1. Wujud : Artinya Ada. ﻭﺟﻮﺩ

A. Dalil Aqli sifat Wujud
Adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya Allah swt, sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya.
B. Dalil Naqli sifat Wujud
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا شَفِيعٍ أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
2. Qidam : Artinya Terdahulu. ﻗﺪﻡ
Pada hakikatnya menafikan adanya permulaan wujud Allah swt karena Allah swt menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada yang dijadikannya itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Sebagian ulama menyatakan bahwa kedua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Qadim dengan nisbah kepada nama terbagi ke dalam empat bagian :
· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala.
a. Dalil Aqli sifat Qidam
Seandainya Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah antara qodim dan hadits. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan muhdits (yang membuat) misalnya A, dan muhdits A mesti membutuhkan kepada Muhdits yang lain, misalnya B. Kemudian muhdits B mesti membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C. Begitulah seterusnya.Apabila tiada ujungnya, maka dikatakan tasalsul (peristiwa berantau), dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur (peristiwa berputar). Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal. Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil, maka Allah wajib bersifat Qidam.
Seandainya Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah antara qodim dan hadits. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan muhdits (yang membuat) misalnya A, dan muhdits A mesti membutuhkan kepada Muhdits yang lain, misalnya B. Kemudian muhdits B mesti membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C. Begitulah seterusnya.Apabila tiada ujungnya, maka dikatakan tasalsul (peristiwa berantau), dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur (peristiwa berputar). Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal. Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil, maka Allah wajib bersifat Qidam.
b. Dalil Naqli sifat Qidam
Firman Allah :
Firman Allah :
هوالاول
والاخروالظاهروالباطن
Dialah yang awal dan yang akhir Yang zhohir dan yang bathin. (QS. Al-Hadid [57]:3)
3. Baqa’ : Artinya Kekal ﺑﻘﺎﺀDialah yang awal dan yang akhir Yang zhohir dan yang bathin. (QS. Al-Hadid [57]:3)
Senantiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta’ala.
a. Dalil Aqli sifat Baqa'
Seandainya Allah tidak wajib Baqo, yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam.
Seandainya Allah tidak wajib Baqo, yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam.
b. Dalil Naqli Sifat Baqa'
Firman Allah :
Firman Allah :
وَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا
آخَرَ لا إِلَهَ إِلا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ
وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Janganlah kamu sembah, di samping (menyembah) Allah, ilah-ilah apapun yang lain. Tidak ada Ilah (yang berhak disembah), melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." – (QS.28:88)
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith :
artinya Berbeda dengan ciptaan-Nya, pada dzat , sifat atau perbuatannya dari seluruh
ciptaan/makhluk-Nya, yang telah ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya
adalah menafikan Allah Ta’ala menyerupai dengan ciptaan-Nya pada dzatnya,
sifatnya atau perbuatannya.
a. Dalil Aqli sifat mukhalafah lil hawadits
Apabila diperkirakan Allah menyamai sekalian makhluknya, niscaya Allah adalah baru (Hadits), sedangkan Allah swt adalah mustahil bersifat hadits.
b. Dalil Naqli sifat mukhalafah lil hawadits
Firman Allah :
a. Dalil Aqli sifat mukhalafah lil hawadits
Apabila diperkirakan Allah menyamai sekalian makhluknya, niscaya Allah adalah baru (Hadits), sedangkan Allah swt adalah mustahil bersifat hadits.
b. Dalil Naqli sifat mukhalafah lil hawadits
Firman Allah :
ليس
كمثله شيئ وهوالسميع البصير
Tidak ada
sesuatu apapun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (QS. Asy-Syuro [42]:11)
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : artinya
berdiri Allah Swt dengan sendirinya, tidak berkehendak kepada tempat yang
berdiri (pada dzat) dan tidak berkehendak kepada yang menjadikannya, karena ia
tidak dijadikan tetapi telah jadi dengan sendirinya, dan berkehendak menetapkan
sesuatu dengan kehendaknya sendiri tanpa bantuan yang lain dalam penetapan
kehendak-Nya.
a. Dalil Aqli sifat Qiyamuhu Binafsihi
Seadainya Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah adalah sifat, sebab hanya sifatlah yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan dzat selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya.
Dan apabila Allah “Sifat” adalah mustahil, sebab apabila Allah “sifat”, maka Allah tidak akan disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat yang wajib bagi Allah berdasarkan dalil-dalil tertentu. Berarti apabila Allah tidak disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah adalah salah (Bathil), dan batal pula sesuatu yang mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah kepada dzat. Apabila batal butuhnya Allah kepada dzat maka tetap Maha kaya (istighna)nya Allah dari dzat.
Seandainya Allah membutuhkan sang pncipta, niscaya Allah baru (Hadts), sebab yang membutuhkan pencipta hanyalah yang baru sedangkan dzat qodim tidak membutuhkannya. Dan mustahil Allah Hadits, karena segala sesuatu yang hadits harus membutuhkan sang pencipta (mujid) yang kelanjutannya akan mengakibatkan daur atau tasalul.
b. Dalil Naqli Sifat Qiamuhu Binafsihi
Firman Allah:
إن اﷲ لغنى عن العا لمين
Sesungguhnya Allah benar-benar maha
kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta. (QS. Al Ankabut [29]:6)
6. Wahdaniyyah : artinya satunya Allah Swt pada dzat, pada sifat dan pada perbuatanNya, tetapi bukanlah
pengertiannya seperti bersatunya dzat tulang, daging, kulit dan lain
sebagainya, Allah Swt bebas dari pengertian seperti itu.
Dalil Naqli Sifat Wahdaniyat
Firman Allah :
Dalil Naqli Sifat Wahdaniyat
Firman Allah :
لوكان فيهماالهةإلااﷲ لفسد تا
Seandainya di langit dan dibumi ada
tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit dan bumi akan rusak. (QS. Al Anbiya
[21]:22)
7. Qudrat : artinya kuasanya Allah Swt, satu sifat yang qadim lagi azali yang tetap berdiri pada
zat Allah Swt, yang mengadakan tiap - tiap yang ada dan meniadakan tiap - tiap
yang tiada.
a. Dalil Aqli sifat Qudrot
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah lemah(‘Ajzun), dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Qudrot
a. Dalil Aqli sifat Qudrot
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah lemah(‘Ajzun), dan apabila Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Qudrot
إن اﷲعلى كل شيى قد ير
Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah [2]:20)
8. Iradah : artinya kehendaknya Allah Swt, maknanya penentuan segala tentang ada atau tiadanya, maka
Allah Swt yang selayaknya menghendaki tiap - tiap sesuatu apa yang di
perbuatnya, artinya kita manusia telah di tentukan dengan kehendak Allah Swt,
seperti : tentang rezeki, umur, baik, jahat, kaya, miskin dan lain sebagainya
a. Dalil Aqli sifat Irodat.
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalil, seasndainya allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akanberakibat lemahnya Alla, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Irodat.
Firman Allah :
a. Dalil Aqli sifat Irodat.
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalil, seasndainya allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akanberakibat lemahnya Alla, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Irodat.
Firman Allah :
ان ربك فعال لمايريد
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana
terhadap apa yang dia kehendaki.
(QS. Hud[50]:107)
(QS. Hud[50]:107)
9. Ilmu : artinya mengetahuinya Allah Swt, maknanya nyata dan terang akan meliputi dan maha
mengetahui akan segala tiap – tiap, tiada yang tersembunyi dan rahasia bagiNya
di alam jagat ini.
a. Dalil Aqli sifat Ilmu
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang makhluk sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Ilmu
Firman Allah :
a. Dalil Aqli sifat Ilmu
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang makhluk sedikitpun.
b. Dalil Naqli sifat Ilmu
Firman Allah :
وهوبكل شيى عليم
Dan dia maha mengetahui segala
sesuatu.
(QS.Al Hadid [57]:3 atau QS. Al Baqaroh [2]:29)
(QS.Al Hadid [57]:3 atau QS. Al Baqaroh [2]:29)
10. Hayat : artinya hidupnya Allah Swt, ini sifat yang tetap dan qadim lagi azali pada dzat Allah
Swt, ia tidak akan pernah mati, karena mati itu adalah ciptaanNya juga.
a. Dalil Aqli sifat hayat
Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam semesta.
b. Dalil Naqli sifat Hayat
Firman Allah :
a. Dalil Aqli sifat hayat
Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam semesta.
b. Dalil Naqli sifat Hayat
Firman Allah :
وتو كل على الحى الذ ى لايمو ت
Dan bertakwalah kepada Allah yang
hidup yang tidak mati. (QS. Al-Furqon [25]:58)
11. Sama’ : artinya mendengarnya Allah Swt, ini sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri
pada dzat Allah Swt, tiada sesuatu apapun yang luput dari pendengarannya Allah
Swt.
12. Bashar : artinya melihatnya Allah Swt, hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi
azali berdiri pada dzat Allah Swt, Allah Swt wajib bersifat maha melihat pada
yang dapat di lihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat, terang atau
gelap, zahir atau tersembunyi dan sebagainya.
13. Kalam : artinya : berkata - katanya Allah Swt, ini sifat yang tetap ada, yang qadim lagi azali, yang
berdiri pada dzat Allah Swt, sebagai contoh adalah Al- Qur’an, ini merupakan
perkataannya (kalam) Allah Swt yang abadi sepanjang masa.
14. Kaunuhu Qadiran : artinya keadaannya Allah Swt, ia yang berkuasa mengadakan dan mentiadakan sesuatu.
15. Kaunuhu Muridan : artinya keadaannya Allah Swt yang
menghendaki dan menentukan tiap - tiap
sesuatu.
16. Kaunuhu ‘Aliman : artinya keadaannya Allah Swt yang
mengetahui akan tiap - tiap segala
sesuatu.
17. Kaunuhu Hayyun : artinya keadaannya Allah Swt yang maha
hidup, melebihi dari segala sesuatu
apapun juga.
18. Kaunuhu Sami’an : artinya keadaannya Allah Swt yang
mendengar akan tiap - tiap segala
sesuatu yang maujud.
19. Kaunuhu Bashiran : artinya keadaannya Allah Swt yang melihatakan tiap - tiap segala sesuatu yang maujudat (berupa
sesuatu yang ada ).
0 Comments:
Posting Komentar