HARUN YAHYA
Di antara makhluk paling memukau di alam ini adalah lebah madu, makhluk
mungil yang menghidangkan kita sebuah minuman yang sempurna, yaitu madu yang
dihasilkannya.
Lebih Hebat dari Ahli Matematika
Lebah madu hidup sebagai koloni dalam sarang yang mereka bangun dengan
sangat teliti. Dalam tiap sarang terdapat ribuan kantung berbentuk heksagonal
atau segi enam yang dibuat untuk menyimpan madu. Tapi, pernahkah kita berpikir,
mengapa mereka membuat kantung-kantung dengan bentuk heksagonal?
Para ahli matematika mencari jawaban atas pertanyaan ini, dan setelah
melakukan perhitungan yang panjang dihasilkanlah jawaban yang menarik! Cara
terbaik membangun gudang simpanan dengan kapasitas terbesar dan menggunakan
bahan bangunan sesedikit mungkin adalah dengan membuat dinding berbentuk
heksagonal.
Mari kita bandingkan dengan bentuk-bentuk yang lain. Andaikan lebah
membangun kantung-kantung penyimpan tersebut dalam bentuk tabung, atau seperti
prisma segitiga, maka akan terbentuk celah kosong di antara kantung satu dan
lainnya, dan lebih sedikit madu tersimpan di dalamnya. Kantung madu berbentuk
segitiga atau persegi bisa saja dibuat tanpa meninggalkan celah kosong. Tapi di
sini, ahli matematika menyadari satu hal terpenting. Dari semua bentuk
geometris tersebut, yang memiliki keliling paling kecil adalah heksagonal.
Karena alasan inilah, walaupun bentuk-bentuk tersebut menutupi luasan areal
yang sama, material yang diperlukan untuk membangun bentuk heksagonal lebih sedikit
dibandingkan dengan persegi atau segitiga. Singkatnya, suatu kantung heksagonal
adalah bentuk terbaik untuk memperoleh kapasitas simpan terbesar, dengan bahan
baku lilin dalam jumlah paling sedikit.
Hal lain yang mengagumkan tentang lebah madu ini adalah kerjasama di antara
mereka dalam membangun kantung-kantung madu ini. Bila seseorang mengamati
sarang lebah yang telah jadi, mungkin ia berpikir bahwa rumah tersebut
terbangun sebagai blok tunggal. Padahal sebenarnya, lebah-lebah memulai
membangun rumahnya dari titik yang berbeda-beda. Ratusan lebah menyusun
rumahnya dari tiga atau empat titik awal yang berbeda. Mereka melanjutkan
penyusunan bangunan tersebut sampai bertemu di tengah-tengah. Tidak ada
kesalahan sedikitpun pada tempat di mana mereka bertemu.
Lebah juga menghitung besar sudut antara rongga satu dengan lainnya pada
saat membangun rumahnya. Suatu rongga dengan rongga di belakangnya selalu
dibangun dengan kemiringan tiga belas derajat dari bidang datar. Dengan begitu,
kedua sisi rongga berada pada posisi miring ke atas. Kemiringan ini mencegah
madu agar tidak mengalir keluar dan tumpah.
Berkomunikasi dengan Menari
Untuk mengisi kantung-kantung ini dengan madu, lebah harus mengumpulkan
nektar, yakni cairan manis pada bunga. Ini adalah tugas yang sangat berat.
Penelitian ilmiah terkini mengungkapkan bahwa untuk memproduksi setengah
kilogram madu, lebah harus mengunjungi sekitar empat juta kuntum bunga.
Mendapatkan bunga-bunga ini pun adalah pekerjaan berat tersendiri. Oleh
karenanya, koloni lebah memiliki sejumlah lebah pemandu dan lebah pencari
makan.
Bagaimana lebah pencari makan menemukan bunga di wilayah yang begitu luas
dibanding ukuran tubuh mereka?
Bagaimana mereka menemukan jalan kembali ke sarang tanpa tersesat?
Bagaimana mereka memberitahu lebah-lebah lain tentang arah sumber bunga?
Tatkala kita berusaha menjawab beragam pertanyaan ini, kita akan sampai pada
kenyataan yang sungguh menakjubkan.
Ketika seekor lebah telah menemukan sumber bunga, maka tugas berikutnya
dari lebah pemandu ini adalah untuk kembali ke sarang dan memberitahu
lebah-lebah lain tentang lokasi di mana ia menemukan kumpulan bunga tersebut.
Segera setelah lebah pemandu kembali ke sarangnya, ia mulai memberitahukan
lokasi sumber bunga yang ia temukan kepada lebah-lebah lain. Pertama, ia
membiarkan lebah-lebah lain mencicipi sedikit nektar yang ia kumpulkan dari
bunga untuk memberitahu mereka tentang kualitas nektar tersebut. Lalu ia
memulai tugas utamanya, yakni menjelaskan arah menuju sumber bunga. Ia
melakukan ini dengan cara yang sangat unik, yaitu dengan tarian. Lebah pemandu
mulai menari di tengah-tengah sarang dengan menggoyangkan badannya. Sulit
dipercaya, tapi gerakan dalam tarian ini memberikan lebah-lebah lain informasi
tentang lokasi sumber bunga. Misalnya, jika tarian berupa garis lurus ke arah
bagian atas sarang, maka sumber makanan tepat mengarah ke arah matahari. Jika
bunga berada pada arah sebaliknya, lebah akan membuat garis ke arah tersebut.
Jika lebah menari ke arah kanan, maka ini menunjukkan bahwa sumber bunga berada
tepat sembilan puluh derajat ke arah kanan.
Tetapi ada satu pertanyaan, lebah menjelaskan arah tersebut berdasarkan
posisi matahari, padahal posisi matahari terus berubah. Setiap empat menit
matahari bergeser satu derajat ke barat, faktor yang mungkin menurut anggapan
orang diabaikan lebah dalam penentuan arah ini. Tapi, pengamatan menunjukkan
bahwa lebah-lebah ini juga memperhitungkan pergerakan matahari. Ketika lebah
pemandu memberitahu arah lokasi bunga, dalam setiap empat menit, sudut yang
mereka beritahukan juga bertambah satu derajat ke barat. Berkat perhitungan
yang luar biasa ini, para lebah tidak pernah tersesat.
Lebah pemandu tak hanya menunjukkan arah sumber bunga, tetapi juga jarak ke
tempat tersebut. Lama waktu tarian dan jumlah getaran memberi petunjuk kepada
lebah-lebah lain tentang jarak ini secara akurat. Mereka membawa perbekalan
sari-sari makanan yang sekedar cukup untuk menempuh jarak ini, dan kemudian
memulai perjalanan.
Perilaku mengagumkan dari para lebah ini telah diuji dalam sebuah
penelitian di California. Dalam penelitian ini, tiga wadah berisi air gula
diletakkan di tiga tempat yang berbeda. Sesaat kemudian, lebah-lebah pemandu
menemukan sumber makanan tersebut. Lebah pemandu yang mendatangi wadah pertama
diberi tanda titik; yang mendatangi wadah kedua ditandai dengan garis, dan yang
mendatangi wadah ketiga diberi tanda silang. Beberapa menit kemudian,
lebah-lebah dalam sarang tampak mengamati dengan cermat para lebah pemandu ini.
Para ilmuwan lalu memberi tanda titik pada lebah-lebah yang mengamati lebah
pemandu bertanda titik, dan demikian halnya, mereka juga memberi lebah-lebah
lain tanda yang sama dengan yang ada pada lebah pemandu yang mereka amati.
Beberapa menit kemudian, lebah-lebah bertanda titik mendatangi wadah pertama,
yang bertanda garis tiba di wadah kedua dan yang bertanda silang di wadah
ketiga. Jadi, terbukti bahwa lebah-lebah dalam sarang menemukan arah
berdasarkan informasi yang sebelumnya telah disampaikan oleh lebah-lebah
pemandu.
Segala fakta ini hendaknya direnungkan dengan seksama. Dari mana
lebah-lebah memperoleh kemampuan berorganisasi yang menakjubkan? Bagaimana
seekor serangga mungil yang tak memiliki kecerdasan atau sarana berpikir mampu
bertugas sebagai pencari makanan? Bagaimana ia dapat berpikir untuk mencari
sumber makanan dan kemudian memberitahukannya kepada rekan-rekan sesarangnya?
Bahkan jika ia dianggap mampu memikirkannya, bagaimana ia dapat menciptakan
tarian untuk memberitahu yang lain tentang lokasi dan jarak sumber makanan? Bagaimana
lebah-lebah dalam sarang mampu memahami arti gerakan dan getaran rumit dari
lebah-lebah pemandu ?
Teori Evolusi Darwin yang mengklaim bahwa kehidupan di bumi terjadi secara
kebetulan, tak mampu menjawab beragam pertanyaan ini. Segala keahlian khusus lebah
ini menunjukkan bahwa Penciptanya telah memberikan semua sifat ini kepada
mereka.
Allah menciptakan, dan mengilhami mereka untuk melakukan pekerjaan mereka.
Fakta ini dinyatakan dalam Alquran: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:
buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat
yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan, bagi orang-orang yang memikirkan. (QS.
An-Nahl, 16: 68-69)
0 Comments:
Posting Komentar