وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ
اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ
ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
"Dan di antara manusia, ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya, sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman, amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui, ketika mereka melihat siksa (pada Hari
Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksa-Nya, (niscaya mereka menyesal)."
(QS.Al-Baqarah {2}:165)
Benarkah kita cinta kepada Allah swt? Apa bukti cinta kita kepada-Nya? Inginkah kita dicintai oleh Allah swt? Yakinkah Allah swt mencintai kita? Semua pertanyaan itu hanya mampu dijawab dengan kekuatan iman dan taqwa yang terpatri dalam diri kita. Apabila kita mencintai Allah swt, maka Allah swt pun akan mencintai kita. Dan apabila Allah telah mencintai kita maka apapun keinginan dan pengharapan kita akan dikabulkan-Nya dengan keputusan dan ketetapan terbaik-Nya.
Ikhwah Fillah, sungguh setiap orang pasti ingin
mendapatkan kecintaan Allah swt. Lalu bagaimanakah cara cara untuk mendapatkan
kecintaan tersebut. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk
mendapatkan maksud tadi dalam kitab beliau Madarijus Salikin.
Pertama, membaca Al Qur’an
dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa dilakukan sebagaimana
seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat
penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa
yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap
Al Qur’an, pen]
Kedua, mendekatkan diri kepada
Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang
wajib. Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia
yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar
menjadi seorang pecinta.
Ketiga, terus-menerus mengingat
Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan
keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan
keadaan dzikir kepada-Nya.
Keempat, lebih mendahulukan
kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia
dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan
kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.
Kelima, merenungi, memperhatikan
dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah. Begitu pula hatinya selalu
berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa
mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia
pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah
(yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka
dalam mengenal Allah telah terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah
tersebut).
Keenam, memperhatikan kebaikan,
nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir
maupun batin. Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.
Ketujuh, -inilah yang begitu
istimewa- yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala
melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di
dalamnya.
Kedelapan, menyendiri dengan
Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir
untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an).
Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.
Kesembilan, duduk bersama
orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin. Kemudian memetik
perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian dia pun
tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui
bahwa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi
orang lain.
Kesepuluh, menjauhi segala sebab
yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala.
Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan
Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung
dan setiap nafasnya.
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kunci untuk
mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata
hati.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush
sholihaat. Wa shallalahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa
sallam.
www.buyahaerudin.com
0 Comments:
Posting Komentar