Kata shadaqah makna asalnya
adalah
تَحْقِيْقُ شَيْئٍ بِشَيْئٍ
Artinya : “Menetapkan atau
menerapkan sesuatu pada sesuatu”.
Secara bahasa, kata shadaqah
berasal dari akar kata shidq yang berarti benar atau membenarkan sesuatu. Benar
dalam arti sejalannya antara ucapan, keyakinan dan perbuatan. Karena itu, dapat
dikatakan bahwa orang yang gemar bershadaqah menunjukkan kebenaran imannya.
Iman kepada Allah yang telah menitipkan harta kepadanya serta iman kepada
adanya hari akhir tempat pembalasan bagi setiap bagi hamba-hamba-Nya.
Adapun secara istilah, secara
umum shadaqah bermakna pemberian, mengeluarkan sesuatu, atau derma di jalan
Allah. Pemberian tersebut bersifat sukarela (ikhlas), tanpa disertai imbalan ,
tanpa paksaan, kapan saja dan berapapun jumlahnya.
Secara umum, shadaqah bukan
hanya bermakna mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun shadaqah mencakup
segala amal shalih atau perbuatan baik. Hingga dalam sebuah hadits pun
disebutkan, bertemu dengan sesama saudara kita dengan wajah cerah, seraya
tersenyum ceria pun, dapat juga dikatakan shadaqah. Sebagaimana sabda beliau :
تَبَسُّمُكَ فِيْ وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ
Artinya : “Senyummu untuk
saudaramu adalah shadaqah bagimu.” (HR At-Tirmidzi).
Maka dengan demikian dapat
dikatakan bahwa shadaqah adalah segala macam bentuk kebaikan yang dilakukan
oleh setiap muslim dalam rangka mencari keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bentuk kegiatan tersebut dapat berupa perbuatan yang secara lahiriyah terlihat
bukan ibadah seperti bekerja mencari nafkah, menyuapi anak, sampai hubungan
intim suami isteri. Itu pun dapat disebutkan dengan aktivitas shadaqah. Wah,
bagi suami isteri, makin mesra aja dong, karena saling gemar bershadaqah.
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [Al Baqarah 195].
“Allah Ta’ala berfirman,
”Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertaqwa
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik syurga maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah “. [Al
Lail 5-8]
Sesungguhnya orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah mendapat balasan berlipat ganda:
“Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah
261]
“Dan mereka tiada menafkahkan
suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu
lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena Allah akan
memberi balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” [At Taubah 121]
Orang yang berjihad dengan
jiwa dan hartanya lebih tinggi derajadnya daripada orang yang duduk/diam saja:
“Yaitu kamu beriman kepada
Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” [Ash Shaff 11]
“Tidaklah sama antara mukmin
yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan
orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang
yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala
yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang
yang duduk dengan pahala yang besar” [An Nisaa' 95]
Dalam surat Al Maa’uun, Allah
menyebut orang yang tidak mau sedekah untuk membantu fakir miskin sebagai
pendusta agama meski mereka rajin shalat.
Tanpa bersedekah, kita tidak
akan mendapat pahala:
“Kamu sekalian tidak akan
memperoleh kebaikan (pahala), kecuali menafkahkan (memberikan) apa yang kalian
cintai” [Ali Imran 92]
”Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” ” [Al Baqarah 276]
Di antara rahasia dan
keutamaan orang yang rajin bersedekah, yaitu sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadis,
“Orang yang pemurah itu dekat
dari Allah, dekat dari manusia, dekat dari surga dan jauh dari neraka. Adapun
orang yang kikir, maka jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan
dekat kepada neraka (siksaan Allah). ” (H.R. Tirmidzi clan Baihaqi)
“Sesungguhnya shadaqah itu
dapat memadamkan murka Allah dan dapat menolak cara mati yang buruk. ” (H.R.
Tirmidzi, lbnu Hibban, lbnu ‘Adi, clan Baihaqi)
Hadits di atas cukup jelas
menggambarkan keutamaan sedekah. Jika kita tidak sedekah, Allah bisa murka
kepada kita dan kita bisa mati dalam keadaan su’ul khotimah atau masuk neraka.
Padahal kita ingin mati dalam keadaan husnul khotimah bukan?
Dari Abu Hurairah ra. : Nabi
Muhammad Saw bersabda, “setiap hari, dua malaikat turun ke bumi. salah seorang
dari mereka berkata, ‘ya Allah, gantilah harta orang yang bersedekah di
jalan-Mu’. sedangkan yang satunya lagi berkata, ‘ya Allah, binasakanlah harta
orang yang menahan hartanya untuk disedekahkan’.”
Rajinlah bersedekah sehingga
di akhirat tidak termasuk orang yang menyesal karena dimasukkan ke neraka
akibat tidak bersedekah:
“Katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan shalat,
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi
ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak
ada jual beli dan persahabatan” [Ibrahim 31]
“Hai orang-orang yang beriman,
belanjakanlah di jalan Allah sebagian dari rezki yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan
tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”
[Al Baqarah 254]
“Dan belanjakanlah sebagian dari
apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah
seorang di antara kamu; lalu ia berkata, Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?” [Al-Munafiqun 10]
Hendaknya kita bersedekah
dengan harta yang kita cintai. Bukan yang memang tidak kita ingini:
“Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah di jalan allah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” [Al Baqarah
267]
Kita mengira dengan memberi
fakir miskin uang Rp 1.000 atau Rp 2.000 kita sudah bersedekah. Padahal jika
kita diberi uang sebesar itu, kita tentu enggan mengambilnya bukan? Itulah
maksud ayat di atas.
Islam tidak akan tegak/berjaya
jika ummat Islam yang mampu/berkelebihan hanya menyumbang receh. Nanti di bawah
kita akan ketahui bagaimana Abu Bakar bahkan rela menyumbang seluruh hartanya
untuk kejayaan Islam.
Janganlah kikir/pelit karena
takut miskin. Jarang ada orang yang miskin karena rajin bersedekah:
“Syaitan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan
(kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. ” [Al Baqarah 268]
Untuk siapakah kita
bersedekah?
Mereka bertanya tentang apa
yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah
diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu
buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. ” [Al Baqarah 215]
Seperti halnya zakat, sedekah
tidak terbatas hanya untuk fakir miskin saja, tapi juga terhadap orang yang
berjuang di jalan Allah seperti berdakwah atau para mujahidin yang berperang:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” [At-Taubah 60]
Kenapa Islam dulu berjaya?
Mengapa Islam dulu mampu bukan hanya menahan kaum kafir, Yahudi, tentara Romawi
dan Persia, tapi bahkan menaklukkan mereka?
Karena para aghniya /
orang-orang kaya rajin bersedekah untuk perjuangan Islam. Saat perang Tabuk di
mana 30 ribu pasukan Muslim harus berperang dengan 200 ribu pasukan Romawi,
orang-orang kaya berlomba menginfakkan hartanya untuk mendukung
perjuangan. Usman menyumbang sepertiga hartanya sehingga bisa membiayai
1/3 pasukan berikut onta dan kuda. Umar menyumbang separuh hartanya. Sementara
Abu Bakar menyumbang seluruh hartanya. Yang lain ada yang menyumbang ribuan
kilo makanan sementara yang kurang mampu pun menyumbang beberapa kepal makanan.
Dengan cara itu, maka puluhan
ribu orang yang miskin juga bisa turut berperang sehingga ummat Islam jadi
lebih kuat. Bayangkan jika yang bisa perang hanya beberapa ribu orang kaya saja
sementara puluhan ribu orang miskin tak bisa perang, tentu jadi lemah dan mudah
dikalahkan.
Sedekah juga digunakan untuk
memperkuat dakwah dan persenjataan ummat Islam:
“Dan siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat
untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang
Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). “ [Al
Anfaal 60]
Dengan kekuatan tentara dan
persenjataan ummat Islam yang didukung oleh jihad dengan jiwa dan harta, maka
200 ribu pasukan Romawi begitu gentar hingga tidak berani menampakkan dirinya
di kota Tabuk untuk melawan 30 ribu pasukan Muslim yang berdiam hingga 20 malam
di sana.
Banyak orang yang naik haji
atau umrah berkali-kali. Padahal yang wajib hanya sekali. Ada pun setelah itu,
maka menggunakan hartanya untuk berjihad di jalan Allah atau membantu orang
yang berjihad justru lebih utama dan lebih besar pahalanya:
“Amal apa yang utama?”. Maka
Nabi SAW menjawab : “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya”. Penanya berkata :
“Kemudian apa?” Nabi SAW berkata : “Jihad di jalan Allah”. Beliau ditanya lagi:
“Kemudian apa?” Nabi SAW menjawab : ‘Haji mabrur”. [Muttafaq ‘alaih]
Dimana Nabi SAW menjadikan
haji setelah jihad. Dan yang dimaksudkan adalah haji sunnah. Sebab haji wajib
merupakan salah satu rukun dalam Islam jika telah mampu melaksanakannya. Dan
dalam shahihain disebutkan riwayat dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda.
“Barangsiapa yang membantu
orang yang berjuang, maka sesungguhnya dia telah berjuang. Dan barangsiapa yang
menanggung keluarganya dengan kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berperang”
[HR Bukhari dan Muslim]
Masihkah kita Meragukan
kekuatan Sedekah?
Bersedekahlah maka Kamu Akan
Kaya..
Memberilah, maka kamu akan di
BeriNya.
Mempermudahlah, maka Kamu akan
di Permudah.
Menolonglah, maka Kamu akan di
Tolong.
Jadilah Anda Gardu Listrik
atau Tandon PDAM..
Anda Besar, Kuat, berlimpah
Energi atau Air.
Tapi Energi tersebut anda
Salurkan kepada mereka yang membutuhkan..
Semakin Besar yang harus Anda
Salurkan, Insya Allah Allah akan memperbesar Jaringan Kabel/ Pipa yang menuju
ke Gardu Anda ?
Apakah anda Percaya?
Mari kita buktikan bersama.
Qallahu A`lam bishshawab..
0 Comments:
Posting Komentar