Berbicara
mengenai Hadits dalam arti “segala sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ihwal yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.tidak terlepas dari pembicaraan mengenai
sanad dan matan hadits itu sendiri.
Dalam
periwayatan Hadits, para sahabat menetapkan kriteria penerimaan atau penolakan
terhadap hadits tersebut. Baik yang berkenaan dengan sanad maupun
yang berkenaan matannya.
Berkenaan
dengan pembicaraan sanad, ada sejumlah ulama yang menulis kitab yang
menguraikan hal ihwal para periwayat hadits yang diistilahkan dengan ilmu rijal
hadits, berikut pembahasan mengenai ilmu Rijalil Hadits:
A.Ta`rif / Pengertian
B.
Kegunaan
Dari
definisi yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa ilmu rijal al-hadits
berkaitan dengan hal ihwal para periwayat hadits. Karena itu, ilmu ini
mengambil porsi tertentu dalam bahasan ilmu hadits. Ilmu ini sangat diperlukan
dalam penelitian sanad Hadits, yang kegunaannya antara lain adalah sebagai
berikut.
Dengan ilmu
ini penelitian sanad Hadits dapat dilakukan, karena ilmu ini merupakan data
yang lengkap mengenai para periwayat Hadits, baik biografi mereka,maupun
kualitas pribadi mereka.kiranya sulit dibayangkan, kalau seseorang sekarang ini
ingin meneliti sanad Hadits, tanpa menggunakan ilmu ini, mengingat bahwa para
periwayat itu sendiri sudah ribuan tahun meninggal dunia.
Bahasan
Hadits mencakup sanad dan matan, ilmu ini berguna untuk mendalami pengetahuan
tentang sanad, dengan menguasai sanad hadits, berarti mengetahui separuh ilmu
hadits. Seorang pengkaji hadits belumlah
dianggap lengkap ilmunya tentang hadits, kalau hanya mempelajari matannya,
sebelum mempelajari juga sanadnya.
Sejarah
merupakan senjata terbaik yang digunakan oleh ulama dalam menghadapi para
pendusta. Sufywan Al Tsaury mengatakan : “Sewaktu para perawi
menggunakan kedustaan, maka kami menggunakan sejarah untuk melawan mereka.”
Ulama tidak
cukup hanya menunjukkan urgensi mengetahui sejarah para perawi, tetapi mereka
sendiri juga mempraktekkan hal itu. Contoh mengenai hal itu sangat banyak,
sampai tak terhitung.
Antara lain
yang diriwayatkan oleh ‘Ufair ibn Ma’dan Al Kala’yi, katanya :Umar
ibn Musa datang kepada kami di Himsh. Lalu kami berkumpul di mesjid.
Lalu beliau berkata : “Telah meriwayatkan kepada kami guru kalian yang shaleh.”
Ketika sering mengungkap kata itu, aku bertanya kepadanya : “Siapa yang anda
maksud guru kami yang shaleh? Sebutlah namanya agar kami bisa mengenalnya.” Ia
menjawab : “Khalid Ibn Ma’dan.” Aku bertanya kepadanya : “Tahun
berapa anda bertemu dengannya?” Ia menjawab : “Aku bertemu dengannya pada tahun
seratus delapan.” Aku bertanya lagi : “Di mana anda bertemu dengannya?” Ia
berkata : “Aku bertemu di dalam peperangan Armenia.” Lalu aku bertanya
kepadanya : “Bertakwalah kepada Allah, wahai Syeikh dan jangan berdusta. Khalid
ibn Ma’dan wafat tahun seratus empat. Jadi anda mengaku bertemu dengannya empat
tahun sesudah ia meninggal.” Aku tambahkan pula, ia tidak turut serta
dalam peperangan ke Armenia. Dia hanya ikut dalam perang Romawi.
Dengan ilmu
ini kita dapat mengetahui, keadaan para perawi yang menerima hadits dari
Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.
Dan juga
dengan ilmu ini, dapat ditentukan kualitas serta tingkatan suatu hadis dalam
permasalahan sanad hadis.
Dalam
sejarah islam, pada akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib, pemalsuan
Hadits mulai ada[4] dan pada masa pemerintahan Bani
Umayyah –sampai akhir abadpertama Hijriyah- pemalsuan itu berkembang pesat.
Untuk menjaring Hadits-hadits palsu itu ilmu rijal al-hadits dapat
dipergunakan.
Jadi dapat
diketahui bahwa ilmu rijal hadis berguna untuk mengetahui tentang para perawi
yang ada dalam tingkatan sanad hadis. Dengan mengatahui para perawi itu akan
dapat mencegah terjadinya pemalsuan hadis, penambahan matan hadis, juga dapat
mengetahui tingkatan keshahihan tiap-tiap hadis yang ditemui.
C. Latar
belakang pentingnya
Ilmu Rijal
Hadis ini lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam Islam dan
mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad.
Ulama memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya agar mereka dapat
mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam sanad. Ulama akan menanyakan umur para
perawi, tempat mereka, sejarah mendengar ( belajar ) mereka dari para
guru,disamping bertanya tentang para perawi itu sendiri. Hal itu mereka lakukan
demi mengetahui keshahihan sima’ yang dikatakan oleh perawi
dan demi mengetahui sanad-sanad yang muttashil dari yang
terputus, yang mursal, dari yang marfu’ dan lain-lain.
Banyak hal
yang menyebabkan sejarah para periwayat hadis menjadi objek kajian dalam Ilmu
Rijal Al Hadis, diantaranya adalah :
1.
Tidak seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi
Hadis yang
ada ditulis pada masa Nabi sangat minim sekali, padahal yang menerima hadis
sangat banyak orangnya. Hal ini menyebabkan banyaknya terjadi kekeliruan dalam
penyampaian hadis selanjutnya. Hadis yang disampaikan itu kadang dalam
penyampaiannya mengalami perubahan-perubahan redaksi sehingga menyebabkan hadis
tersebut menjadi rendah tingkatannya. Oleh karena itu dalam masalah ini
diperlukan pengetahuan tentang para perawi yang ada dalam tingkatan sanad untuk
menghindari kesalahan-kesalahan tersebut.
2.
Munculnya pemalsuan hadis
Hadis Nabi
yang belum terhimpunn dalam suatu kitab dan kedudukan hadis yang sangat penting
dalam sumber keajaran Islam, telah dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab
oleh orang-orang tertentu. Mereka membuat hadis palsu berupa pernyataan –
pernyataan yang mereka katakana berasal dari Nabi, padahal Nabi sendiri tidak
pernah menyatakan demikian. Untuk itu Ilmu Rijal Hadis banyak
membicarakan biografi para periwayat hadis dan hubungan periwayat satu dengan
periwayat lainnya dalam periwayatan hadis agar menghindari terjadinya pemalsuan
hadis.
3.
Proses penghimpunan hadis ( Tadwin )
Karena
takut akan kehilangan hadis, maka pada masa khalifah diadakan pengumpulan hadis
dari seluruh daerah. Dalam melakukan penghimpunan hadis ini, diperlukan
pengetahuan tentang sejarah hidup para perawi sehingga dapat diketahui kualitas
hadis yang di himpun tersebut agar tidak terjadi ketercampuran antara hadis
yang lebih baik kualitasnya dari segi sanad dengan hadis maudu’ maupun hadis
dhaif dalam penghimpunan itu.
Inilah
beberapa factor yang menyebabkan di dalam Ilmu Rijal Hadis, sejarah
para periwayat menjadi objek kajian. Di sebabkan betapa pentingnya pengetahuan
tentang periwayat dalam hal-hal yang telah disebutkan diatas.
D.
Sasaran pokoknya
Ilmu rijal
al-hadits terdiri atas dua pokok, yaitu:
- Ilmu Tarikh ar-Ruwah, yang
mengenalkan kepada kita para periwayat hadits dalam kapasitas mereka
selaku periwayat hadits. Ilmu ini menerangkan hal-ihwal periwayat, hari
lahir dan wafatnya, guru-gurunya, masa dia mulai mendengarkan hadits,
orang-orang yang meriwayatkan hadits darinya, negerinya, tempat
tinggalnya, perlawatannya dalam mencari hadits, tanggal tibanya di
berbagai negeri, dia mendengar hadits dari guru-gurunya dan segala hal
yang berhubungan dengan urusan Hadits. Ilmu ini lebih banyak membicarakan
biografi para periwayat hadits dan hubungan periwayat yang satu dengan
periwayat yang lain dalam periwayatan hadits.
- ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil, yang
membahas hal-ihwal periwayat hadits dari segi dapat diterima, atau ditolak
riwayatnya. Ilmu ini lebih menekankan kepada pembahasan kualitas pribadi
periwayat Hadits, khususny dari segi kekuatan hafalannya, kejujurannya,
integritas pribadinya terhadap ajaran islam dan berbagai keterangan
lainnya yang berhubungan dengan penelitian sanad Hadits.
E.
Cabang-cabangnya
Dari kedua
pokok ilmu rijal al-Hadits ini, muncul pula cabang-cabang yang mempunyai ciri
pembahasan tersendiri. Cabang-cabang itu antara lain adalah:
- Ilmu Tabaqat ar-Ruwah, yaitu
ilmu yang mengelompokkan para periwayat ke dalam suatu angkatan atau
generasi tertentu.
- Ilmu al-Mu’talif wa
al-Mukhtalif, yaitu ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan
dari nama asli, nama samaran, dan nama keturunan para periwayat, namun
bunyi bacaannya berlainan.
- Ilmu al-Muttafiq wa
al-Muftariq, yaitu ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan
dan bunyi bacaan, namun berlainan personalianya,dan
- Ilmu al-Mubhamat, yaitu ilmu
yang membahas nama-nama periwayat yang tidak disebut dengan jelas
F.
Ulama-ulama yang ahli dan Kitab-kitabnya
Dalam
pembahasan tentang ilmu rijal al-Hadits, maka para Ulama mengarang kitab dengan
bentuk dan metode yang beragam,berikut pembagiannya:
1. Kitab
Tarikh ar-Ruwah
- At-Tobaqot
al-Kubro karangan Muhammadbin Sa’ad (168-230)
- Tazkiroh
al-HUffaz karangan az-Zahaby (w. 748H)
- Tarikh
a-Islam karangan az-Zahaby
- Tahzib
at-Tahzib karangan al-Hafiz Syihab ad-Din Abu Fadl Ahmad bin ‘Aly (ibn Hajar
al-Asqolaniy (772-852H)
- Tarikh
Bagdad karangan Abu Bakar Ahmad bin ‘Aliy al-Baghdadiy (392-463H)
- Al-Asma
wa al-Kuna karangan Abu Bisyr Muhammad bin Ahmad ad-Dawlaby (234-320 H)
2. Kitab
al-Jarh wa at-Ta’dil
- Kitab
as-Siqat karangan Abu al-Hasan Ahmad bin ‘Abdullah al_Ijliy
- Ad-Du’afa
al-Kabir dan Ad-Du’afa as-Sogir karangan Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhoriy
(194-256H)
- Al-Kamil
fi Ad-Du’afa ar-Rijal karangan Abu Ahmad ‘Abdillah bin ‘Adiy al-Jurjaniy (w.356
H)
0 Comments:
Posting Komentar