IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH
Muhammad bin Abi Bakr (محمد بن أبي بکر), bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i,
al-Dimashqi (الدمشقي), bergelar Abu Abdullah Syamsuddin (أبو عبد الله شمس الدین), atau lebih dikenal dengan nama
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dinamakan karena ayahnya berada / menjadi
penjaga (qayyim) di sebuah sekolah lokal yang bernama Al-Jauziyyah.
Dalam Bahasa Arab namanya tertulis: شمس الدين محمد بن أبي كر بن أيوب ،ابن القيم الجوزية ابن القيم.
Nama lengkapnya
adalah Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad Abu Bakr bin Ayyub bin Sad bin Huraiz
bin Makk Zainuddin az-Zuri ad-Dimasyqi dan dikenal dengan nama Ibnu Qayyim
al-Jauziyah. Dia dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh
dewasa dalam suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala sekolah
al-Jauziyah di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun. Karena itulah, sang
ayah digelari Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal di kalangan
ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350) adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli
fiqh yang hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fiqih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli
Tafsir, ahli hadits, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.
Nasab
Nasabnya dari pihak ayah adalah Syamsuddin Abu 'Abdillah Muhammad bin
Abubakar bin Ayyub bin Su'ad bin Hariz az-Zar'i ad-Dimasyqi, dan dikenal dengan
sebutan Ibnul Qoyyim.
Pendidikan
Ibnu Qayyim berguru ilmu hadits pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman; berguru tentang fiqh kepada Syekh Safiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin Muhammad al-Harrani; berguru tentang ilmu pembagian waris (fara'idh) kepada bapaknya; dan juga
berguru selama 16 tahun kepada Ibnu Taimiyyah.
Beliau belajar ilmu faraidh dari bapaknya karena
beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab
al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar
Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar
dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab
al-Muqarrib li Ibni Ushfur.
Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.
Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan
cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun
dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya
anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali.
Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang
hindu ke dalam firqah Islamiyah.
Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan
pengetahuannya mengenai hadits, makna hadits, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya,
sulit ditemukan tandingannya.
Begitu pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya Ahli tasawwuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat
menguasai terhadap berbagai bidang ilmu ini.
Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati
yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi
murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti
keutamaannya, di antaranya ialah :
- Anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah
- Anaknya yang lain bernama Ibrahim,
- Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah
- Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
- Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi
- Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy
- Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy
- Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i
- Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky
- Taqiyuddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada
sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu
(pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah
(tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.
Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama
waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid. Kendatipun beliau
adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan
pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab
yang masyhur.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 18 Rajab tahun 751
Hijriyah. Ia dishalatkan di Mesjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid
Jami' Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.
GURU-GURUNYA
Ibnu Qayyim
telah berguru pada sejumlah ulama terkenal. Mereka inilah yang memiliki
pengaruh dalam pembentukan pemikiran dan kematangan ilmiahnya. Inilah nama
guru-guru Ibnu Qayyim.
1.
Ayahnya Abu Bakr bin Ayyub (Qayyim al-Jauziyah) di mana Ibnu Qayyim mempelajari
ilmu faraid. Ayahnya memiliki ilmu mendalam tentang faraid.
2. Imam
al-Harran, Ismail bin Muhammad al-Farra, guru mazhab Hanbali di Dimasyq. Ibnu
Qayyim belajar padanya ilmu faraid sebagai kelanjutan dari apa yang diperoleh
dari ayahnya dan ilmu fikih.
3. Syarafuddin
bin Taimiyyah, saudara Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah. Dia menguasai berbagai
disiplin ilmu.
4. Badruddin
bin Jamaah. Dia seorang imam masyhur yang bermazhab Syafii, memiliki beberapa
karangan.
5. Ibnu
Muflih, seorang imam masyhur yang bermazhab Hanbali. Ibnu Qayyim berkata
tentang dia, "Tak seorang pun di bawah kolong langit ini yang mengetahui
mazhab imam Ahmad selain Ibnu Muflih."
6. Imam
al-Mazi, seorang imam yang bermazhab Syafii. Di samping itu, dia
termasuk imam
ahli hadits dan penghafal hadits generasi terakhir.
7. Syaikh
al-Islam Ibnu Taimiyyah Ahmad bin al-Halim bin Abdussalam an-Numairi. Dia
memiliki pengaruh sangat besar dalam kematangan ilmu Ibnu Qayyim. Ibnu Qayyim
menyertainya selama tujuh belas tahun, sejak dia menginjakkan kakinya di
Dimasyq hingga wafat. Ibnu Qayyim mengikuti dan membela pendapat Ibnu Taimiyyah
dalam beberapa masalah. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya penyiksaan yang
menyakitkan dari orang-orang fanatik dan taklid kepada keduanya, sampai-sampai
dia dan Ibnu Taimiyyah dijebloskan ke dalam penjara dan tidak dibebaskan
kecuali setelah kematian Ibnu Taimiyyah.
Disiplin
llmunya
Disiplin ilmu
yang didalami dan dikuasainya hampir meliputi semua ilmu syariat dan ilmu alat.
Ibnu Rajab, muridnya, mengatakan, "Dia pakar dalam tafsir dan tak
tertandingi, ahli dalam bidang ushuluddin dan ilmu ini mencapai puncak di
tangannya, ahli dalam fikih dan ushul fikih, ahli dalam bidang bahasa Arab dan
memiliki kontribusi besar di dalamnya.
Dia berkata
juga, "Saya tidak melihat ada orang yang lebih luas ilmunya dan yang lebih
mengetahui makna Al-Quran, Sunnah dan hakekat iman daripada Ibnu Qayyim. Dia
tidak makshum tapi memang saya tidak melihat ada orang yang menyamainya."
Ibnu
Katsir berkata, "Dia mempelajari hadits dan sibuk dengan ilmu. Dia
menguasai berbagai cabang ilmu, utamanya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu
ushuluddin, dan ushul fikih."
Adz-Dzahabi
berkata, "Dia mendalami hadits, matan dan perawinya. Dia menggeluti dan
menganalisa ilmu fikih. Dia juga menggeluti dan memperkaya khasanah ilmu nahwu,
ilmu ushuluddin, dan ushul fikih."
Ibnu
Hajar berkata, "Dia berhati teguh dan berilmu luas. Dia menguasai
perbedaan pendapat para ulama dan mazhab-mazhab salaf."
As-Suyuthi
berkata, "Dia telah mengarang, berdebat, berijtihad dan menjadi salah satu
ulama besar dalam bidang tafsir, hadits, fikih, ushuluddin, ushul fikih, dan
bahasa Arab."
Ibnu
Tughri Burdi berkata, "Dia menguasai beberapa cabang ilmu, di antaranya
tafsir, fikih, sastra dan tatabahasa Arab, hadits, ilmu-ilmu ushul dan furu.
Dia telah mendampingi Syaikh Ibnu Taimiyyah sekembalinya dari Kairo tahun 712 H
dan menyerap darinya banyak ilmu. Karena itu, dia menjadi salah satu tokoh
zamannya dan memberikan manfaat kepada umat manusia."
Perjuangannya
dalam Menuntut llmu
Dia memiliki
keinginan yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Tekad luar biasa dalam
mengkaji dan menelaah sejak masih muda belia. Dia memulai perjalanan
ilmiahnya pada usia tujuh tahun. Allah mengkaruniainya bakat melimpah yang
ditopang dengan daya akal luas, pikiran cemerlang, daya hapal mengagumkan, dan
energi yang luar biasa. Karena itu, tidak mengherankan jika dia ikut
berpartisipasi aktif dalam berbagai lingkaran ilmiah para guru (syaikh) dengan
semangat keras dan jiwa energis untuk menyembuhkan rasa haus dan memuaskan
obsesinya terhadap ilmu pengetahuan. Sebab itu, dia menimba ilmu dari setiap
ulama spesialis sehingga dia menjadi ahli dalam ilmu-ilmu Islam dan mempunyai
andil besar dalam berbagai disiplin ilmu.
Murid-muridnya
Manusia
mengambil manfaat dari ilmu Ibnu Qayyim. Karena itu, dia memiliki beberapa
murid yang menjadi ulama terkenal. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Al-Burhan Ibnu Qayyim. Dia adalah putra Burhanuddin Ibrahim, seorang ulama
nahwu dan fikih yang mempuni. Dia belajar dari ayahnya. Dia telah berfatwa,
mengajar, dan namanya dikenal. Metodenya sama dengan sang ayah. Dia memiliki
keahlian dalam bidang tatabahasa Arab. Karena itu, dia menulis komentar atas
kitab Alfiyah IbniMalik. Kitab komentar (syarh) itu dia namakan Irsyad al-Salik
ila Halli Alfiyah Ibni Malik.
2. Ibnu
Katsir. Dia adalah Ismail Imaduddin Abu al-Fida bin Umar bin Katsir ad-Dimasyqi
asy-Syafii, seorang imam hafizh yang terkenal.
3.
Ibnu Rajab. Dia adalah Abdurrahman Zainuddin Abu al-Faraj bin Ahmad bin
Abdurrahman yang biasa digelar dengan Rajab al-Hanbali. Dia memiliki beberapa
karangan yang bermanfaat.
4. Syarafuddin
Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Dia adalah putra Abdullah bin Muhammad. Dia sangat
brilian. Dia mengambil alih pengajaran setelah ayahnya wafat di ash- Shadriyah.
5. As-Subki.
Dia adalah Ali Abdulkafi bin Ali bin Tammam as-Subki Taqiyuddin Abu al-Hasan.
6. Adz-Dzahabi.
Dia adalah Muhammad bin Ahmad bin Usman bin Qayimaz adz-Dzahabi at-Turkmani
asy-Syafii. Dia adalah seorang imam, hafizh yang memiliki banyak karangan dalam
hadits dan Iain-lain.
7.
Ibnu Abdulhadi. Dia adalah Muhammad Syamsuddin Abu Abdullah bin Ahmad bin
Abdulhadi al-Hanbali. Dia adalah seorang hafizh yang kritis.
8. An-Nablisi.
Dia adalah Muhammad Syamsuddin Abu Abdullah an-Nablisi al-Hanbali. Dia
mempunyai beberapa karangan, di antaranya kitab Mukhtashar Thabaqat
al-Hanabilah.
9. Al-Ghazi.
Dia adalah Muhammad bin al-Khudhari al-Ghazi asy-Syafii. Nasabnya sampai kepada
Zubair bin Awwam r.a.
10. Al-Fairuzabadi.
Dia adalah Muhammad bin Yaqub al-Fairuzabadi asy-Syafii. Dia pengarang sebuah
kamus dan karangan-karangan lain yang baik.
Karya-karyanya
Ibnu Qayyim
adalah orang yang sangat banyak mengarang buku. Hal inilah yang menyebabkan
inventarisasi karya-karyanya secara teliti menjadi sulit. Inilah daftar
buku-buku karangannya yang diberikan para ulama.
1.
Al-Ijtihad wa at-Taqlid. Ibnu Qayyim menyebutkannya dalam kitab Miftah Dar
As-Saadah.
2. Ijtima
al-Juyusy al-Islamiyah. Telah dicetak berulang kali.
3. Ahkam
Ahl adz-Dzimmah. Telah dicetak dalam dua jilid yang ditahkik oleh Shubhi
ash-Shalih.
4. Asma
Muallafat Ibnu Taimiyyah. Sebuah disertasi yang diterbitkan atas tahkik
Shalahuddin al-Minjid.
5. Ushul
at-Tafsir. Ibnu Qayyim menyebutkannya dalam kitab Jala al-Afham.
6. Al-Alam
bi Ittisa i Thuruq al-Ahkam. Dia menyebutkannya dalam kitab Ighatsah al-Luhfan.
7. Alam
al-Muaqqi in an Rabb al-Alamin. Telah dicetak berulang kali dalam empat jilid.
8. Ighatsah
al-Luhfan min Mashadir asy-Syaithan. Telah berkali-kali dicetak dalam dua
jilid.
9. Ighatsah
al-Luhfan fi Hukm Thalaq al-Ghadban. Sebuah disertasi yang telah dicetak atas
tahkik Muhammad Jamaluddin al-Qasimi.
10. Iqtida
adz-Dzikr bi Hushul al-Khair wa Dafi asy-Syar. Ash-Shufdi
menyebutkannya
dalam kitab al-Wafi bi al-Wafiat (11/271) dan Ibnu Tughri Burdi dalam kitab
al-Manhal ash-Shafi 011/62), sebuah manuskrip.
11. Al-Amali
al-Makkiyah. Ibnu Qayyim menyebutkannya dalam kitab Badaiu al- Fawaid.
12. Amtsal
al-Quran. Telah tercetak.
13. Al-Ijaz.
Pengarang kitab Kasyf azh-Zhunun (1/206) dan al-Baghdadi dalam kitab Hadiah
al-Arifin (11/158) menisbahkannya kepada Ibnu Qayyim.
14. Badai
al-Fawaid. Tercetak dalam dua jilid.
15. Buthlan
al-Kimiya min Arbain Wajhan. Buku ini telah diisyaratkan oleh Ibnu Qayyim dalam
buku Miftah Dar as-Sa adah.
16. Bayan
al-Istidlal ala Buthlan Isytirath Muhallil as-Sibaq wa an-Nidhal. Kitab ini
telah disebutkan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab Alam al-Muwaqqiin. Dan juga
ash-Shufdi dalam kitab al-Wafi bi al-Wafiyat (11/271)
dan Ibnu Rajab
dalam kitab Dzail Thabaqat al-Hanabilah (11/450) telah menyebutkannya
dengan nama ad-Dalil ala Istighnai al-Musabaqah an at- Tahlil.
17. At-Tibyan
fi Aqsam al-Quran. Telah dicetak beberapa kali.
18. At-Tahbir
lima Yahillu wa Yahrum min Libas al-Harir. Ibnu Qayyim menyebutkannya
dalam kitab Zad al-Ma ad.
19. At-Tuhfah
al-Makkiyah. Dia menyebutkannya dalam berbagai tempat dalam kitab Badai�u
al-Fawaid.
20. Tuhfah
al-Maududfi Ahkam al-Maulud. Telah dicetak berulang kali.
21. Tuhfah
an-Nazilin bi Jiwar Rabb al-Alamin. Dia menyebutkannya dalam kitab Madarij as-Salikin.
22. Tadbir
ar-Riasah fi al-Qawaid al-Hukmiyah bi adz-Dzaka wa al-Qarihah. Al- Baghdadi
menyebutkannya dalam kitab al-Idhah al-Maknun fi adz-Dzail ala Kasyf azh-Zhunun
(1/271).
23. At-Taliq
ala al-Ahkam. Ibnu Qayyim mengisyaratkannya dalam kitab Jala al- Afham.
24. At-Tafsir
al-Qayyim. Ini adalah tulisan terpisah-pisah dalam tafsir Syaikh Muhammad
Uwais an-Nadawi dalam satu jilid. Tapi, dia tidak mencakup semua ucapan Ibnu
Qayyim dalam tafsir. Namun, itu adalah suatu usaha yang patut mendapat pujian.
Selain itu, di
sana ada juga artikel atau tulisan tersendiri karya Ibnu Qayyim yang diambil
dari buku dan karangan-karangannya. Misalnya kitab Bulugh as-Sulfi
Aqdhiyatil-Rasulsaw. yang disarikan dari kitab Alam al-Muwaqqiin, Tafsir
al-Fatihah dari kitabMadarijas-Salikin, Tafsir al-Muawwidzatain dari
kitabBadaiul-Fawaid, ar-Risalah al-Qabriyahfi ar-Radd ala
MunkiriAdzabil-QabrMinaz-Zanadiqah wal-Qadariyah dari kitab ar-Ruh.
Sebagian orang
tidak mampu membedakan antara Ibnu Qayyim al-Jauziyah dengan Ibnu al-Jauzi
karena kemiripan nama. Kesalahan ini telah berakibat pada penisbahan beberapa
kitab karya Ibnu al-Jauzi kepada Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Kesalahan seperti itu
terjadi karena kelalaian para penulis manuskrip atau karena perbuatan orang-orang
yang sentimen terhadap Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Sebagai bukti
adalah bahwa Ibnu al-Jauzi adalah Abdurrahman bin Ali al-Qursyi, wafat tahun
597 H. Meskipun dia adalah salah seorang ulama dari golongan Hanbali yang
terkemuka dan banyak menulis, tapi dalam kajian masalah nama-nama dan sifat
Allah SWT dia tidak mengikuti metode Imam Hanbal karena dia dalam hal ini
menempuh metode takwil. Ini jelas bertentangan dengan metodologi Ibnu Qayyim
sebab dia menempuh metode ulama salaf.
Di antara buku
yang dinisbahkan kepada Ibnu Qayyim, padahal sebenarnya itu adalah karya Ibnu
al-Jauzi, adalah kitab Dafu Syubahit-Tasybih bi Akaffit-Tanzih. Kitab ini
banyak memuat takwil yang keliru. Karena itu, dia terjerumus dalam tathil guna
melepaskan diri dari noda tasybih (penyerupaan).
Allah SWT telah
memberikan petunjuk kepada Ibnu Qayyim al-Jauziyah sehingga dia mengikuti
langkah ulama salaf. Sebab itu, dia selamat dari noda tasybih dan bahaya
takwil. Dia menempuh cara ulama salaf di mana dia hanya menetapkan apa yang
ditetapkan Allah SWT untuk diri-Nya dan apa yang ditetapkan oleh Rasul-Nya
tanpa melakukan penyimpangan, tasybih dan ta thil.
Demikian pula
kitab Akhbar an-Nisa. Kitab ini dinisbahkan kepada Ibnu Qayyim al-Jauziyah,
padahal kitab ini dikenal sebagai karya Ibnu al-Jauzi.
WAFATNYA
Kitab-kitab
biografi sepakat bahwa Ibnu Qayyim al-Jauziyah wafat pada malam Kamis setelah
azan Isya, tanggal 13 Rajab tahun 751H. Dia dishalati setelah shalat Zhuhur
keesokan harinya di Mesjid al-Umawi, kemudian di Mesjid Jarah. Dan, dimakamkan
di perkuburan al-Bab ash-Shaghir dekat makam ibunya di Damaskus.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/ Ibnul_Qayyim
0 Comments:
Posting Komentar