
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr. 9)
Keberadaan Al-Quran sendiri jelas tidak
bisa dipisahkan dari momen sejarah awal pembukuannya. Meskipun sudah banyak literature-literatur
islam yang mengupas tentang Al-Quran tapi masih banyak saja yang bertanya
bagaimana sejarah pembukuan Al-Quran itu sendiri. Oleh karena itu penulis
merangkum dan menghimpun pembahasan terkait yang diambil dari beberapa sumber.
1.
Sejarah Pembukuan Mushaf AI Qur'an pada Masa Rasulullah
Kita
telah mengetahui Al-Qur'an itu diturunkan secara berangsur-angsur. Rasulullah
menerima A1-Qur'an melalui malaikat Jibril kemudian beliau ,membacakan serta.
mendiktekannya kepada para sahabat yang mendengarkannya.
Pada
priode pertama sejarah pembukuan Al-Qur'an dapat dikatakan bahwa setiap ayat
yang diturunkan kepada Rasulullah selain beliau hafal sendiri juga dihafal dan
dicatat oleh para sahabat. Dengan cara tersebut Al-Qur'an
terpelihara di dalam dada dan ingatan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Qiyamah 17 :
Artinya
:
Sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai,) membacanya.
Ayat
di atas memebrikan petunjuk kepada kita bahwa al-qur’an itu dijamin
kemurniannya dan terpelihara serta terkumpul dengan baik sejak saat turunnya
sampai sekarang ini. Pengumpulan ayat Al-Qur’an ini dibantu oleh
para sahabat, setiap ayat turun langsung dicatat pada plepah kurma, kulit
binatang, bahkan pada tulang-belulang hewan. Kelompok pencatat Al-Qur’an
ini cukup banyak, sebagaimana diriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi :
Artinya
:
Ambillah
(pelajarilah) Al-Qur’an itu dari tempat orang (sahabatku): Abdullah ibnu
Mas’ud, Salim, Muadz ibnu Jabal dan Ubay bin Kaab. (H.R Bukhari).
Tugas
mencatat wahyu itu telah selesai semuanya menjelang wafatnya Rasulullah SAW.
Semua naskah yang berserakan itu telah terkumpul dan terpelihara dengan baik,
akan tetapi belum disusun dalam satu mushaf.
2.
Pembukuan Al-Qur’an masa Khulafaur Rasyidin
1. Periode Abu Bakar r.a
Ketika rasullulah wafat dan kekholifaaan jatuh
ketangan Abu Bakar, banyak dari kalangan orang islam kembali kepada kekhafiran
dan kemurtatan, dengan jiwa kepemimpinannya umar mengirim pasukan untuk
memerangi. Tragedi ini dinamakan perang Yamamah (12 H),yang menewaskan
sekitar 70 para Qori’dan Hufadz. dari sekian banyaknya para hufadz yang gugur,
umar khawatir Al-Qur’an akan punah dan tidak akan terjaga, kemudian umar
menyusulkan kepada Abu Bakar yang saat itu menjadi khalifah untuk membukukan
Al-Qur’an yang masih berserakan kedalam satu mushaf, pada awalnya Abu Bakar
menolak dikarenakan hal itu tidak dilakukan pada masa rasulullah, dengan penuh
keyakinan dan semangatnya untuk melestarikan Al-Qur’an umar berkata kepada Abu
Bakar “ Demi allah ini adalah baik” dengan terbukanya hati Abu Bakar akhirnya
usulan Umar diterima. Abu Bakar menyerahkan urusan tersebut kepada Zaid Bin
Tsabit . Pada awalnya Zaid bin Tsabit menolaknya dikarenakan pembukuan
Al-Qur’an tidak pernah dilakukan pada masa rasulullah sebagaimna Abu Bakar
menolaknya. Zaid bin Tsabit dengan kecerdasannya mengumpulkan Al-Qur’an dengan
berpegang teguh terhadap para Hufadz yang masih tersisa dan tulisan-tulisan
yang tadinya ditulis oleh Zaid atas perintah rasullullah. Zaid sangat hati-hati
didalam penulisannya, karena al-Qur’an merupakan sumber pokok ajaran islam.
Yang kemudian Zaid menyerahkan hasil penyusunannya kepada Abu Bakar, dan beliau
menyimpannya sampai wafat. Yang kemudian dipegang oleh umar Bin Khattab sebagai
gantinya kekhalifaan.
2. Periode Umar Bin Khattab
Pada masa masa Umar Bin Khattab tidak terjadi
penyusunan dan permasalahan apapun tentang Al-Qur’an karena al-Qur’an dianggap
sudah menjadi kesepakatan dan tidak ada perselisihan dari kalangan sahabat dan
para tabi’in. dimasa kekhalifaan umar lebih konsen terhadap perluasan wilayah,
sehingga ia wafat. Yang selanjutnya kekhalifaan jatuh ketangan Ustman bin
Affan.
3. Periode Ustman Bin Affan
Semakin banyaknya negara yang ditaklukkan oleh
Umar Bin Khattab, semakin beraneragamlah pula pemeluk agama islam, disekian
banyaknya pemeluk agama islam mengakibatkan perbedaan tentang Qiro’ah antara
suku yang satu dengan yang lain, masing-masing suku mengklaim Qiro’ah
dirinyalah yang paling benar. Perbedaan Qiro’ah tersebut terjadi disebabkan
kelonggaran-kelonggaran yang diberikan Nabi kepada Kabilah-kabilah Arab dalam
membaca Al-Qur’an menurut dialeknya masing-masing. Hufaidzah bin Yaman yang
pernah ikut perang melawan syam bagian Armenia bersamaan Azabaijan bersama
penduduk Iraq. Telah melihaT perbedaan tentang Qiro’ah tersebut. Setelah pulang
dari peperangan. Hufaidzah menceritakan adanya perbedaan qiro’ah kepada Ustman
Bin Affan, sekaligus ia mengusulkan untuk segera menindak perbedaan dan membuat
kebijakan, dikhawatirkan akan terjadi perpecahan dikalangan ummat islam tentang
kitab suci, seperti perbedaan yang terjadi dikalangan orang yahudi dan Nasrani
yang mempermasalahkan perbedaan antara kitab injil dan taurat. Selanjutnya
Ustman Bin Affan membentuk lajnah (panitia)
yang dipimpin oleh Zaid Bin Harist dengan anggotanya Abdullah bin Zubair. Said
ibnu Ash dan Abdurahman bin Harits.
Ustman Bin
Affan memerintahkan kepada Zaid untuk mengambil Mushaf yang berada dirumah
Hafsah dan menyeragamkan bacaan dengan satu dialek yakni dialek Qurays, mushaf
yang asli dikembalikan lagi ke hafsah. Ustman Bin Affan menyuruh Zaid untuk
memperbanyak mushaf yang diperbaruhi menjadi 6 mushaf, yang lima dikirimkan
kewilayah islam seperti Mekkah, Kuffah, Basrah dan Suria, yang satu tersisa
disimpan sendiri oleh Ustaman dirumahnya. Mushaf ini dinamai Al-Imam yang lebih
dikenal mushaf Ustmani, demikian terbentuknya mushaf ustmani dikarenakan adanya
pembaruan mushaf pada masa ustmani.
Kesimpulan
Pada masa rasulullah Al-Qur’an hanya berupa
hafalan-hafalan yang berada dalam benak dan dada para sahabat dan tulisan
dilempeng-lempeng batu, pelepah kurma dan pada keping-keping tulang, pada masa itu Al-Qur’an masih berserakan belum ada pembukuan
al-Qur’an dalam satu mushaf, atas usulan Umar pada Masa Abu Bakar mulailah
terbentuk pembukuan Al-Qur’an, yang dipicu oleh banyak para Qori’ dan hufadz
yang gugur pada peperangan Yamamah ( melawan orang yang murtad dari islam ),
dikawatirkan Al-Qur’an akan punah. Pada masa Umar Bin Khattab tidak terjadi
permasalahan dengan Al-Qur’an, karena pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab
lebih berorientasi terhadap perluasan wilayah. Masa Ustman terjadi perubahan
Mushaf Al-Qur’an karena adanya perbedaan antar suku, atas usulan hufaidazh
ustman menyeragamkan pembacaan Al-Qur’an dengan dialek Qurays, yang kemudian
Mushaf tersebut disebut Al-Imam yang lebih dikenal dengan mushaf Ustmani.
Semoga setelah kita mengetahui sejarah
pembukuan Al-Quran bisa menambah keimana kita terhadapnya dengan lebih rajin
membaca, mengkaji, memahami serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Dan mudah-mudahan Al-Quran senantiasa akan menjadi imam kita dalam mengarungi
setiap langkah kehidupan ini. Aamiin ya Rabbal`alamin..
Sumber:
0 Comments:
Posting Komentar