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ (43)
"Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu, selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan, kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-kamu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih." – (QS.41:43)
Al-`Alamah Ar-Raghib Al-Ashfahani menyatakan bahwa yang dimaksud dengan maghfirah dari Allah swt adalah,
أَنْ يَصُوْنَ الْعَبْدَ مِنْ أَنْ يَمَسَّهُ الْعَذَابُ . (مفردات ألفاظ القرآن: ٣٧٤).
Ia melindungi (menutupi) hamba (manusia) dari adzab yang akan menimpanya. (mufradzt alfadzil quran: 374)
                Dengan demikian maghfirah adalah tutupan (perlindungan) dari Allah swt terhadap hamba-Nya dari adzab api neraka. 

Istighfar
                Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw menerangkan bahwa seluruh umat manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan tak luput dari dosa dan kekeliruan. Dan setiap dosa dan kesalahan telah disiapkan balasannya yaitu adzab api neraka. Jika tidak ada maghfirah dari Allah swt maka sudah bisa dipastikan seluruh manusia akan masuk ke dalam api neraka disebabkan atas dosa-dosa mereka. Hanya satu dosa yang dinyatakan oleh Allah swt tidak akan menerima maghfirah-Nya apabila terbawa mati, yaitu syirik (mempersekutukan Allah swt). Allah swt hanya akan memberikan maghfirah-Nya terhadap dosa-dosa selain syirik. Dan itupun tidak untuk seluruh manusia, tapi untuk siapa saja yang beriman yang Allah swt kehendaki. Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا (116)
"Sesungguhnya, Allah tidak mengampuni dosa, mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya, ia telah tersesat sejauh-jauhnya." – (QS. An-Nisa {4}:116)
                Kita sangat menginginkan menjadi seorang hamba yang dikehendaki Allah mendapatkan maghfirah-Nya sebagaimana ayat di atas. Akan tetapi, bagaimanakah caranya?
Jawabnya adalah dengan istighfar (memohon maghfirah) kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya:
Istighfarlah (mohonlah ampun) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. (Q.S. Nuh: 10)
Ayat ini memerintahkan kita agar beristighfar kepada Allah, karena Dia Maha Pemberi Maghfirah. Lalu bagaimana cara istighfar itu?
Al-‘alamah Ar-Raghib Al-Ashfahani menyatakan:
Istighfar ialah memohon maghfirah dengan perkataan dan perbuatan yang baik. Sedangkan firman-Nya (Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun), maka mereka tidak diperintah memohonnya dengan lisan saja, akan tetapi dengan lisan dan perbuatan baik. Maka sungguh telah dikatakan bahwa istighfar dengan lisan saja tanpa perbuatan baik adalah perbuatan para pendusta. Mufradat Alfazhil Quran : 374-375
Yang mesti digarisbawahi pada pernyataan di atas adalah bahwa istighfar yang diperintahkan Allah pada ayat di atas bukan hanya dengan lisan saja, tetapi mesti disertai dengan perbuatan. Bahkan beristighfar hanya dengan lisan saja adalah perbuatan para pendusta.
Sangat banyak sekali amalan-amalan yang dijanjikan Allah akan mendapatkan maghfirah-Nya, dari amalan yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu walaupun hanya dengan sebelah kurma dinyatakan dapat menutupinya dari api neraka. Sebagaimana hadis,
Dari ‘Adi bin Hatim r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Peliharalah diri kalian dari api neraka, walaupun hanya dengan sebelah kurma’”. Shahih Al-Bukhari, 1 : 304 No. 1417
Sebelah kurma yang sangat kecil bentuknya, akan tetapi dijanjikan pahala yang begitu besar, yaitu menutupinya dari adzab neraka. Atau dengan kata lain, amal yang sangat kecil dibalas dengan maghfirah yang begitu besar. Itulah hakikat makna arab (Maha Pemberi Maghfirah) yang ada pada ayat di atas. Apalagi jika amalan yang dilakukannya itu begitu besar dan banyak, maka tentu saja maghfirah-Nya pun tidak bisa kita gambarkan lagi kebesarannya.
Dengan demikian bersedekah dengan sebelah kurma pun termasuk salah satu bentuk istighfar kepada Allah dengan perbuatan.

Semoga seluruh amal yang telah kita lakukan sebagai bentuk istighfar kita kepada Allah, baik ucapan atau perbuatan, dibalas dengan maghfirah yang begitu besar di sisi-Nya, karena Dia adalah Ghaffaaran. Amin ya Rabbal `alamin..



Share:

Related Posts:

0 Comments:

Posting Komentar

Latest Posts

Back to Top

Recent Posts

default
Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Cari Blog Ini

Blog Archive


CAHAYA ISLAM

Join & Follow Me

Recommend us on Google!

Postingan Populer