Ketahuilah,
iman yang ada di dalam diri seorang hamba itu bisa bertambah dan bisa pula
berkurang atau bahkan hilang tanpa bekas dari diri seseorang. Al-Imam
Abdurrahman bin Amr Al-Auza'i rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan,
apakah bisa bertambah. Beliau menjawab: "Betul (bertambah), sampai seperti
gunung." Lalu beliau ditanya lagi: "Apakah bisa berkurang?" Beliau
menjawab: "Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun."
Demikian pula
Imam Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Ahmad bin Hambal rahimahullah pernah ditanya
tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau menjawab:
"Iman bertambah sampai puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak
bumi yang tujuh." Beliau juga menyatakan: "Iman itu (terdiri atas)
ucapan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang. Apabila engkau mengamalkan
kebajikan, maka iman akan bertambah, dan apabila engkau menyia-nyiakannya, maka
iman pun akan berkurang."
Nah, inilah
aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah itu, yakni meyakini bahwa sesungguhnya iman
seseorang itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Setelah kita tahu bahwa
ternyata iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, lalu apa yang harus
dilakukan oleh seorang mukmin untuk menjaga kualitas imannya? Al Imam Allamah
Abdurrahman bin Nashr As Sa'di rahimahullah mengatakan: "Seorang mukmin
yang diberi taufiq oleh Allah Ta'ala, dia senantiasa berusaha melakukan dua
hal: Pertama, memurnikan keimanan dan cabang-cabangnya, dengan cara mengilmui
dan mengamalkannya. Kedua, berusaha untuk menolak atau membentengi diri dari
bentuk-bentuk ujian (cobaan) yang tampak maupun tersembunyi yang dapat
menafikannya (menghilangkannya), membatalkannya atau mengikis keimanannya
itu." (At Taudhih wal Bayan lisy Syajarotil Iman, hal 38).
Saudaraku
muslimin, ketahuilah! Ada beberapa amalan yang insya Allah akan dapat
menyebabkan bertambahnya iman seseorang, di antaranya adalah:
Pertama: Membaca dan tadabbur (merenungkan atau
memikirkan isi kandungan) Al Quranul Karim. Orang yang membaca, mentadabburi
dan memperhatikan isi kandungan Al Quran akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan
yang menjadikan imannya kuat dan bertambah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan tentang orang-orang mukmin yang berbuat demikian: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman bereka, dan kepada Rabb mereka itulah mereka bertawakkal." (QS. Al Anfal [8]: 2)
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan tentang orang-orang mukmin yang berbuat demikian: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman bereka, dan kepada Rabb mereka itulah mereka bertawakkal." (QS. Al Anfal [8]: 2)
Al Imam Al
Ajurri rahimahullah berkata: "Barangsiapa mentadabburi Al Quran, dia akan
mengenal Rabb-nya Azza wa Jalla dan mengetahui keagungan, kekuasaan dan
qudrah-Nya serta ibadah yang diwajibkan atasnya. Maka dia senantiasa melakukan
setiap kewajiban dan menjauhi segala sesuatu yang tidak disukai maulanya (yakni
Allah Ta'ala)."
Kedua: Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat
Allah yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan
Allah secara mutlak dari berbagai segi. Bila seorang hamba mengenal Rabbnya
dengan pengetahuan yang hakiki, kemudian selamat dari jalan orang-orang yang
menyimpang, sungguh ia telah diberi taufiq dalam mendapatkan tambahan iman.
Karena seorang hamba bila mengenal Allah dengan jalan yang benar, dia termasuk
orang yang paling kuat imannya dan ketaatannya, kuat takutnya dan muroqobahnya
kepada Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala
berfirman: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya
adalah ulama." (QS. Fathir [35]: 28). Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan:
"Sesungguhnya hamba yang benar-benar takut kepada Allah adalah ulama yang
mengenal Allah." (Tafsir Ibnu Katsir 3/533).
Ketiga: Memperhatikan siroh atau perjalanan
hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni dengan mengamati,
memperhatikan dan mempelajari siroh beliau dan sifat-sifatnya yang baik serta
perangainya yang mulia.
Al Imam Ibnul
Qoyyim rahimahullah menjelaskan: "Dari sini kalian mengetahui sangat
pentingnya hamba untuk mengenal Rasul dan apa yang dibawanya, dan membenarkan
pada apa yang beliau kabarkan serta mentaati apa yang beliau perintahkan.
Karena tidak ada jalan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat
kecuali dengan tuntunannya. Tidak ada jalan untuk mengetahui baik dan buruk
secara mendetail kecuali darinya.Maka kalau seseorang memperhatikan sifat dan
akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Al Quran dan Al Hadits,
niscaya dia akan mendapatkan manfaat dengannya, yakni ketaatannya kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi kuat, dan bertambah cintanya kepada
beliau. Itu adalah tanda bertambahnya keimanan yang mewariskan mutaba'ah dan
amalan sholih."
Keempat: Mempraktekkan (mengamalkan)
kebaikan-kebaikan agama Islam. Ketahuilah, sesungguhnya ajaran Islam itu
semuanya baik, paling benar aqidahnya, paling terpuji akhlaknya, paling adil
hukum-hukumnya. Dari pandangan inilah Allah menghiasi keimanan di hati seorang
hamba dan membuatnya cinta kepada keimanan, sebagaimana Allah memenuhi
cinta-Nya kepada pilihan-Nya, yakni Nabiyullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam (lihat QS. Al Hujurat [49]: 7)
Maka iman di
hati seorang hamba adalah sesuatu yang sangat dicintai dan yang paling indah.
Oleh karena itu seorang hamba akan merasakan manisnya iman yang ada di hatinya,
sehingga dia akan menghiasi hatinya dengan pokok-pokok dan hakikat-hakikat
keimanan, dan menghiasi anggota badannya dengan amal-amal nyata (amal sholih). (At
Taudhih wal Bayan, hal 32-33)
Kelima: Membaca siroh atau perjalanan hidup
Salafush Shalih. Yang dimaksud Salafush Shalih di sini adalah para shahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orangyang mengikuti mereka
dengan baik (lihat QS. At Taubah [9]: 100). Barangsiapa membaca dan
memperhatikan perjalanan hidup mereka, akan mengetahui kebaikan-kebaikan
mereka, akhlak-akhlak yang agung, ittiba' mereka kepada Allah, perhatian mereka
kepada iman, rasa takut mereka dari dosa, kemaksiatan, riya' dan nifaq, juga
ketaatan mereka dan bersegera dalam kebaikan, kekuatan iman mereka dan kuatnya
ibadah mereka kepada Allah dan sebagainya.
Dengan
memperhatikan keadaan mereka, maka iman menjadi kuat dan timbul keinginan untuk
menyerupai mereka dalam segala hal. Sebagaimana ucapan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah : "Barangsiapa lebih serupa dengan mereka (para
shahabat Rasulullah), maka dia lebih sempurna imannya." (lihat Kitab Al
Ubudiyah, hal 94). Dan tentunya, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk golongan mereka.
Itulah beberapa
amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan bertambahnya keimanan. Adapun
hal-hal yang dapat melemahkan iman seseorang adalah sebaliknya, di antaranya:
Kebodohan terhadap syari'at Islam, lalai, lupa dan berpaling dari ketaatan,
melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa besar, mengikuti hawa nafsu dan sebagainya.
Mudah-mudahan
kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa diberi tambahan iman, dan
dijauhkan dari kelemahan dan kehinaan. Wallahul musta'an.
(Sumber: Majalah Salafy, edisi XVIII/Shafar/1418/1997)
(Sumber: Majalah Salafy, edisi XVIII/Shafar/1418/1997)
0 Comments:
Posting Komentar