
Sayangnya pada masa kini masih
banyak orang yang memiliki pandangan yang keliru, bahwasanya belajar bahasa
arab itu susah, sehingga menjadikan mereka malas dan tidak ada ghirah untuk
mempelajarinya. Padalah kalau kita yakin dengan sebuah ungkapan bahwa “jarrib wa laahidz takun `aarifan” yang
artinya cobalah dan pelajarilah maka engkau akan mengetahui, maka tak ada jalan
yang sulit untuk dilewati dalam belajar bahasa arab. Masih teringat sebuah
ungkapan dan pernyataan dari seorang Guru Besar Universitas di Brunei sekaligus
pakar bahasa Arab Prof. Dr. Abdul Karim Awad Hayaza, MA.
mengatakan, bahasa termudah adalah bahasa Arab. Pernyataan tersebut bukanlah
tanpa alasan karena memang Allah swt sudah menyampaikan dalam firman yang
artinya:
“Dan sesungguhnya
telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk dijadikan pelajaran, maka adakah orang yang
mengambil pelajaran?” [Al-Qamar : 17]
Oleh karena itu, maka ada
sebuah metode yang mengajarkan bagaimana cara menerjemahkan Al-Quran dimulai
dari mengetahui struktur-struktur bahasa arab secara terperinci dan detail,
yang dengan izin Allah swt, pelatihannya bisa terlaksana di MAN Insan Cendekia
Gorontalo mulai tgl 18-19 mei tahun 2013.
Metode Granada merupakan
metode menerjemah al-Qur'an yang dikembangkan oleh Ustadz Solihin Bunyamin
Ahmad, Lc sejak 1998 atas dasar keinginan untuk memberikan yang terbaik pada
peserta didik agar cepat mengerti bahasa al-Quran. Metode ini mengajarkan bagaimana
menerjemahkan al-Qur'an melalui 4 langkah selama 6 jam. Delapan jam yang selama
ini dipublikasikan sudah menghitung toleransi terhadap peserta didik
Nama ini terambil dan sebuah
kota di Spanyol yang pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dan gerakan terjemah
(harakatut tarjamah) buku-buku ilmu pengetahuan sedunia di masa
kejayaan Islam (abad VII-XII). Dengan nama ini diharapkan metode Granada dapat
ikut serta dalam kemajuan umat Islam.
Dengan dasar pemahamannya
terhadap bahasa Arab, Ustadz Solihin menginventarisir kata-kata dalam bahasa
Arab beserta perubahannya. Ternyata perubahan itu kembali pada 3 huruf, hanya
belasan saja yang tidak. Selanjutnya ia membagi perubahan-perubahan kata bahasa
Arab itu menjadi awalan, akhiran, dan sisipan. Istilah ini disesuaikan dengan
gramatika bahasa Indonesia yang sudah dikenal oleh masyarakat dibanding
gramatika Arab. Misalnya lafaz muslim yang terdiri dari mi'm, sin, lam, dan
nun memiliki tambahan huruf diawalyaitu mim. Atau kata karim,
tersusun dari kaf, ra', ya, dan mim. Ia mendapat tambahan ya'.
Dari rumus-rumus itulah dibuat tabel satu halaman atau Nahwu Sharaf Satu
Halaman. Dari rumus ini akan mudah diketahui mana kata yang menjadi subyek,
predikat, juga obyek.
Metode ini pertama kali
diperkenalkan pada Forum Alumni SMP Islam Al-Azhar (ASIA) di Kebayoran Baru
Jakarta Selatan yang diselenggarakan di masjid Al-Azhar Kebayoran Baru.
Kemudian diperkenalkan di kalangan instansi pemerintah, diantaranya kelompok
pengajian Badan Pengendalian Modal Daerah Jakarta sebagai embrio sebelum meluas
ke pelosok Indonesia seperti saat ini.
Awal tahun 2000 Ustadz Solihin
diundang oleh Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) untuk berdiskusi mengenai
metode-metode penerjemahan al-Quran yang ada di Indonesia. Di sana metodenya
dibandingkan dengan dua metode lain, yaitu Metode Istiqlal dan sistem 12
iangkah. Sejak presentasi di PTIQ inilah kemudian panggilan mulai berdatangan
dari berbagai tempat. Diakui oleh penemunya, sepanjang melakukan pelatihan
dengan metode ini rata-rata peserta didik rnenunjukkan keberhasilannya tidak
kurang 85 persen.
Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak?
Silakan miliki buku dan CD yang talah banyak dijajakan di toko buku. Sekilas,
berikut presentasi Ustadz Solihin tentang Metode Granada.
Sumber: http://ahsanulkalam.or.id
0 Comments:
Posting Komentar