وَاْلأَمْن
ُوَاْلإِيَاسُ يَنْقُلاَنِ عَنْ مِلَّةِ اْلإِسْلاَمِ، وَسَبِيْلُ الْحَقِّ
بَيْنَهُمَا لِأَهْلِ الْقِبْلَةِ

Raja`
yang benar akan mendorong seorang hamba untuk taat kepada Allah swt,
melaksanakan berbagai perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya demi
mengharapkan ridha dan surga-Nya. Jika ada orang yang mengaku memiliki raja`
tetapi ia tidak taat kepada Allah swt, tidak melaksanakan perintah-Nya dan
tidak pula meninggalkan larangan-Nya dengan alasan Allah swt Maha Pengampun dan
Maha Pemurah, sungguh raja` yang dimilikinya telah berlebihan. Raja` yang
berlebihan atau dalam matan di atas disebut amn: merasa aman dari ancaman dan
azab Allah swt. Raja` yang berlebihan sangat berbahaya, dapat mengakibatkan
seseorang keluar dari millah Islam. Yakni apabila seseorang menyangka akan
diampuni dan dirahmati oleh Allah swt atas segala kemaksiatan yang
dilakukannya. Allah swt berfirman, “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah
swt (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah swt
kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 99)
Sama
halnya dengan raja`, khauf yang berlebihan atau dalam matan di atas disebut
ya`s: berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah swt juga berbahaya dan dapat
mengakibatkan seseorang keluar dari millah Islam. Yaitu ketika seorang berputus
asa dari rahmat Allah swt, merasa dan yakin dosa-dosanya tidak akan diampuni
oleh Allah swt, sehingga selama di dunia dia memilih untuk berbuat semaunya.
Dia berpikir, daripada di dunia sengsara dan di akhirat masuk neraka, lebih
baik bisa menikmati kehidupan fana di dunia meskipun di akhirat telah ditunggu
oleh neraka. Allah swt berfirman, “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah
swt. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah swt hanyalah orang-orang
yang kafir.” (Yusuf: 87)
Komposisi
Ideal
Ketika
seorang mukmin berbuat dosa, pastilah ada khauf yang menyertainya.
Kemudian ia akan bertaubat. Sedangkan jika ia beramal shalih, semestinyalah
disertai dengan raja`. Banyak sekali orang yang keliru. Mereka memosisikan
raja` tidak pada tempatnya. Mereka berharap tetapi tetap berada dalam
kemaksiatan. Mereka berkata, “Sesungguhnya Allah swt Maha luas ampunannya. Dia
Maha Pengasih dan Maha Pengampun.” Ini bukan raja`. Ini adalah ghurur,
tertipu.
Harits al-Muhasibiy memberikan perumpamaan untuk mereka yang keliru ini. “Mereka seperti budak yang diiming-imingi uang 1000 dirham dan rumah tempat tinggal jika melaksanakan semua perintahnya dan akan dipenjara dan dicambuk 1000 kali jika tidak melakukannya. Maka budak itu tidak mengindahkan perintah tuannya seraya berkata, ‘Sesungguhnya tuanku mencintaiku dan akan memberiku apa yang dijanjikannya.’ Dia menghadap tuannya dengan impian palsunya. Maka tuannya pun memenjarakannya, mencambuknya, dan tidak memberinya apa-apa.”
Sebenarnyalah raja` yang benar menuntut khauf yang lurus dan begitu pula sebaliknya. Jika seseorang berharap mendapatkan ridha Allah swt dan surga-Nya, mestinya ia takut kepada azab dan siksa-Nya. Apa yang diharapkan dan dikhawatirkannya itu bisa diraihnya dengan mendekatkan diri dan taat kepada-Nya.
Keadaan yang ideal adalah keseimbangan antara raja` dan khauf di bawah kuasa cinta. Cinta laksana binatang tunggangan, raja` adalah cemetinya dan khauf adalah pengendaranya. Allah swt—dengan karunia dan kemurahan-Nya—yang akan menyampaikan kepada harapan.
Harits al-Muhasibiy memberikan perumpamaan untuk mereka yang keliru ini. “Mereka seperti budak yang diiming-imingi uang 1000 dirham dan rumah tempat tinggal jika melaksanakan semua perintahnya dan akan dipenjara dan dicambuk 1000 kali jika tidak melakukannya. Maka budak itu tidak mengindahkan perintah tuannya seraya berkata, ‘Sesungguhnya tuanku mencintaiku dan akan memberiku apa yang dijanjikannya.’ Dia menghadap tuannya dengan impian palsunya. Maka tuannya pun memenjarakannya, mencambuknya, dan tidak memberinya apa-apa.”
Sebenarnyalah raja` yang benar menuntut khauf yang lurus dan begitu pula sebaliknya. Jika seseorang berharap mendapatkan ridha Allah swt dan surga-Nya, mestinya ia takut kepada azab dan siksa-Nya. Apa yang diharapkan dan dikhawatirkannya itu bisa diraihnya dengan mendekatkan diri dan taat kepada-Nya.
Keadaan yang ideal adalah keseimbangan antara raja` dan khauf di bawah kuasa cinta. Cinta laksana binatang tunggangan, raja` adalah cemetinya dan khauf adalah pengendaranya. Allah swt—dengan karunia dan kemurahan-Nya—yang akan menyampaikan kepada harapan.
Jika
kesulitan, para salaf lebih suka sayap khauf lebih kuat daripada sayap raja`
pada hari-hari biasa. Sedangkan pada saat hendak meninggalkan dunia fana untuk
selamanya, sayap raja` mesti lebih dikuatkan daripada sayap khauf.
Ini menurut Abu Sulaiman ad-Daraniy. Dia berkata, “Seyogianya khauf lebih
menguasai hati seseorang. Jika raja` yang menguasainya, rusaklah hatinya.”
Rasulullah SAW bersabda,
Rasulullah SAW bersabda,
لاَ
يَمُوْتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِرَبِّهِ
“Jangan
sampai salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali berbaik sangka kepada
Rabb-nya.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Raja` bukan tamanni (harapan kosong). Tamanni
disertai kemalasan, sedangkan raja` disertai dengan kesungguhan. Oleh
karena itulah orang-orang arif sepakat, raja` tidak benar kecuali
didahului oleh amal.
Ahmad bin ‘Ashim ditanya, “Apakah pertanda seseorang itu memiliki raja` yang benar?” Beliau menjawab, “Apabila ia diliputi kebaikan, ia diberi ilham untuk bersyukur, mengharapkan kesempurnaan nikmat Allah swt di dunia dan di akhirat serta kesempurnaan maafnya di akhirat.”
Ahmad bin ‘Ashim ditanya, “Apakah pertanda seseorang itu memiliki raja` yang benar?” Beliau menjawab, “Apabila ia diliputi kebaikan, ia diberi ilham untuk bersyukur, mengharapkan kesempurnaan nikmat Allah swt di dunia dan di akhirat serta kesempurnaan maafnya di akhirat.”
Atsar
tentang khauf yang lurus
Khauf
yang akan mengantarkan seseorang
kepada kebaikan adalah khauf yang diikuti dengan pengakuan dosa. Abu Sulaiman ad-Daraniy berkata, “Apabila
khauf meninggalkan hati, binasalah ia.” Ibrahim
bin Sufyan berkata, “Jika khauf bertahta di hati, ia akan membakar
tempat-tempat yang didiami oleh syahwat padanya dan akan mengusir dunia
darinya.”
Dzunnun
berkata, “Manusia tetap berada di jalan yang benar selama khauf tidak
meninggalkannya. Jika khauf pergi, ia pun tersesat jalan.” Khauf
yang terpuji dan benar adalah khauf yang menghalangi seseorang dari
berbagai perkara yang diharamkan oleh Allah swt. Ibnu Taymiyah berkata, “Khauf
yang terpuji adalah khauf yang menghalangimu dari berbagai perkara yang
diharamkan oleh Allah swt.”
Awal khauf adalah takut jika dikenai sangsi atau hukuman. Ini adalah khauf yang membuat iman jadi benar. Khauf yang lurus hadir karena membenarkan ancaman Allah swt, ingat akan dosa jika ia melakukan kemaksiatan, dan mewaspadai akibat yang akan dipetik, membayangkannya di depan mata dan tidak pernah lalai darinya.
Khauf terkait dengan dua perkara: sesuatu yang dikhawatirkan kejadiannya dan segala perkara yang menyebabkan hal buruk akan terjadi. Sekadar apa rasa takut seseorang terhadap perkara yang menjadi faktor hadirnya perkara yang ditakuti, sekadar itu pulalah khaufnya. Seseorang yang tidak percaya dan tidak yakin bahwa faktor suatu perkara benar-benar dapat mengantarkannya kepada perkara yang dikhawatirkannya, ia tidak akan takut kepadanya.
Awal khauf adalah takut jika dikenai sangsi atau hukuman. Ini adalah khauf yang membuat iman jadi benar. Khauf yang lurus hadir karena membenarkan ancaman Allah swt, ingat akan dosa jika ia melakukan kemaksiatan, dan mewaspadai akibat yang akan dipetik, membayangkannya di depan mata dan tidak pernah lalai darinya.
Khauf terkait dengan dua perkara: sesuatu yang dikhawatirkan kejadiannya dan segala perkara yang menyebabkan hal buruk akan terjadi. Sekadar apa rasa takut seseorang terhadap perkara yang menjadi faktor hadirnya perkara yang ditakuti, sekadar itu pulalah khaufnya. Seseorang yang tidak percaya dan tidak yakin bahwa faktor suatu perkara benar-benar dapat mengantarkannya kepada perkara yang dikhawatirkannya, ia tidak akan takut kepadanya.
Buah sinergi
raja` dan khauf
Raja` yang benar dan khauf yang lurus akan
bersinergi dan menghasilkan buah yang baik. Di antara buah sinergi keduanya
adalah:
1.
Terejawantahkannya ubudiyah dan kefakiran seorang hamba kepada Allah
swt. Dengan raja` dan khauf yang ada, seseorang akan selalu memohon kebaikan Allah
swt dan berharap supaya dijauhkan dari siksa-Nya.
2.
Seseorang yang memiliki keseimbangan raja` dan khauf tak akan pernah
meninggalkan doa kepada Allah swt. Sebab dia tahu, hanya Allah swt yang akan
mengabulkan permohonannya dan menghindarkannya dari segala marabahaya yang
ditakutkannya; marabahaya di dunia dan di akhirat. Dengan senantiasa berdoa, ia
akan terhindar dari murka Allah swt. Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa
yang tidak meminta kepada Allah swt, Dia akan murka kepada-Nya.” (HR. Ahmad,
at-Tirmidzi, dan al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad).
3.
Raja` akan mengantarkan kepada cinta. Ketika seseorang mendapati Allah
swt mengabulkan permintaan-Nya, mestinya ia akan bertambah cinta, syukur, dan
ridha kepada Allah swt.
4.
Cinta tak terpisahkan dari raja`. Demikian pula sebaliknya. Khauf
dan raja yang benar pun demikian adanya.
5.
Raja` dan khauf akan membuat seseorang dekat dengan Allah swt. Ketika
dia mengharap sesuatu dan menunggu jawaban dari Allah swt, dia akan selalu
teringat Allah swt. Begitu pula saat ia mengkhawatirkan sesuatu, ia akan ingat Allah
swt dan memohon kepada-Nya supaya dijauhkan darinya.
6.
Seseorang yang digerakkan oleh cinta-Nya, khauf akan selalu
mengingatkannya, dan raja` akan menjadi pendorongnya.
7.
Seseorang yang tahu nilai dan harga sesuatu yang akan diraihnya, pasti
pengorbanan yang tak seberapa akan terasa ringan baginya.
Semoga Allah swt memberikan karunia keseimbangan raja` dan khauf kepada kita semua. Amin.
Semoga Allah swt memberikan karunia keseimbangan raja` dan khauf kepada kita semua. Amin.
(Sumber Bacaan: Majalah Islam Ar-Risalah, Edisi Juni 2010 M/Jumadil Akhir 1431 H)
0 Comments:
Posting Komentar