Menyelami dalamnya lautan ilmu Islam hingga nampak cahaya dan terasa indah dalam sukma

Fi`il Mudhari` Marfu`

Fi`il Mudhari` Manshub

Metode Granada, 4 Langkah 8 Jam Mampu Menerjemah Qur'an


Al-Quran adalah Kitabullah atau Firman Allah yang penuh dengan `ibrah, pelajaran dan hikmah bagi seluruh umat manusia. Pelajaran atau hikmah tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang mampu mengerti lalu memahami dan mentadabburi serta mengamalkan seluruh isi dan makna Firman Allah swt tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk memahaminya maka sudah barang tentu setiap orang harus mengetahui artinya, dengan kata lain harus mengetahui yang disebut dengan bahasa arab. Dengan bahasa arab itulah seseorang akan mudah untuk menerjemahkan ayat-ayat Allah swt yang tersurat itu lalu mudah juga untuk mengamalkan makna-maknanya dalam kehidupan.

Sayangnya pada masa kini masih banyak orang yang memiliki pandangan yang keliru, bahwasanya belajar bahasa arab itu susah, sehingga menjadikan mereka malas dan tidak ada ghirah untuk mempelajarinya. Padalah kalau kita yakin dengan sebuah ungkapan bahwa “jarrib wa laahidz takun `aarifan” yang artinya cobalah dan pelajarilah maka engkau akan mengetahui, maka tak ada jalan yang sulit untuk dilewati dalam belajar bahasa arab. Masih teringat sebuah ungkapan dan pernyataan dari seorang Guru Besar Universitas di Brunei sekaligus pakar bahasa Arab  Prof. Dr.  Abdul Karim Awad Hayaza, MA. mengatakan, bahasa termudah adalah bahasa Arab. Pernyataan tersebut bukanlah tanpa alasan karena memang Allah swt sudah menyampaikan dalam firman yang artinya:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk dijadikan pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” [Al-Qamar : 17]
Oleh karena itu, maka ada sebuah metode yang mengajarkan bagaimana cara menerjemahkan Al-Quran dimulai dari mengetahui struktur-struktur bahasa arab secara terperinci dan detail, yang dengan izin Allah swt, pelatihannya bisa terlaksana di MAN Insan Cendekia Gorontalo mulai tgl 18-19 mei tahun 2013.
Metode Granada merupakan metode menerjemah al-Qur'an yang dikembangkan oleh Ustadz Solihin Bunyamin Ahmad, Lc sejak 1998 atas dasar keinginan untuk memberikan yang terbaik pada peserta didik agar cepat mengerti bahasa al-Quran. Metode ini mengajarkan bagaimana menerjemahkan al-Qur'an melalui 4 langkah selama 6 jam. Delapan jam yang selama ini dipublikasikan sudah menghitung toleransi terhadap peserta didik
Nama ini terambil dan sebuah kota di Spanyol yang pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dan gerakan terjemah (harakatut tarjamah) buku-buku ilmu pengetahuan sedunia di masa kejayaan Islam (abad VII-XII). Dengan nama ini diharapkan metode Granada dapat ikut serta dalam kemajuan umat Islam.
Dengan dasar pemahamannya terhadap bahasa Arab, Ustadz Solihin menginventarisir kata-kata dalam bahasa Arab beserta perubahannya. Ternyata perubahan itu kembali pada 3 huruf, hanya belasan saja yang tidak. Selanjutnya ia membagi perubahan-perubahan kata bahasa Arab itu menjadi awalan, akhiran, dan sisipan. Istilah ini disesuaikan dengan gramatika bahasa Indonesia yang sudah dikenal oleh masyarakat dibanding gramatika Arab. Misalnya lafaz muslim yang terdiri dari mi'm, sin, lam, dan nun memiliki tambahan huruf diawalyaitu mim. Atau kata karim, tersusun dari kaf, ra', ya, dan mim. Ia mendapat tambahan ya'. Dari rumus-rumus itulah dibuat tabel satu halaman atau Nahwu Sharaf Satu Halaman. Dari rumus ini akan mudah diketahui mana kata yang menjadi subyek, predikat, juga obyek.
Metode ini pertama kali diperkenalkan pada Forum Alumni SMP Islam Al-Azhar (ASIA) di Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang diselenggarakan di masjid Al-Azhar Kebayoran Baru. Kemudian diperkenalkan di kalangan instansi pemerintah, diantaranya kelompok pengajian Badan Pengendalian Modal Daerah Jakarta sebagai embrio sebelum meluas ke pelosok Indonesia seperti saat ini.
Awal tahun 2000 Ustadz Solihin diundang oleh Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) untuk berdiskusi mengenai metode-metode penerjemahan al-Quran yang ada di Indonesia. Di sana metodenya dibandingkan dengan dua metode lain, yaitu Metode Istiqlal dan sistem 12 iangkah. Sejak presentasi di PTIQ inilah kemudian panggilan mulai berdatangan dari berbagai tempat. Diakui oleh penemunya, sepanjang melakukan pelatihan dengan metode ini rata-rata peserta didik rnenunjukkan keberhasilannya tidak kurang 85 persen.
Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak? Silakan miliki buku dan CD yang talah banyak dijajakan di toko buku. Sekilas, berikut presentasi Ustadz Solihin tentang Metode Granada.





Sumber: http://ahsanulkalam.or.id
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Posting Komentar

Latest Posts

Back to Top

Recent Posts

default
Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Cari Blog Ini

Blog Archive


CAHAYA ISLAM

Join & Follow Me

Recommend us on Google!

Postingan Populer