
Ada tiga kelompok manusia yang nanti pad hari
kiamat tidak akan diajak bicara dan dilihat oleh Allah swt dan bagi mereka
adzab yang pedih; yaitu: Orang tua yang berzina. Imam (Pemimpin) yang berdusta.
Dan orang yang sombong. (Al-Hadits)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam diutus
oleh Allah swt salah satu tujuannya adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Sebagaimana
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
menyatakan bahwa hadits ini shahih)
Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang
luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil al Quran dan as Sunnah yang
memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang
tercela. Demikian pula banyak dalil yang menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak
baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang buruk. Salah satu akhlak buruk yang
harus dihindari oleh setiap muslim adalah sikap sombong.
Sikap sombong adalah memandang dirinya berada
di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang
sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang
lain. (Bahjatun
Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)
Sifat sombong adalah sifat yang dibenci
oleh manusia, apalagi Allah SWT. Sombong adalah sifat buruk manusia, menjadikan
tidak disukai orang lain. Mungkin kita menilai seseorang itu bersifat sombong,
atau mungkin malah kita sendiri. Keranaitu, mari melihat ciri-ciri orang
sombong, mungkin saja sifat buruk itu ada apad kita sendiri.
Islam Melarang dan Mencela Sikap Sombong
Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ {18}
“Dan janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.
Luqman:18)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ
لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An
Nahl: 23)
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا
أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ
مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk
neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus,
dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Dosa Pertama Iblis
Sebagian salaf menjelaskan bahwa dosa
pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Allah Ta’ala
berfirman,
وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى
وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ {34}
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali
Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir“ (QS. Al Baqarah:34)
Qotadah berkata tentang ayat ini, “Iblis hasad
kepada Adam ‘alaihis salaam dengan kemuliaan
yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api
sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama
kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam” (Tafsir Ibnu
Katsir, 1/114, cet al Maktabah at Tauqifiyah)
Hakekat Kesombongan
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ
رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ
حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ
الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam
hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada
seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju
dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“
(HR. Muslim no. 91)
An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini
berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia,
merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi,
II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam)
Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong
terhadap al haq
dan sombong terhadap makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pada hadist di atas dalam sabda beliau, “sombong
adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain”. Menolak
kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau
menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan
orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih
dibandingkan orang lain. (Syarh Riyadus Shaalihin, II/301,
Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, cet Daar Ibnu Haitsam)
Ciri-ciri sombong ada 2 yang jelas, yaitu merendahkan orang lain dan
menolak kebenaran.
1. Merendahkan orang lain
Rasa merendahkan ini sangat mudah
muncul pada hati manusia, seringkali kita tidak sadar. Banyak sebab kita
merendahkan orang lain, mungkin karena fisknya, karena kebodohannya atau karena
kemiskinannya. Bukankah fisik, otak dan keturunan itu semua berasal dari
Tuhan? Manusia tidak bisa menentukan.
Alangkah sombongnya manusia dengan
mudahnya mencela orang lain yang (mungkin wajahnya jelek, giginya maju,
tubuhnya pendek dsb), secara tidak sadar itu mencela Tuhan yang telah
menciptakan.
2. Menolak kebenaran
Seorang yang tidak peduli dengan
ajakan kebenaran hakikatnya mempunyai perasaan dirinya paling benar. Benar atau
salah sesuatu itu bisa dibedakan oleh hati dan akal. Manusia yang bisa saling
menasehati dalam hal kebenaran, mempunyai rasa peduli dan menghormati.
Bahkan jika orang lain jelas-jelas
mengajak kita dalam perbuatan salah, seharusnya peduli dengan menasehati, namun
jika tidak mampu menasehati, kita menolakdengan baik dandalmhati
mendoaakan (karena Allah tahu apa isi hati kita)
Sombong Terhadap al Haq (Kebenaran)
Sombong terhadap al haq adalah sombong terhadap
kebenaran, yakni dengan tidak menerimanya. Setiap orang yang menolak kebenaran
maka dia telah sombong disebabkan penolakannya tersebut. Oleh karena itu
wajib bagi setiap hamba untuk menerima kebenaran yang ada dalam Kitabullah dan
ajaran para rasul ‘alaihimus salaam.
Orang yang sombong terhadap ajaran rasul secara
keseluruhan maka dia telah kafir dan akan kekal di neraka. Ketika datang
kebenaran yang dibawa oleh rasul dan dikuatkan dengan ayat dan burhan,
dia bersikap sombong dan hatinya menentang sehingga dia menolak kebenaran
tersebut. Hal ini seperti yang Allah terangkan dalam firman-Nya,
إِنَّ
الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللهِ بِغَيْرِ سًلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِن فِي
صُدُورِهِمْ إِلاَّ كِبْرٌ مَّاهُم بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {56}
“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan
tentang ayat-ayat Allah tanpa lasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam
dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali-klai
tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya
Dia Maha Mnedengar lagi Maha Melihat” (QS. Ghafir:56)
Adapun orang yang sombong dengan menolak
sebagian al haq
yang tidak sesuai dengan hawa nafsu dan akalnya –tidak termasuk kekafiran- maka
dia berhak mendapat hukuman (adzab) karena sifat sombongnya tersebut.
Maka wajib bagi para penuntut ilmu untuk
memiliki tekad yang kuat mendahulukan perkataan Rasul shalallahu
‘alaihi wa sallam di atas perkataan siapa pun. Karena pokok
kebenaran adalah kembali kepadanya dan pondasi kebenaran dibangun di atasnya,
yakni dengan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kita
berusaha untuk mengetahui maksudnya, dan mengikutinya secara lahir dan batin.
(Lihat Bahjatu
Qulubil Abrar, hal 194-195, Syaikh Nashir as Sa’di, cet Daarul
Kutub ‘Ilmiyah)
Sikap seorang muslim terhadap setiap kebenaran
adalah menerimanya secara penuh sebagaimana firman Allah ‘Azza wa
Jalla,
وَمَاكَانَ
لِمُؤْمِنٍ وَلاَمُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ
لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلاَلاً مُّبِينًا {36}
“Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan
mukmin perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.”
(QS. Al-Ahzab: 36)
فَلاَ
وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ
يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {65}
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”
(QS. An Nisaa’: 65)
Sombong Terhadap Makhluk
Bentuk kesombongan yang kedua adalah sombong
terhadap makhluk, yakni dengan meremehkan dan merendahkannya. Hal ini muncul
karena seseorang bangga dengan dirinya sendiri dan menganggap dirinya lebih
mulia dari orang lain. Kebanggaaan terhadap diri sendiri membawanya sombong
terhadap orang lain, meremehkan dan menghina mereka, serta merendahkan mereka
baik dengan perbuatan maupun perkataan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بِحَسْبِ
امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika
ia menghina saudaranya sesama muslim” (H.R. Muslim 2564). (Bahjatu
Qulubill Abrar, hal 195)
Di antara bentuk kesombongan terhadap manusia
di antaranya adalah sombong dengan pangkat dan kedudukannya, sombong dengan
harta, sombong dengan kekuatan dan kesehatan, sombong dengan ilmu dan
kecerdasan, sombong dengan bentuk tubuh, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Dia
merasa lebih dibandingkan orang lain dengan kelebihan-kelebihan tersebut.
Padahal kalau kita renungkan, siapa yang memberikan harta, kecerdasan, pangkat,
kesehatan, bentuk tubuh yang indah? Semua murni hanyalah nikmat dari Allah Ta’ala.
Jika Allah berkehendak, sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kelebihan-kelebihan
tersebut. Pada hakekatnya manusia tidak memiliki apa-apa, lantas mengapa dia
harus sombong terhadap orang lain? Wallahul musta’an.
Hukuman Pelaku Sombong di Dunia
Dalam sebuah hadist yang shahih dikisahkan
sebagai berikut ,
أَنَّ
رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشِمَالِهِ فَقَالَ
« كُلْ بِيَمِينِكَ ». قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ « لاَ اسْتَطَعْتَ ». مَا
مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.
“Ada seorang laki-laki makan di samping
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Orang
tersebut malah menjawab, “Aku tidak bisa.” Beliau bersabda, “Apakah kamu tidak
bisa?” -dia menolaknya karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai
ke mulutnya” (H.R. Muslim no. 3766).
Orang tersebut mendapat hukum di dunia
disebabkan perbuatannya menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia dihukum karena kesombongannya. Akhirnya dia tidak bisa mengangkat
tangan kanannya disebabkan sikap sombongnya terhadap perintah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Inilah di antara bentuk hukuman di dunia bagi
orang yang sombong.
Mengganti Sikap Sombong dengan Tawadhu’
Kebalikan dari sikap sombong adalah sikap
tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang
merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah
terangkan dalam firman-Nya,
وَعِبَادُ
الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ
قَالُوا سَلَامًا
“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah
orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan
rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)
Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَإِنَّ
اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى
أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
‘Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar
kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang
lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain” (HR
Muslim no. 2865).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak
ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah
kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’
(merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.”
(HR. Muslim no. 2588)
Sikap tawadhu’ inilah yang akan
mengangkat derajat seorang hamba, sebagaimana Allah berfirman,
دَرَجَاتٍ
الْعِلْمَ أُوتُوا وَالَّذِينَ مِنكُمْ آمَنُوا الَّذِينَ اللَّهُ يَرْفَعِ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat “
(QS. Al Mujadilah: 11).
Termasuk buah dari lmu yang paling agung adalah
sikap tawadhu’. Tawadhu’ adalah ketundukan secara total terhadap kebenaran, dan
tunduk terhadap perintah Allah dan rasul-Nya dengan melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan disertai sikap tawdahu’ terhadap manusia dengan bersikap
merenadahkan hati, memperhatikan mereka baik yang tua maupun muda, dan
memuliakan mereka. Kebalikannya adalah sikap sombong yaitu menolak kebenaran
dan rendahkan manusia. (Bahjatu Qulubil Abrar, hal 110)
Tidak Termasuk Kesombongan
Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
bahwa orang yang memiliki sikap sombong tidak akan masuk surga, ada sahabat
yang bertanya tentang orang yang suka memakai pakaian dan sandal yang bagus.
Dia khawatir hal itu termasuk kesombongan yang diancam dalam hadits. Maka
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam menerangkan bahwasanya hal itu tidak termasuk
kesombongan selama orang tersebut tunduk kepada kebenaran dan bersikap tawadhu’
kepada manusia. Bahkan hal itu termasuk bentuk keindahan yang dicintai oleh
Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Indah dalam dzat-Nya, nama-nama dan
sifat-sifat-Nya, serta perbuatan-Nya. Allah mencintai keindahan lahir dan
batin.( Bahjatu
Qulubil Abrar , hal 195)
Kesombongan yang Paling Buruk
Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Kesombongan
yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan
manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan
yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk
dirinya. Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan
menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi
dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia
selalu introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan
menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa yang menuntut
ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum
muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan merendahkan mereka, maka hal
ini merupakan kesombongan yang
paling besar. Tidak akan masuk surga orang yang di dalam
hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi). Laa
haula wa laa quwwata illaa billah.” (Al Kabaa’ir ma’a Syarh li Ibni al
‘Utsaimin hal. 75-76, cet. Daarul Kutub ‘Ilmiyah.)
Pembaca yang dirahmati oleh Allah, semoga Allah
Ta’ala
menjauhkan kita dari sikap sombong. dan memberikan kemudahan untuk beistiqamah
dalam kerendahan hati dan ketawadluan, Hanya kepada Allah lah kita memohon.
Wallahul Muwafiq
0 Comments:
Posting Komentar