MUQADDIMAH
1. Hadits-hadits yang diriwayatkan dari Nabi
SAW tak semuanya shahih. Ada yang lemah, bahkan ada yang palsu.
2. Antara sebab sesuatu hadits menjadi lemah,
bahkan palsu ada1ah kerana kecacatan perawinya. Di samping ada juga berpunca
dari gugurnya perawi dari sanad hadits.
3. Cara mengetahui status sesuatu hadits
samada ia shahih, hasan, lemah atau palsu ialah melalui ilmu rijalul hadits, (ilmu
mengenai perawi-perawi hadits serta ilmu jarh dan ta'dil (ilmu mengenai
kecacatan dan keadilan perawi-perawi hadits).
4. Mengetahui keshahihan dan kedhaifan sesuatu
hadits adalah perlu supaya kita tidak berhukum dan beramal dengan sesuatu yang
tidak thabit dari Nabi SAW.
5. Menurut pendapat Imam Yahya bin Ma'in
(wafat 233H), Imam AI-Bukhari (wafat 256H), Imam Muslim (wafat 261H), dan Imam
Ibnu Hazm (wafat 456H), tidak boleh beramal sama sekali dengan hadits dhaif
(apa lagi palsu) dalam hukum hakam dan fadhail a'mal (keutamaan-keutamaan
amalan).
6. Imam An-Nawawi di dalam Muqaddimah Syarah
Sahih Muslim menyifatkan pendapat membolehkan beramal dengan hadits lemah dalam
hukum-hakam adalah tidak benar bahkan sangat keji.
7. Buku ini ditujukan khusus kepada masyarakat
awam Islam yang mana sebahagian besar dari mereka menganggap semua hadits-hadits
Nabi SAW adalah shahih dan boleh diamalkan, sedangkan ianya tidak demikian.
8. Dengan menyedari kedudukan masyarakat Islam
yang kurang memahami dan mendalami ilmu hadits, penulis membentangkan cara yang
cukup mudah sebagai penjelasan mengapa satu hadits itu menjadi lemah bahkan
palsu melalui komentar-komentar ulama pengkritik hadits yang jujur, adil,
amanah dan kepercayaan.
9. Mudah-mudahan usaha yang kecil ini
mendatangkan kebaikan dan manafaat khasnya kepada masyarakat awam Islam dan
diterima di sisiNya sebagai satu amalan soleh yang berpanjangan pahalanya.
10. Akhimya Penulis memohon keampunan yang
sebanyak-banyaknya kepada Allah sekiranya terdapat kesalahan dan kesilapan yang
mana ia merupakan sifat hamba yang lemah. Kebenaran dan kesempumaan hanyalah
milik Allah SWT.
Hamba Yang Mengharapkan Keampunan Tuhannya;
Ibrahim Mohd Raja
Taman Gombak Ria,
Jamadil Awwa11426/Jun 2005
Hadits 1: Menuntut Ilmu Sampai Ke Negeri China
Maksudnya:
Tuntutlah ilmu
walaupun sampai ke Negeri China
1. Periwayat- Periwayat Hadits:
- Ibnu Adi
- Abu Nu'aim
- Ibnul Abdul Bar
- AI-Khatib AI-Baghdadi
2. Status Hadits: PALSU
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Abu Atikah Tharif bin Salman.
- Ia telah disepakati akan kelemahannya.
- Kata Imam AI-Bukhari: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam AI-Uqaili : Ia seorang yang ditinggalkan, haditsnya (matruk)
- Kata Imam An-Nasai: Ia tidak thiqah(kepercayaan).
- Kata Imam Ad-Daruqutni dan Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
- As-Sulaimani menanggapinya lebih dari itu (dengan maksud Abu Atikah ini dikenali sebagai seorang pemalsu hadits). Ini disebut oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya At- Taqrib.
- Imam Ahmad mengingkari hadits ini dengan keingkaran yang bersangatan.
- Kata Imam Ibnu Hibban: Hadits ini bathil, tiada asalnya.
- Oleh kerana itu Imam Ibnul Jauzi menghukum hadits ini sebagai palsu.
4. Nota kaki:
- Perawi mungkar adalah perawi yang melakukan kesalahan yang parah atau pelupa atau jelas kefasikannya. Juga didefinasikan sebagai perawi lemah yang riwayatnya menyalahi perawi yang kepercayaan. Ada pun di sisi Imam AI-Bukhari ia membawa maksud seorang perawi yang tidak halal meriwayatkan hadits darinya.
- Perawi matruk adalah perawi yang dituduh berdusta.
(perhatian: Istilah ini akan ditemui oleh
pembaca sekelian di dalam hadits-hadits yang akan datang).
Hadits 2: Ramadhan: Awalnya Rahmat, Pertengahannya Keampunan, Akhirnya Pembebasan Dari Api Neraka
Maksudnya:
Permulaan bulan
Ramadhan itu rahmat, pertengahannya keampunan dan akhimya pembebasan dari
neraka.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Ibnu Adi
- AI-UqaiIi
- AI-Khatib AI-Baghdadi
- Ad-DaiIami
- Ibnu Asakir
2. Status Hadits: SANGAT LEMAH
3. Sebabnya:
Di dalam sanadnya terdapat perawi yang
dipertikaikan iaitu;
a) Sallam bin Sawwar
- Kata Imam Ibnu Adi: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Hibban: Ia tidak boleh dijadikan hujjah.
- Kata Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
- Kata Imam Az-Zahabi: Ia tidak dikenali dan khabamya mungkar.
b) Maslamah bin As-Shalt
- Kata Imam Ibnu Adi: Ia tidak ma 'ruf (dikenali).
- Kata Imam Abu Hatim: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
4. Keterangan:
- Hadits ini dengan lafaz yang hampir sarna juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah di dalam Shahihnya. Tetapi status hadits tersebut adalah lemah, kerana di dalam sanadnya ada seorang perawi bernama Ali bin Zaid bin Jud' an.
- Kata Imam Abu Zur'ah : Ia tidak kuat, waham(keliru) dan melakukan kesalahan.
- Kata Imam Ibnu Ma'in : Ia tidak dapat dijadikan hujjah.
- Kata Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Hajar : Ia lemah
- Kata Imam Abu Hatim: Tidak boleh berhujjah dengannya.
5. Kesimpulannya:
Kedua-dua hadits ini tidak dapat menguatkan
antara satu sama lain kerana kecacatan perawi-perawinya terlalu nyata dan
ketara.
Hadits 3: Membaca Surah Yaasin Ke Atas Orang Yang Akan Mati
Maksudnya:
Bacalah ke atas orang
akan mati dikalangan kamu Surah Yaasin
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Ahmad
- Abu Daud
- Ibnu Majah
- AI-Hakim
- AI-Baihaqi
- At- Thabarani
- Ibnu Abi Syaibah
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat dua orang perawi yang tidak dikenali (majhul) iaitu Abu Uthman dan bapanya
- Kata Imam Ad-Daruqutni:
- Hadits ini lemah sanadnya, tidak dikenali matannya (lafaz hadits)
- Tiada sah satu hadits pun dalam bab ini. (yakni yang bersumber dari Nabi SAW).
4. Keterangan:
- Paling utama ialah beramal dengan sunnah Nabi SAW dengan mengajar orang yang hampir mati dengan LaillahaillAllah
- Sabda Nabi SAW dalam hadits riwayat Ahmad, Muslim,Abu Daud, At-Tirmizi, An-Nasai, Ibnu Majah, AI-Baihaqi, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah, maksudnya:
Ajarkanlah
orang yang akan mati dikalangan kamu dengan Laillaha illAllah
Hadits 4: Lagi Membaca Surah Yaasin Ke atas Orang Yang Akan Mati
Maksudnya:
Mana-mana orang yang
akan mati lalu dibacakan di sisinya Surah Yaasin nescaya Allah permudahkan ke atasnya.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Abu Nu'aim
- Ad-Dailami
- Ar-Ruyani
2. Status Hadits: PALSU
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Marwan bin Salim,
- Kata Imam Abu Hatim, Imam AI-Bukhari dan Imam Muslim: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam Ahmad, Imam Uqaili dan Imam Nasai: ia tidak thiqah(kepercayaan).
- Kata Imam Ad-Daruqutni dan Imam Ibnu Hajar: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya.
- Kata Imam As-Saji: Ia seorang pembohong yang memalsukan hadits.
Hadits 5: Berhaji Tapi Tidak Menziarahi Rasulullah SAW
Maksudnya:
Sesiapa yang
menunaikan haji dan tidak menziarahiku, sesungguhnya ia telah menjauhkan
dirinya dariku.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Ibnu Adi
- Ibnu Hibban
- Ad-Daruqutni
2. Status Hadits: PALSU
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Muhammad bin Muhammad bin An Nu'man.
- Kata Imam Ad-Daruqutni: Kecelaan pada hadits ini datangnya dari Muhammad bin Muhammad. Kerana itu Imam Ad-Daruqutni menuduhnya sebagai pembohong.
- Kata Imam Ibnu Hajar: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya(matruk).
- Begitu juga dengan datuknya, iaitu An-Nu'man. Dia merupakan seorang perawi yang tertuduh (dengan kelemahan).
- Berkata Imam Ibnu Hibban mengenai An-Nu'man: An-Nu'man membawa dari perawi-perawi kepercayaan hadits-hadits yang huru-hara (tidak tentu arah).
- Kerana itu Imam Az-Zahabi menyebut hadits ini sebagai PALSU.
4. Keterangannya:
Hukum menziarahi kubur Nabi SAW adalah sunat.
Hadits 6: Solat Sunat Sebelum Musafir
Maksudnya:
Tiada satu pun yang
lebih utama ditinggalkan seseorang pada keluarganya dari solat dua rakaat yang
dilakukannya di sisi mereka sewaktu hendak musafir.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Ibnu Abi Syaibah
- At- Thabarani
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Sanadnya terputus antara AI-Muth'im bin AI-Miqdam dan Nabi SAW.
- Kata Imam Ibnu Hajar: Tidak thabit AI-Muth'im mendengar mana-mana hadits dari sahabat.
- Kata Imam Ibnu Hajar lagi: AI-Muth'im adalah dari kalangan pengikut At-Tabi'ien ia meriwayatkan hadits dari Imam Mujahid, Imam Said bin Jubair dan lain-lain.
- Hadits ini adalah Mu' dhal (hadits yang gugur perawinya dua orang atau lebih secara berturut-turut); dan hadits Mu'dhal termasuk dalam kategori hadits lemah.
4. Keterangan:
- Di sana ada sebuah hadits riwayat At- Thabarani mengenai seorang lelaki yang ingin bermusafir ke Bahrain untuk berniaga, Nabi SAW bersabda kepadanya: yang bermaksud: Solatlah dua rakaat.
- Hadits ini juga lemah kerana di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang lemah bernama Abdullah bin Sufian AI-Wasithi.
5. Kesimpulannya:
- Amalan sunnah ialah solat 2 rakaat sekembali dari musafir.
- Solat ini dikerjakan oleh Nabi SAW di masjid sebagaimana dalam hadits riwayat AI-Bukhari dan Muslim.
- Berkata Imam An-Nawawi dalam Syarah Sahib Muslim, maksudnya:
Solat
ini bermaksud bagi sekembali dari musafir, bukannya solat Tahiyyatul Masjid.
6. Nota kaki:
- Tabi'ien: Sesiapa yang sempat berjumpa dengan sahabat Nabi SAW dalam keadaan ia Islam dan mati atas Agama Islam.
- Pada hadits tersebut telah gugur sekurang-kurangnya 2 orang perawi antara AI-Muth'im dengan Nabi SAW.
Hadits 7: Membaca Talqin Di Kubur
Maksudnya:
Apabila telah mati
salah seorang dari saudara kamu, lalu kamu ratakan tanah kuburnya, maka
hendaklah berdiri salah seorang dari kamu di atas arah kepala kuburnya,
kemudian ucapkan:
"Wahai fulan bin
fulan bin fulanah", sesungguhnya ia mendengar tapi tak dapat menjawab.
Kemudian ucapkan lagi:
.
"Wahai fulan bin
fulanah", sesungguhnya ia tegak duduk.
Kemudian ucapkan lagi:
"Wahai fulan bin
fulanah", maka ia (si mayat) berkata; "ajarkan kepada kami,
mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepadamu".Akan tetapi kamu tidak
menyedarinya.
Kemudian ucapkan lagi:
"Ingatlah apa
yang dengannya engkau telah keluar dari dunia iaitu persaksian : Tiada Tuhan
melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu hambaNya dan RasulNya,
sesungguhnya engkau redha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai Agama, Muhammad
sebagai Nabi dan AI-Quran sebagai Imam".
Maka Malaikat Mungkar
dan Nakir akan saling memegang tangan antara kedua-duanya seraya berkata:
"Marilah kita
pergi, kita tidak akan berada di sisi mayat yang diajarkan hujjah (jawapannya)".
Maka Allahlah yang menjadi hujjah ke atas kedua malaikat tersebut.
Berkata seorang
lelaki:"Wahai Rasulullah, sekiranya ia (pembaca talkin) tidak mengetahui
siapa ibunya (si mati)"?
JawabNabi SAW:
"Hendaklah ia nasabkan kepada Hawa"', (iaitu dengan menyebut:
"Wahai fulan bin Hawa"').
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- At-Thabarani
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Said Al-Azdi yang menurut Imam Ibnu Abi Hatim adalah majhul (seorang perawi yang tidak dikenali).
- Menurut Imam Al-Haithami di dalam sanadnya terdapat jemaah (ramai) perawi yang tidak dikenalinya.
- Hadits serupa ini juga dikeluarkan oleh Ad-Dhiya' Al-Maqdisidan Ibnu Asakir. Tetapi di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Abdullah bin Muhammad, juga seorang perawi yang tidak dikenali. Zahir dari ini, dapat dikatakan bahawa Abdullah bin Muhammad ini termasuk dalam jemaah perawi yang tidak dikenali oleh Imam Al-Haithami.
- Hadits ini juga telah dilemahkan sanadnya oleh Imam An-Nawawi di dalam kitabnya Al-Majmu'. Begitu juga telah dilemahkan sanadnya oleh Imam AI-Iraqi ketika mengeluarkan hadits-hadits dari kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali.
4. Keterangan:
Hadits talqin ini juga diriwayatkan oleh Said
bin Mansur di dalam Sunannya dengan lafaz yang lebih pendek, iaitu:
Maksudnya:
Wahai si fulan,
katakan: 'Tiada Tuhan melainkan Allah,aku bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan
Allah' diucapkan 3 kali, kemudian katakan :'Tuhanku Allah, Agamaku Islam,
Nabiku Muhammad', kemudian beredarlah (dari kubur).
Hadits riwayat Said bin Mansur ini tidak dapat
dijadikan penguat untuk menetapkan hukum talqin dari riwayat At- Thabarani di
atas kerana: .
- Kedudukan lafaz hadits ini terlalu pendek tanpa memiliki keterangan-keterangan lain sebagaimana yang disebutkan di dalam riwayat At- Thabarani.
- Hadits ini adalah hadits mauquf yang diriwayatkan oleh beberapa orang tabi' en dari Syam, antaranya Dhamrah bin Habib dan menisbahkan perbuatan talqin ini kepada sahabat-sahabat Nabi SAW tanpa menyebut nama-nama mereka.
- Kemauqufan hadits riwayat Said bin Mansur ini disebut oleh Imam Ibnu Hajar di dalam kitabnya Bulugul Maram.
- Perbuatan talqin ini hanya dilakukan oleh penduduk Syam sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ahmad dan ianya dikuatkan oleh kenyataan Imam An-Nawawi di dalam kitabnyaAl-Majmu'. Sekiranya talqin ini sesuatu yang thabit dari sunnah, sudah pasti ianya dilakukan
- oleh penduduk kota Madinah, tempat tertegaknya sunnah Nabi SAW.
5. Kesimpulan:
Paling utama ialah berdoa dan memohon
keampunan untuk simati setelah selesai dikebumikan dengan berdiri di sisi kubur
sebagaimana thabit dalam sunnah Nabi SAW. Baginda bersabda kepada
sahabat-sahabat yang hadir diupacara pengkebumian:
Maksudnya:
Mintalah keampunan
untuk saudara kamu dan mohonlah baginya ketetapan (dapat jawab soalan Mungkar
dan Nakir) kerana sesungguhnya ia sekarang sedang disoal. (Hadits Riwayat Abu Daud, AI-Hakim, AI-Baihaqi)
6. Nota Kaki:
Hadits Mauquf ialah hadits yang disandarkan
kepada Sahabat Nabi SAW samada dari ucapan atau perbuatan atau pengakuan mereka
.(Adapun bila suatu hadits itu disandarkan kepada Nabi SAW ia dipanggil Hadits
Marfu' dan apabila disandarkan kepada tabi'en, ia dipanggil Hadits Maqthu').
Hadits 8: Berjabat Tangan (Bersalam) Sambil Berselawat
Maksudnya:
Mana-mana dua orang
hamba yang berkasih sayang keranaAllah, kedua-duanya berjumpa lalu bersalam
sambil berselawat ke atas Nabi SAW, nescaya sebelum kedua-duanya berpisah Allah
pasti mengampunkan dosa kedua-duanya samada dosa yang terdahulu dan kemudian.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Ibnu As-Sunni
- Ibnu Hibban
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Durust bin Hamzah.
- Kata Imam Ibnu Hibban: Ia seorang yang sangat mungkar haditsnya.
- Kata Imam Abu Daud, Imam Ad-Daruqutni dan Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
- Kata Imam Abu Zur'ah: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam Abu Hatim: Haditsnya tidak boleh berdiri sendiri. (untuk dijadikan hujjah).
Hadits 9: Binatang Korban Sebagai Tunggangan
Maksudnya:
Pilihlah binatang
korban kamu yang baik (gemuk, mahal, kuat, sihat) kerana ia akan menjadi
kenderaan tunggangan kamu di atas titian As-Sirath (pada Hari Qiamat).
1. Periwayat Hadits:
- Ad-Dailami
2. Status Hadits: SANGAT LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Yahya bin Ubaidullah.
- Kata Imam Abu Hatim: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam Ahmad: Ia seorang yang mungkar haditsnya, tidak thiqah (kepercayaan).
- Kata Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Hajar: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam Ad-Daruqutni: Ia lemah.
- Imam AI-Hakim menuduhnya sebagai pemalsu hadits.
4. Keterangan:
Di sana ada satu lafaz lain mengenai hadits
ini
Maksudnya
Pilihlah binatang
korban kamu yang baik (gemuk, mahal, kuat, sihat) kerana ia akin menjadi
kenderaan tunggangan kamu di atas titian As-Sirath ( pada Hari Qiamat).
Hadits dengan lafaz ini tiada asalnya, ia
muncul ditengah-tengah kaum muslimin mengiringi hadits yang sangat lemah dengan
lafaz di atas.
5. Kesimpulan:
Menurut Imam Abu Bakar Ibnul Arabi, tiada satu
hadits shahih pun mengenai keutamaan korban.
Hadits 10: 15 Perkara Yang Menyebabkan Bala
Maksudnya:
Apabila ummatku telah
mengerjakan 15 perkara, halallah ke atas mereka bala', lalu ditanya kepada Nabi
SAW :apakah dia (15 perkara itu), wahai Rasulullah. Jawab Nabi SAW:
1. Apabila harta kekayaan
hanya berlegar di kalangan mereka yang kaya sahaja.
2. Amanah dijadikan punca
kekayaan.
3. Mengeluarkan zakat dianggap
seperti membayar hutang.
4. Seorang suami taat kepada
isterinya.
5. Derhaka kepada ibu.
6. Berbuat baik kepada kawan
dengan bersangatan.(melebihi berbuat baik kepada kaum kerabat sendiri).
7. Seseorang menjauhkan diri
dari bapanya.
8. Ditinggikan suara dalam masjid
(dengan sesuatu yang lagha seperti bertengkar, bergurau, bermain-main dll).
9. Pemimpin suatu kaum
dilantik dari kalangan orang yang paling hina.
10. Dimuliakan seseorang
kerana takutkan kejahatannya.
11. Arak diminum dengan
berleluasa.
12. Sutera dipakai oleh ramai
kaum lelaki.
13. Ramai artis-artis
(penyanyi).
14. Muzik banyak dimainkan.
15. Orang terakhir dari umat
ini (khalaf) melaknat orang yang terdahulu (salaf).
Apabila telah terjadi
demikian maka tunggulah azab dengan kedatangan angin panas atau ditelan oleh bumi
atau diubah rupa bentuk.
1. Periwayat Hadits:
- At-Tirmizi
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama AI-Faraj bin Fadhalah.
- Kata Imam AI-Bukhari dan Imam Muslim: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Ma' in dan Imam Ad -Daruqutni: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
- Kata Imam Ibnu Hibban: Tidak halal berhujjah dengannya. .
- Kerana itu Imam AI-Iraqi dan Imam AI-Munziri melemahkan hadits ini.
- Juga sanad hadits ini terputus antara seorang perawi bernama Muhammad bin Umar dengan datuknya Ali. Ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh Imam Ibnu Hajar di dalam kitabnya At- Taqrib.
- Tentang terputusnya sanad hadits ini juga telah dikuatkan oleh Imam AI-Mubarakpuri di dalam kitabnya Tuhfatul Ah-Wazi.
Hadits 11: Tha'labah Tidak Membayar Zakat
Maksudnya:
Celakalah kamu wahai
Tha'labah, sedikit (harta) yang membawa kamu bersyukur lebih baik dari banyak
(harta) yang membawa kamu tidak mampu menanggungnya.
Nota:
1. Hadits ini kononnya mengenai seorang
sahabat yang bernama Tha'labah bin Hatib AI-Anshari yang tidak membayar zakat
setelah ia meminta dari Nabi SAW supaya mendoakannya menjadi kaya. Ia juga
meninggalkan solat berjamaah dan seterusnya solat Jumaat setelah kambingnya
semakin membiak dalam jumlah yang banyak. Sampai kepada zaman pemerintahan Abu
Bakar, Umar dan Uthman, kesemuanya enggan menerima zakat dari Tha'labah
disebabkan Nabi SAW sendiri pemah enggan menerima zakatnya. Akhimya Tha'labah
mati di zaman pemerintahan Uthman RA.
2. Kisah Tha'labah ini dijadikan sebab
turunnya ayat 75- 77 Surah At-Taubah, maksudnya:
Di antara mereka itu
ada yang telah berjanji dengan Allah SWT: Demi jika Dia memberikan kepada kami
kurniaNya, nescaya kami sedekahkan dan kami termasuk orang-orang yang soleh. Tatkala
Allah memberikan kurniaNya kepada mereka, mereka menjadi bakhil dan berpaling,
sedang mereka tetap berpaling. Lalu Allah menjadikan akibat mereka jadi munafiq
dalam hatinya sampai pada hari mereka menemuiNya (hari qiamat), disebabkan mereka
telah melanggar yang mereka janjikan, lagi kerana mereka berdusta.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- At-Thabarani
- AI-Baihaqi
- At- Thabari
2. Status Hadits: SANGAT LEMAH
3. Sebabnya:
Di dalam sanadnya terdapat dua orang perawi
yang dipertikaikan iaitu:
a) Mu'an bin Rifaah As-Salami
- Kata Imam Abu Ratim: Ditulis haditsnya tapi tidak boleh dijadikan hujah.
- Kata Imam Ibnu Ma'in: Ia lemah.
- Kata Imam Ibnu Ribban: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Rajar: Ia seorang yang lemah haditsnya.
b) Ali bin Yazid Al-Alhani
- Kata Imam Al-Bukhari: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam An-Nasai, Imam Ad-Damqutni dan Imam Al-Raithami : Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam Abu Zur'ah: Ia tidak kuat.
- Kata Imam Ibnu Abi Hatim: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
Kelemahan hadits ini diperkuatkan lagi oleh:
- Imam AI-Iraqi di dalam "Takhrij Al-Ihya'" dengan kenyataannya bahawa sanad hadits ini lemah.
- Imam Ibnu Hajar di dalam "Takhrij Ahadits Al-Kasyaf' dengan kenyataannya bahawa sanad hadits ini sangat lemah.
- Kata Imam Ibnu Hazm di dalam kitab AI-Muhalla: Riwayat ini bathil.
- Kata Imam AI-Munawi di dalam kitabnya Faidhul Qadir: Lemah
4. Keterangan:
- Kata Imam AI-Qurtubi di dalam tafsimya yang bermaksud; Tha'labah adalah ahli Badar dari golongan Ansar dan termasuk dari kalangan org yang dipersaksikan oleh Allah dan Rasulnya dengan keimanan. Apa yang diriwayat mengenainya (yakni kisahnya serta sebab turun ayat ) adalah tidak sahih.
- Kata Imam Ibnul Athir di dalam kitabnya Usudhul Ghabah: Mereka semuanya (yakni Imam Ibnu Mandah, Imam Abu Nu'aim dan Ibnul Abdul Barr) mengatakan bahawa Tha'labah berperang dalam perperangan Badar.
- Penegasan tentang penyertaan Tha'labah dalam perperangan Badar dikuatkan lagi oleh Imam Ibnu Hibban, Imam Ibnu Hazm, Imam Abdul Barr dan Imam Ibnu Hajar.
5. Kesimpulan:
- Adalah tidak masuk akal sahabat yang mulia ini, yang dipersaksikan keimanannya oleh Allah dan Rasul melakukan demikian dan sebegitu sekali kesudahan hidupnya.
- Ahli Badar merupakan orang yang terpilih di sisi Allah dan Rasul sebagaimana disebutkan di dalam hadits riwayat Al-Bukhari, maksudnya :
Datang
Jibrail AS bertanya kepada Nabi SAW : "Apa pandangan kamu mengenai orang
yang berperang di Badar"
Jawab
Nabi SAW : "Mereka adalah orang yang terpilih di kalangan kami".
- Ahli Badar tidak akan sekali-kali masuk neraka, sabda Nabi SAW di dalam hadits riwayat Ahmad yang bermaksud: Tidak akan masuk neraka sesiapa yang menghadiri perperangan Badar dan Perjanjian Hudaibiyyah
- Ahli Badar diampunkan dosanya oleh Allah. Allah SWT berfirman dalam Hadits Qudsi riwayat AI-Bukhari, Muslim dan Tirmizi yang bermaksud: Buatlah apa yang kamu sukai (wahai ahli Badar), sesungguhnya Aku telah ampun segala dosa kamu
- Sebaiknya kisah sahabat yang mulia ini tidak lagi dijadikan bahan cerita setelah nyata ianya tidak benar kerana dibimbangi termasuk dalam mencela sahabat-sahabat Nabi SAW. Sabda Nabi SAW dalam hadits riwayat At- Thabarani yang bermaksud: Barangsiapa yang mencela sahabat-sahabatku maka ke atasnya laknat Allah, Malaikat dan manusia seluruhnya
Hadits 12: Kefakiran Membawa Kepada Kekufuran
Maksudnya:
Hampir-hampir
kefakiran itu membawa kepada kekufuran.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- AI-Baihaqi
- Abu Nu'aim
- Ibnu Adi
- Ibnu As-Sakan
- Ibnul Jauzi
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Yazid bin Aban Ar-Raqasyi
- Kata Imam Ibnu Ma'in, Imam Ad-Daruqutni dan Imam Ibnu Hajar: Ia lemah
- Kata Imam An-Nasai: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam Ahmad: Ia dilemahkan (oleh ahli-ahli hadits).
- Kata Imam Syu'bah: Bahawa berzina lebih aku sukai dari meriwayatkan hadits dari Yazid Ar-Raqasyi (ini sebagai tanda penolakan yang kuat Imam Syu'bah terhadap periwayatan hadits dari Yazid, bukan bermakna ia betul-betul ingin berzina).
- Kata Imam As-Sakhawi: Jalan-jalan periwayatan hadits ini semuanya lemah.
Hadits 13: Doa Senjata Orang-orang Beriman
Maksudnya:
Doa itu senjata bagi
orang-orang beriman, tiang agama dan cahaya bagi langit dan bumi.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Abu Ya'la
- AI-Hakim
- Ibnu Adi
2. Status Hadits: PALSU
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Muhammad bin AI-Hasan AI-Hamdani.
- Kata Imam Ibnu Ma'in, Imam Abu Daud dan Imam Ibnul Jauzi: Ia pembohong.
- Kata Imam An-Nasai dan Imam AI-Haithami: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam Ahmad, Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
- Kata Imam Abu Hatim: Ia tidak kuat.
- Di samping itu sanad hadits ini juga terputus sebagaimana yang disebut oleh Imam Az-Zahabi. Ia terputus antara Ali bin AI-Hussain dan datuknya iaitu Ali bin Abi Thalib RA.
4. Keterangan:
- Abu Ya'la juga ada meriwayatkan dari jalan lain iaitu hadits yang hujungnya disebut, maksudnya: Maka sesungguhnya doa itu senjata orang-orang beriman.
- Tetapi riwayat ini juga PALSU kerana di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Sallam bin Sulaim At-Thawil.
- Kata Imam Ibnu Khirash : Ia pembohong.
- Kata Imam Ibnu Hibban: Ia meriwayatkan hadits-hadits palsu.
- Kata Imam Ad-Daruqutni, Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Hajar: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam Ibnu Ma'in: Ia lemah,haditsnya tidak patut perlu ditulis.
- Kata Imam Ahmad: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Imam Ibnul Madini bersangatan dalam melemahkannya.
- Di samping itu terdapat seorang lagi perawi lain di dalam sanad hadits ini iaitu Muhammad bin Abi Humaid. Ia merupakan seorang perawi yang lemah.
5. Kesimpulan:
- Kedudukan doa tetap utuh dan teguh di sisi orang-orang beriman dalam permohonan dan pengaduan mereka kepada Allah walaupun tanpa kedua-dua hadits ini.
- Terlalu banyak ayat-ayat AI-Quran dan hadits-hadits lain yang shahih yang membicarakan mengenai doa.
Hadits 14: Doa Otak Ibadat
Maksudnya:
Doa adalah otak (isi)
kepada ibadah.
1. Periwayat Hadits:
- At-Tirmizi
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Abdullah bin Lahi'ah
- Ia lemah dari segi hafalan. Hafalannya bercampur aduk selepas kitab-kitabnya terbakar sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnu Hajar di dalam kitabnya At-Taghrib.
- Ahli-ahli hadits bersepakat dalam melemahkannya selepas kitab-kitabnya terbakar.
- Hadits yang shahih dari Nabi SAW dalam bab ini ialah, maksudnya: Doa itu adalah ibadah.
- Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, At- Tirmizi, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah, Abu Nu'aim dan AI-Hakim.
Hadits 15: Yaasin Hati AI-Quran
Maksudnya:
Sesungguhnya bagi tiap-tiap sesuatu itu
mempunyai hatidan hati Al-Quran itu adalah Surah Yaasin. Barangsiapa yang
membaca Surah Yaasin, Allah mencatatkan pahala bacaannya seperti membaca
AI-Quran sepuluh kali.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- At- Tirmizi
- Ad-Dailami
- AI-Baihaqi
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Harun Abu Muhammad.
- Ia adalah seorang perawi yang majhul (tidak dikenali).
- Ini diisyaratkan sendiri oleh Imam At- Tirmizi di dalam Jami'nya (atau lebih dikenali dikalangan masyarakat Islam dengan Sunan At- Tirmizi) dengan katanya, maksudnya: Dan Harun Abu Muhammad adalah seorang sheikh yang tidak dikenali.
4. Keterangan:
- Di dalam sanad hadits ini juga terjadi perselisihan ke atas seorang perawi bernama Muqatil.
- Di dalam sanad ini, ia adalah Muqatil bin Hayyan, seorang perawi yang benar, yang menurut Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Ma'in sebagai seorang perawi yang thiqah (kepercayaan).
- Tetapi menurut Imam Ibnu Hatim dan diikuti oleh Imam Az-Zahabi, ia bukan Muqatil bin Hayyan tetapi Muqatil bin Sulaiman.
- Muqatil bin Sulaiman adalah seorang perawi yang pembohong.
- Sekiranya apa yang disebutkan oleh Imam Abu Hatim dan Imam Az-Zahabi ini diperkirakan, maka hadits “Yaasin hati AI-Quran” ini adalah berstatus palsu disebabkan wujudnya seorang perawi pembohong di dalam sanadnya iaitu Muqatil bin Sulaiman.
- Hadits ini dengan lafaz setakat: ~
- Diriwayatkan juga oleh AI-Bazzar. Tetapi sanad hadits ini juga lemah kerana di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Humaid AI-Makki maula (bekas hamba) kepada keluarga AI-Qamah.
- Kata Imam Ibnu Hajar: Humaid AI-Makki ini seorang perawi yang majhul (tidak dikenali).
- Jadi, hadits ini juga lemah untuk dijadikan hujah dalam bab ini.
Hadits 16: Tayammum
Maksudnya:
Tayammum itu dua kali
pukulan (tepukan atas tanah/debu), satu pukulan untuk (menyapu) muka dan satu
pukulan lagi untuk (menyapu) tangan hingga siku.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Ad-Daruqutni
- Al-Baihaqi
- At- Thabarani
- Al-Hakim
- Ibnu Adi
2. Status Hadits: SANGAT LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Ali bin Zhabyan.
- Kata Imam AI-Bukhari: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam Abu Hatim dan Imam An-Nasai: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam Abu Zur'ah: Ia seorang yang sangat lemah haditsnya.
- Kata Imam Ad-Daruqutni dan Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
- Kata Imam Ibnu Ma'in dan Imam Abu Daud: Ia tidak memiliki sesuatu (yang shahih untuk dijadikan pegangan).
4. Keterangan:
- Menurut Imam Ad-Daruqthni, yang benar hadits tersebut mauquf atas Ibnu Umar. Inilah yang dipegangi oleh ImamYahya bin Said AI-Qatthan sebagaimana disebut oleh Imam Ad-Daruquthni.
- Walaupun ia mauquf atas Ibnu Umar tetapi ia tetap lemah (bahkan sangat lemah) kerana kewujudan Ali bin Zhabyan di dalam sanadnya.
- Hadits yang semakna ini (yakni tayammum dengan dua pukulan/tepukan dan menyapunya sampai ke siku) datang dalam banyak lagi riwayat yang kesemuanya tidak terpelihara dari kelemahan dan disebut dengan panjang lebar oleh Imam Ibnu Hajar di dalam kitabnya Al-Talkhisul Habir
- Sandaran paling kuat dalam bab ini ialah hadits dari Ammar bin Yasir di dalam shahih AI-Bukhari dan Muslim dengan sekali tepuk dan menyapu pada muka dan pergelangan tangan sahaja (tanpa sapu sampai ke siku).
- Kerana itu Imam AI-Bukhari meletakkan dua bab dalam Shahihnya pada Kitab Tayammum :
- Bab: Tayammum untuk muka dan dua tapak tangan.
- Bab: Tayammum dengan sekali pukulan/tepukan.
5. Kesimpulan:
Kata Imam Ibnul Munzir: Adapun khabar-khabar (hadits-hadits)
yang dijadikan sebagai hujjah mengenai tayammum dengan dua pukulan, satu
pukulan untuk muka dan satu lagi untuk tangan sampai ke siku, kesemuanya
berpenyakit (memiliki kecacatan) yang tidak harus berhujjah dengannya.
Hadits 17: Perkara Halal Yang Paling Dibenci Oleh Allah
Maksudnya:
Perkara halal yang
paling dibenci oleh Allah ialah talak (cerai).
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Abu Daud (terdapat 2 riwayat di dalam Sunannya. Satu riwayat dengan lafaz di atas dan satu riwayat dengan lafaz yang sedikit berbeza dari di atas tetapi membawa erti yang sama seperti riwayat di atas).
- AI-Baihaqi
- Ibnu Abi Syaibah
- Ibnu Majah
- AI-Hakim
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Riwayat Abu Daud (lafaz hadits di atas): Dari Muharib bin Dithar dari Abdullah bin Umar RA dari Nabi SAW, Baginda bersabda..
- Riwayat Abu Daud yang kedua: Dari Muharib bin Dithar dari Nabi SAW, Baginda bersabda..
- Dalam riwayat ini gugur seseorang antara Muharib dengan Nabi SAW.
Hadits sebegini dipanggil Hadits Mursal iaitu hadits
yang gugur dari akhir sanadnya seseorang setelah tabi'en (seseorang yang sempat
berjumpa dengan sahabat Nabi SAW dalam keadaan Islam dan mati dalam Islam).
Jumhur Ulama Hadits menolak hadits mursal dan dikira sebagai hadits lemah
kerana wujud kebarangkalian perawi yang gugur itu bukannya sahabat Nabi SAW.
- Riwayat AI-Baihaqi: Dari Muharib bin Dithar dari Nabi SAW, Baginda bersabda..
Hadits riwayat AI-Baihaqi ini juga mursal.
- Riwayat Ibnu Abi Syaibah: Dari Muharib bin Dithar dari Nabi SAW, Baginda bersabda..
Hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah ini juga
mursal.
Oleh kerana itu Imam Abu Hatim, Imam
Ad-Daruqutni dan Imam AI-Baihaqi menguatkan bahawa hadits ini adalah hadits
mursal. Dan telah dijelaskan pendapat jumhur bahawa hadits mursal adalah
dikategorikan sebagai hadits lemah.
Kata Imam AI-Khattabi dan Imam AI-Munziri:
Yang masyhur ianya adalah hadits Mursal (lemah).
4. Keterangan:
- Hadits "Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah ialah talak" ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan AI-Hakim sebagaimana disebut di atas. Tetapi kedua-dua hadits ini juga lemah kerana di dalam riwayat Ibnu Majah terdapat seorang perawi bernama Ubaidullah bin AI- Walid AI- Wasaafi.
- Kata Imam Ibnu Adi : Ia sangat lemah.
- Kata Imam An-Nasai dan Imam AI-Fallas: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam Ibnu Ma'in, Imam Abu Zur'ah dan Imam Abu Hatim: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
- Adapun dalam riwayat AI-Hakim terdapat seorang perawi bernama Muhammad bin Uthman bin Abi Syaibah.
- Muhammad bin Uthman ini dianggap pembohong oleh Imam Abdullah bin Imam Ahmad sebagaimana disebut oleh Imam Az-Zahabi.
Hadits 18: Jangan Jadi Golongan Kelima, Nanti Binasa
Maksudnya:
Jadilah kamu orang
alim (yang mengajar) atau orang yang belajar atau orang yang mendengar (ilmu)
atau orang yang cinta (kepada ilmu), jangan kamu jadi orang yang kelima (tidak
memiliki salah satu dari keempat-empat sifat di atas) maka kamu akan binasa.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- At- Thabarani
- Abu Nu'aim
- AI-Bazzar
- AI-Baihaqi
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Atha' bin Muslim AI-Khaffaf.
- Kata Imam Abu Daud : Ia lemah.
- Kata Imam Ibnu Hajar: Ia benar tapi banyak melakukan kesalahan (dalam periwayatan hadits).
- Kata Imam Ibnu Adi: Baginya hadits-hadits (yang diriwayatkan) dan sebahagiannya diingkari ke atasnya.
- Imam AI-Iraqi melemahkan sanad hadits ini.
4. Keterangan:
Sebenamya hadits ini adalah ucapan Abdullah
bin Mas 'ud (hadits mauquf) sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Abdullah bin
Ahmad bin Hanbal di dalam Zawaid Az-Zuhud.
Hadits 19: Membaca Yaasin Pada Malam Jumaat
Maksudnya:
Barangsiapa membaca
Surah Yaasin pada malam Jumaat diampunkan baginya (akan dosa-dosanya).
1. Periwayat Hadits:
- AI-Ashfahani
2. Status Hadits: SANG AT LEMAH
3. Sebabnya:
Di dalam sanadnya terdapat dua orang perawi
yang bernama Aghlab bin Tamim dan Zaid bin AI-Harish.
a) Aghlab bin Tamim
- Kata Imam Ibnu Hibban: Ia seorang yang mungkar haditsnya dan ia meriwayatkan hadits dari perawi-perawi yang thiqah (kepercayaan) yang mana hadits-hadits tersebut bukan berasal dari mereka sehingga terkeluar dari batasan boleh berhujah dengannya disebabkan banyaknya kesalahan yang dilakukan.
- Kata Imam AI-Bukhari: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Ma'in: Ia tidak memiliki sesuatu (yang shahih untuk dijadikan pegangan).
- Kata Imam An-Nasai: Ia lemah.
b) Zaid bin AI-Harish
- Kata Imam Ibnu Qathan: Ia majhul hal (iaitu seorang perawi yang diriwayatkan darinya dua orang atau lebih tetapi ia tidak dianggap orang yang kepercayaan).
- Sanad hadits ini terputus, di mana hadits ini diriwayatkan oleh AI-Hasan AI-Basri dari Abu Hurairah dari Nabi SAW.
- AI-Hasan AI-Basri tidak pemah mendengar sebarang hadits dari Abu Hurairah RA.
- Kedudukan AI-Hasan yang tidak pemah mendengar sebarang hadits dari Abu Hurairah RA. Ini ditegaskan oleh Imam At-Tirmizi, Imam AI-Bazzar, Imam Abdul Hak, Imam Ad-Daruqutni dan Imam Ibnul Qattan.
- Kedudukan terputusnya periwayatan AI-Hasan dari Abu Hurairah ini dikuatkan lagi oleh Imam Az-Zahabi di dalam kitabnya Mizan AI-I'tidal.
4. Keterangan:
Sunnah pada siang atau malam Jumaat adalah
membaca Surah AI-Kahfi. Berkata Abu Said AI-Khudri, maksudnya:
Barangsiapa membaca
Surah AI-Kahfi pada malam Jumaat, terpancar baginya cahaya antaranya dan antara
Kaabah. (Riwayat
Ad-Darimi)
Walaupun hadits ini ucapan Abu Said RA (hadits
mauquf) ,tetapi dalam ilmu hadits hukumnya adalah dikira hadits marfu' (ucapan
Nabi SAW) kerana perkara sebegini tidak boleh digunakan akal di dalam
menetapkannya.
Sabda Rasulullah SAW, maksudnya:
Barangsiapa membaca
Surah AI-Kahfi pada hari Jumaat, terpancar baginya cahaya antara dua Jumaat. (Riwayat AI-Baihaqi, AI-Hakim)
Hadits 20: Surah At-Tiin
Maksudnya:
Barangsiapa membaca
Surah At-Tiin, lalu ia membaca (Surah At-Tiin, ayat 8 maka hendaklah ia
membaca: (Ya! Aku menyaksikan bahawa Allah adalah seadil-adil Hakim).
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- Ahmad
- Abu Daud
- At- Tirmizi
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak dikenali meriwayatkan dari Abu Hurairah RA: Seorang lelaki arab badui (orang pedalaman) berkata; Aku mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda.. (seperti hadits di atas).
- Arab badui ini majhul (tidak dikenali) identitinya dan yang pastinya ia bukan seorang sahabat Nabi SAW.
- Kemajhulan perawi sebegini menyebabkan hadits menjadi lemah (dikategorikan sebagai hadits lemah).
Hadits 21: Jihad Yang Lebih Besar
Maksudnya:
Kamu telah kembali
(dari) sebaik-baik tempat kembali (medan perang), dan kamu telah kembali dari
jihad yang kecil kepada jihad yang lebih besar, iaitu jihad seseorang hamba menentang
nafsunya.
1. Periwayat-Periwayat Hadits:
- AI-Baihaqi
- AI-Khatib AI-Baghdadi
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
a) RiwayatAI-Baihaqi:
Di dalam sanadnya terdapat dua orang perawi
iaitu Yahya bin Ya'la AI-Aslami AI-Kufi dan Laith bin Abi Sulaim.
Adapun Yahya binYa'la:
- Kata Imam Al-Bukhari: Ia seorang yang goncang haditsnya.
- Kata Imam Abu Hatim: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Hajar: Ia lemah.
- Kata Imam Ibnu Ma'in: Ia tidak memiliki sesuatu. (yang shahih untuk dijadikan pegangan).
Manakala Laith bin Abi Sulaim:
- Kata Imam Ahmad: Ia seorang yang goncang haditsnya.
- Kata Imam Abu Hatim: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam Abu Zur'ah: Ia seorang yang lemah haditsnya, tidak boleh dijadikan hujjah di sisi ahli ilmu dalam bidang hadits.
- Kata Imam An-Nasai: Ia lemah.
- Kata Imam Ibnu Hibban dan Imam Ibnu Hajar: Hafalannya bercampur-campur pada akhir umurnya.
- Kata Imam Ibnu Ma'in: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam AI-Hakim: Disepakati akan buruk hafalannya.
b) Riwayat AI-Khatib AI-Baghdadi:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Yahya bin Abi AI-Ala'.
- Diyakini Yahya bin Abi AI-Ala' ini adalah Yahya bin Ya'la yang disebut di atas (di dalam sanad Imam Al-Baihaqi) kerana Imam Ibnul Jauzi ada menyebutnya di dalam kitabnya Zammul Hawa dari jalan periwayatan AI-Khatib AI-Baghdadi ini.
- Setelah nyata ia adalah Yahya bin Ya'la, maka riwayat ini juga lemah.
4. Keterangan:
- Di sana terdapat satu lagi ucapan yang hampir sama dengan hadits lemah di atas, iaitu, maksudnya: Kita kembali dari jihad yang kecil kepada jihad yang lebih besar.
- Menurut Imam An-Nasai di dalam kitabnya AI-Kuna, ucapan tersebut adalah dari kata-kata Ibrahim bin Abi Ablah, seorang tabi'en yang berasal dari Syam, bukannya sabda Nabi SAW.
- Demikian juga yang ditegaskan oleh Imam Ibnu Hajar.
5. Kesimpulan:
- Hadits lemah di atas dan ucapan Ibrahim bin Abi Ablah (bahkan disangka oleh sesetengah pihak sebagai hadits Nabi SAW, tapi sebenamya bukan) telah dijadikan sandaran terutama oleh golongan tasawwuf bahawa jihad yang lebih besar dan utama ialah jihad memerangi hawa nafsu, bukannya jihad memerangi musuh-musuh Islam.
- Sedangkan menurut AI-Quran dan As-Sunnah, jihad memerangi musuh-musuh Islam adalah yang utama dan besar kelebihannya, dengan tidak menafikan perlunya suatu kesungguhan dalam memerangi hawa nafsu yang sifatnya sentiasa mengajak manusia ke arah kejahatan.
Hadits 22: Membaca Qunut Dalam Witir Di Bulan Ramadhan
Maksudnya:
Dari AI-Hasan: Bahawa
Umar bin AI-Khattab RA menghimpun manusia (pada bulan Ramadhan) atas Ubai Bin
Kaab (sebagai imam). Adalah Ubai mengimami mereka selama 20 malam, ia tidak
qunut (dalam solat witir) kecuali pada separuh baki (bulan Ramadan -15 Ramadhan
hingga akhir).
1. Periwayat Hadits:
- Abu Daud
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Sanad hadits ini terputus antara AI-Hasan AI-Basri dan Umar RA.
- Kata Imam Az-Zaila'iy: Al-Hasan tidak pemah berjumpa dengan Umar RA.
- Menurut Imam As-Suyuthi: Al-Hasan dilahirkan semasa dua tahun berbaki dari zaman khilafah (pemerintahan ) Umar RA.
- Al-Hasan yang tidak pemah berjumpa dengan Umar RA ini ada disebut oleh Imam Ibnu Hajar di dalam kitabnya At- Tahzib.
4. Keterangan:
- Hadits yang semakna dengan di atas juga ada diriwayatkan oleh Abu Daud di dalam Sunannya yang bersumber dari Muhammad bin Sirin, dari sebahagian sahabat-sahabatnya (yakni sahabat-sahabat Muhammad): Bahawa Ubai bin Kaab.. (sama seperti hadits di atas).
- Hadits ini juga lemah kerana tidak dikenali (majhul) siapakah 'sebahagian sahabat-sahabat' Muhammad bin Sirin tersebut.
- Perawi yang majhul menjadikan suatu hadits itu lemah kerana identiti seseorang perawi itu penting untuk dikenali dan diketahui untuk menetapkan samada ia seorang kepercayaan, lemah atau pembohong.
- Identiti seseorang perawi itulah yang akan menetapkan status suatu hadits samada ia akan menjadi hadits shahih, hasan, lemah atau palsu.
- Kerana itu Imam An-Nawawi melemahkan hadits ini.
- Kemudian di sana terdapat satu hadits dari Anas bin Malik, maksudnya: Adalah Rasulullah SAW membaca qunut (dalam solat witir) pada separuh bulan Ramadhan- yakni 15 Ramadhan hingga akhir. (Riwayat Ibnu Adi)
- Hadits ini langsung tidak dapat ditegakkan untuk dijadikan hujjah kerana di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Abu Atikah Tharif bin Salman.
- Lihat komentar tentang Abu Atikah ini pada hadits pertama.
5. Kesimpulan:
Membaca qunut dalam solat witir di bulan
Ramadhan boleh dilakukan bermula dari awal Ramadhan lagi.
Hadits 23: Doa Keluar Tandas
Maksudnya:
Dari Anas RA katanya:
Adalah Nabi SAW apabila keluar tandas, Baginda membaca: (Segala puji bagi Allah
yang telah menghilangkan dariku penyakit dan telah memberi kesihatan yang baik
padaku).
1. Periwayat Hadits:
- Ibnu Majah
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Kerana di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Ismail bin Muslim AI-Makki
- Kata Imam Abu Hatim, Imam Abu Zur'ah dan Imam Ibnu Hajar: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Madini: Haditsnya tidak ditulis (sebagai hujjah).
- Kata Imam An-Nasai: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam AI-Bazzar: Ia tidak kuat.
- Kata Imam Ibnu Ma'in: Ia tidak memiliki sesuatu (yang shahih untuk dijadikan pegangan).
- Kata Imam Ahmad: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
4. Keterangan:
- Sunnah yang shahih yang diriwayatkan dalam bab ini adalah sebagaimana yang disebut oleh Aisyah RA, maksudnya: Adalah Rasulullah SAW apabila keluar dari tandas, Baginda membaca “Ghufranaka” (Aku mohon keampunan Mu Ya Allah)
- Hadits Nabi membaca bila keluar dari tandas ini diriwayatkan oleh Ahmad, AI-Bukhari (di dalam kitab Al-Adabul Mufrad), Abu Daud, At- Tirmizi, Al-Hakim, AI-Baihaqi, Ad-Darimi dan Ibnu Hibban.
- Menurut Imam Al-Baghawi di dalam kitabnya Syarhus Sunnah, Nabi SAW mengucapkan kalimah “Ghufranaka” adalah sebagai beristighfar (memohon ampun) kepada Allah kerana semasa membuang air tidak dibenarkan menyebut nama Allah. Jadi Nabi SAW melihat telah berlaku kekurangan (lupa kepada Allah) semasa buang air lalu, Nabi SAW memohon keampunan kepada Allah dengan kalimah tersebut apabila keluar dari tandas.
Hadits 24: Doa Makan
Maksudnya:
Ya Allah, berilah
keberkatan kepada kami atas rezeki yang telah Engkau kurniakan kepada kami dan
peliharakanlah kami dari azab neraka, lalu membaca bismillah (atas makanan yang
dimakan).
1. Periwayat Hadits:
- Ibnu As-Sunni
2. Status Hadits: LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Muhammad bin Abi Az- Zuaizi 'ah.
- Kata Imam AI-Bukhari: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Adi: Kebanyakan apa (hadits) yang diriwayatkannya tidak boleh diikuti (yakni haditsnya tidak boleh menguatkan hadits yang lain).
- Kata Imam Ibnu Hibban: Tidak halal berhujah dengannya.
- Kata Imam Abu Hatim: Ia seorang yang sangat mungkar haditsnya.
4. Keterangan:
- Doa di atas biasa diamalkan di dalam masyarakat kita sebagai "doa makan" dan dihafal oleh setiap peringkat umur bermula dari kanak-kanak di peringkat pra-sekolah lagi.
- Oleh kerana kedudukan hadits tersebut lemah, maka yang patut diamalkan dalam bab ini ialah apa yang diriwayatkan oleh Malik, Ahmad, AI-Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai, At- Tirmizi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban iaitu, maksudnya: Sebutlah nama Allah (apabila memulai makan) dan makanlah dengan tangan kanan kamu.
- Riwayat yang shahih ini menghendaki kita menyebut nama Allah (membaca Bismillah) ketika memulai tanpa didahului dengan apa-apa doa.
- Walaupun begitu di sana terdapat hadits riwayat At-Tirmizi dan Ibnu Majah satu doa yang diajar oleh Nabi SAW bila hendak makan, maksudnya: “Allahumma bariklana fihi wa ath ighmna khairan minhu” (Ya Allah, berilah keberkatan kepada kami pada makanan ini dan kurniakanlah kepada kami makanan yang lebih baik daripadanya.)
5. Nota:
- Dalam riwayat Ibnu Majah perkataan ’wa ath ighmna’ di atas diganti dengan ’war zuqna’ (dan kurniakanlah kepada kami rezeki ).
- Dengan digabungkan dua hadits di atas, maka boleh dibacakan doa riwayat At- Tirmizi dan Ibnu Majah tersebut bila hendak makan, kemudian dibaca "Bismillah".
Hadits 25: Puasa Tiga Bulan Berturut -turut
Maksudnya:
Dari Abu Hurairah RA :
Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah menyempurnakan puasa sebulan penuh
selepas Ramadhan melainkan bulan Rejab dan Sya'ban.
1. Periwayat Hadits:
- At-Thabarani
2. Status Hadits: SANGAT LEMAH
3. Sebabnya:
- Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Yusuf bin Athiyyah bin Thabit.
- Kata Imam Al-Bukhari: Ia seorang yang mungkar haditsnya.
- Kata Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Hajar: Ia seorang yang ditinggalkan haditsnya (matruk).
- Kata Imam Abu Hatim, Imam Abu Zur' ah dan Imam Ad-Daruqutni: Ia seorang yang lemah haditsnya.
- Kata Imam Ibnu Hibban: Tidak harus berhujjah dengannya.
- Kata Imam Ibnu Ma'in dan Imam Abu Daud: Ia tidak memiliki sesuatu (yang shahih untuk dijadikan pegangan).
4. Keterangan:
- Hadits ini tidak dapat dijadikan hujjah tentang puasa 3 bulan berturut-turut iaitu Rejab, Sya'ban dan seterusnya disambung dengan Ramadhan sebagaimana yang diamalkan oleh sebahagian umat Islam.
- Tidak thabit Nabi SAW berpuasa sebulan penuh pada bulan-bulan lain melainkan Ramadhan sahaja. Inilah amalan Nabi SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aisyah RA, katanya, maksudnya: Dan aku tidak pemah melihatnya (Nabi SAW) berpuasa sebulan penuh semenjak datang ke Madinah kecuali Ramadhan.
- Inilah petunjuk Nabi SAW yang merupakan sebaik-baik petunjuk untuk diikuti dan dicontohi. Allah SWT berfirman, maksudnya: Dan apa-apa yang dibawa oleh Rasul kepada kamu maka ambil/terimalah.
5. Kesimpulan:
Nabi SAW tidak pemah berpuasa tiga bulan
berturut-turut terus menerus.
sumber dari halaman:
0 Comments:
Posting Komentar