Menyelami dalamnya lautan ilmu Islam hingga nampak cahaya dan terasa indah dalam sukma

Fi`il Mudhari` Marfu`

Fi`il Mudhari` Manshub

Kebodohan Terhadap Agama

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya makalah yang merupakan Tugas Hari Raya(THR) mata pelajaran AlQuran Hadits dengan judul “Kejahilan Terhadap Agama”.
Saya ucapkan pula terima kasih kepada guru pengampu mata pelajaran Al-Quran Hadits, Ustad Budi Yahya Haerudin (Ustad Buya), yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada saya, sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah yang telah saya susun ini berisi tentang seluk-beluk kejahilan-kejahilan atau kebodohan umat terhadap agamanya sendiri. Islam sebagai agama yang sempurna, memperhatikan banyak aspek kehidupan. Hal ini pula ditenkankan pada pendalaman-pendalaman faedah islam pada jati diri umat muslim di dunia. Kebodohan sesungguhnya bukan sifat yang selalu melekat pada manusia dalam setiap kondisinya. Tetapi ada bentuk kebodohan yang melekat pada manusia sebagai akibat dari perbuatannya sendiri yaitu kelalaian. Dalam upaya menghilangkan kebodohan tersebut maka dibutuhkannya sebuah cahaya pembenaran, yaitu sebuah pengetahuan.   
          
Akhirnya saya selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga makalah ini bisa mencapai pada tingkat yang lebih baik. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Gorontalo, 1 Agustus 2013


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
2.    Rumusan Masalah 
3.    Tujuan Penulisan 
BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengartian Agama Islam dan Ruang Lingkupnya
a.    Pengertian Agama Islam
b.    Ruang Lingkup Ajaran Islam
2.    Kebodohan dalam Beragama 
3.    Bentuk-bentuk Kebodohan 
a.    Kebodohan Terhadap Manhaj Salaf
b.    Kebodohan terhadap posisi akal sehat dalam agama
c.    Kebodohan terhadap petunjuk dalil
d.   Kebodohan terhadap maqashid syariah
e.    Kebodohan terhadap kebodohan diri
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang
Kebodohan termasuk sebab kesesatan yang paling besar, tidak sebatas sesat diri namun menyesatkan orang lain. Bahaya kebodohan, lebih-lebih pada seseorang yang diikuti, dipaparkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Abdullah bin Amru berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِماً اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوساً جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضّلُّوا
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari manusia secara langsung, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika Dia tidak menyisakan seorang ulama, orang-orang mengangkat para pemimpin yang bodoh, mereka ditanya lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, akibatnya mereka sesat dan menyesatkan.” (Muttafaq alaihi, al-Bukhari dan Muslim).
Untuk itu, perlu adanya penjabaran tentang Bentuk-bentuk kebodohan dalam agama yang berbahaya.
2.   Rumusan Masalah
a.       Pengertian Agama Islam dan ruang lingkupnya.
b.      Kebodohan dalam beragama.
c.       Bentuk-bentuk kebodohan.

3.   Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui pengertian Agama Islam dan ruang lingkupnya.
b.      Untuk memahami kebodohan dalam beragama.
c.       Untuk mengetahui bentuk-bentuk kebodohan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA
a.  Pengertian Agama Islam
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam.
Allah ta’ala berfirman,
الْخَاسِرِينَ وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ  
“Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)
Allah ta’ala mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beragama demi Allah dengan memeluk agama ini. Allah berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
 “Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah bagi kalian semua, Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, Dia lah yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya seorang Nabi yang ummi (buta huruf) yang telah beriman kepada Allah serta kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kalian mendapatkan hidayah.” (QS. Al A’raaf: 158)
Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda yang artinya, “Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangannya. Tidaklah ada seorang manusia dari umat ini yang mendengar kenabianku, baik yang beragama Yahudi maupun Nasrani lantas dia meninggal dalam keadaan tidak mau beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia pasti termasuk salah seorang penghuni neraka.”
Hakikat beriman kepada Nabi adalah dengan cara membenarkan apa yang beliau bawa dengan disertai sikap menerima dan patuh, bukan sekedar pembenaran saja. Oleh sebab itulah maka Abu Thalib tidak bisa dianggap sebagai orang yang beriman terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun dia membenarkan ajaran yang beliau bawa, bahkan dia berani bersaksi bahwasanya Islam adalah agama yang terbaik.
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat manapun. Allah ta’ala berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً
“Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai pembenar kitab-kitab yang terdahulu serta batu ujian atasnya.” (QS. Al Maa’idah: 48)
Maksud dari pernyataan Islam itu cocok diterapkan di setiap masa, tempat dan masyarakat adalah dengan berpegang teguh dengannya tidak akan pernah bertentangan dengan kebaikan umat tersebut di masa kapan pun dan di tempat manapun. Bahkan dengan Islamlah keadaan umat itu akan menjadi baik. Akan tetapi bukanlah yang dimaksud dengan pernyataan Islam itu cocok bagi setiap masa, tempat dan masyarakat adalah Islam tunduk kepada kemauan setiap masa, tempat dan masyarakat, sebagaimana yang diinginkan oleh sebagian orang.
Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah mendapatkan jaminan pertolongan dan kemenangan dari Allah ta’ala bagi siapa saja yang berpegang teguh dengannya dengan sebenar-benarnya. Allah ta’ala berfirman,
“Dia lah Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk dan Agama yang benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama-agama yang ada, meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (QS. Ash Shaff: 9)

Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum. Islam adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun syariat-syariat yang diajarkannya:
1.    Islam memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta’ala dan melarang kesyirikan.
2.    Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
3.    Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
4.    Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
5.    Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
6.    Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang perbuatan durhaka kepada mereka.
7.    Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang terputus) dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan silaturahim.
8.    Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang bersikap buruk kepada mereka.
Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal salih dan melarang segala amal yang jelek. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ

ونَ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُ
 
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah kepada sanak kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)

b. Ruang Lingkup Ajaran Islam
Ruang lingkup ajaran islam meliputi tiga bidang yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak.
1)    Aqidah
Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya ialah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir dan kepada qada’dan qadar.
2)      Syari’ah
Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah Saw.
Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari 
·  Munakahat (perkawinan), termasuk di dalamnya soal harta waris (faraidh) dan wasiat
·  Tijarah (hukum niaga) termasuk di dalamnya soal sewa-menyewa, utang-piutang, wakaf.
·  Hudud dan jinayat keduanya merupakan hukum pidana islam
Hudud ialah hukum bagi tindak kejahatan zina, tuduhan zina, merampok, mencuri dan minum-minuman keras. Sedangkan jinayat adalah hukum bagi tindakan kejahatan pembunuhan, melukai orang, memotong anggota, dan menghilangkan manfaat badan, dalam tinayat berlaku qishas yaitu “hukum balas”
·   Khilafat (pemerintahan/politik islam)
·  Jihad (perang), termasuk juga soal ghanimah (harta rampasan perang) dan tawanan).
·  Akhlak/etika
Akhlak adalah berasal dari bahasa Arab jamat dari “khuluq” yang artinya perangai atau tabiat. Sesuai dengan arti bahasa ini, maka akhlak adalah bagian ajaran islam yang mengatur tingkahlaku perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran”.
Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan, kepada nabi/rasul, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada tetangga, kepada sesama muslim, kepada non muslim.
Dalam Islam selain akhlak dikenal juga istilah etika. Etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Amin, 1975 : 3).
Jadi, etika adalah perbuatan baik yang timbul dari orang yang melakukannya  dengan sengaja dan berdasarkan kesadarannya sendiri serta dalam melakukan perbuatan itu dia tau bahwa itu termasuk perbuatan baik atau buruk.
Etika harus dibiasakan sejak dini, seperti anak kecil ketika makan dan minum dibiasakan bagaimana etika makan atau etika minum, pembiasaan etika makan dan minum sejak kecil akan berdampak setelah dewasa. Sama halnya dengan etika berpakaian, anak perempuan dibiasakan menggunakan berpakaian berciri  khas perempuan seperti jilbab sedangkan laki-laki memakai kopya dan sebagainya. Islam sangat memperhatikan etika berpakai sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Ahsab di atas.

2. KEBODOHAN dalam BERAGAMA
Bentuk kemiskinan ada dua macam, yaitu miskin iman dan miskin material. Demikian pula kebodohan ada dua macam, yaitu  kebodohan dalam beragama dan kebodohan dalam hal dunia. Dua masalah ini memiliki hubungan konotasi yang sangat erat, kemiskinan bisa menimbulkan kebodohan sebaliknya kebodohan bisa menyebabkan kemiskinan.
Allah mengutus Rasullah shalallahu ’alaihi wasalam untuk menupas kebodohan dalam beragama terlebih khusus dalam masalah keyakinan. Karena keyakinan sangat menentukan seseorang tersebut dalam menjalankan tugasnya di dunia sebagai khalifah di muka bumi ini.

Orang-orang Quraisy disebut sebagai orang jahiliyah, bukan karena bodoh dalam hal ekonomi, tetapi karena bodoh dalam beragama.
Allah menyebutkan dalam surat al Quraisy mereka telah memiliki sistem perdangan lintas negara yaitu syam dan Yaman.

  لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4) [قريش/1-4]

”Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy: 1-4)
Sabda Rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam:

((فوالله لا الفقر أخشى عليكم ولكن أخشى عليكم أن تبسط عليكم الدنيا كما بسطت على من كان قبلكم فتنافسوها كما تنافسوها وتهلككم كما أهلكتهم)) متفق عليه.
عن عائشة رضي الله عنها : أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقول ((اللهم إني أعوذ بك من شر فتنة الغنى وأعوذ بك من فتنة الفقر)). متفق عليه.
Diantara sebab kemiskinan material adalah kemiskinan dalam keimanan, sebagaimana Allah berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [الأعراف/96]

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا [الطلاق/2، 3]
”…Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا [الطلاق/4]

”Darang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 4)

Kebodohan dalam beragama bisa menyebabkan kemiskinan dibawah ini beberapa contoh:
1.    Perayaan pembuangan sesajian dengan biaya yang cukup lumayan besar.
2.    Pelaksanaan tahlilan bagi seseorang yang meninggal.
3.    Biaya operasional untuk penupasan berpagai penyakit masyarakat seperti narkoba, judi dan pergaulan bebas.
4.    Biaya pembelian rokok dan subsidi pengaobatannya.
5.    Aliran dan pemahaman sesat yang memfaatkan untuk mengeruk keuntungan duniawi.
Diantara sebab kemiskinan yang lain adalah sifat malas dan lemahnya sifat tawaakal dalam tubuh kita, sebagaimana dalam sabda rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam :

عن عمر يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول (لو أنكم توكلتم على الله حق توكله. لرزقكم كما يرزق الطير . تغدثو خماصا وتروح بطانا( رواه الترمذي وابن ماجه وقال الترمذي: هذا حديث حسن صحيح.
Dalam hal menupas kebodohan dalam Islam, ayat yang pertama sekali diturunkan Allah memerintahkan untuk belajar dan menuntut ilmu:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5) [العلق/1-5]
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-’Alaq: 1-5)
·       Allah mengangkat orang-orang yang berilmu sebagai saksi bahwa tiada yang berhak diibadati kecuali Allah semata.
Allah swt memuji orang-orang berilmu dalam firmanNya yang mulia:

{شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِماً بِالْقِسْطِ} (آل عمران: 18)
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)
·       Mencari ilmu yang bermamfat adalah perintah Allah kepada Nabi yang paling mulia dan penghulu segala rasul, yaitu Nabi kita Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana Allah perintahkan Nabi kita Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam untuk selalu berdo’a supaya ilmunya ditambah Allah, disebutkan Allah dalam firmanNya yang mulia;

 {وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْماً} (طـه: 114)
“Katakanlah (wahai Muhammad): Ya tuhanku !, tambahlah ilmuku”.
·       Allah memuji Orang yang berilmu, bahwa mereka adalah hamba yang paling takut kepada Allah.
Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah yang mulia ;

{إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ} (فاطر: 28)
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya adalah para ulama”.
·       Allah mengangkat derajat orong-orang yang berilmu di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam firmanNya.

{ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ}(المجادلة: 11)
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang diberi ilmu (diangkat lagi) beberapa derajat”.

Keutamaan ilmu dalam As Sunnah
Banyak hadits-hadits yang menerangkan tentang keutamaan ilmu, namun dalam tulisan singkat ini kita sebutkan beberapa hadits saja.
Dinyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu darda’ Ra. Ia berkata; aku mendengar Rasulullahsallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((من سلك طريقا يبتغي فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة وإن الملائكة لتضع  أجنحتها رضاء لطالب العلم وإن العالم ليستغفر له من في السماوات ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء وإن فضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب إن العلماء ورثة الأنبياء إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر)).
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah telah membentangkan baginya jalan kesurga, sesungguhnya para malaikat meletakan sayap-sayap mereka (dengan) penuh keredhaan bagi penuntut ilmu, sesungguhnya penghuni langit dan bumi sekalipun ikan dalam air memohon ampunan untuk seorang alim, sesungguhnya keutamaan seorang alim diatas seorang ahli ibadah seperti keutaman (cahaya) bulan purnama atas (cahaya) bintang-bintang, sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi tidak mewariskan emas dan perak, tetapi mereka mewariskan ilmu, barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mendapat bagian yang cukup banyak”. (Hadits hasan lihgairihi, dirwayatkan oleh; At Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Majah, dll).
·       Ilmu adalah salah satu amalan yang tidak terputus pahalanya, sekalipun tulang belulang pemiliknya telah hancur ditelan tanah namun pahala ilmunya yang diajarkannya tetap mengalir.
Sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya;

((إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاثة ؛ إلا من صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له)).
“Apabila anak adam meninggal terputuslah segala amalannya, kecuali tiga bentuk; sadaqah jariyah, ilmu yang bermamfaat, dan do’a anak yang sholeh”. (H. R Muslim).

·       Ilmu adalah pintu untuk segala kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini:

(( من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين))
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk kebaikan, Allah (berikan) pemahaman kepanya dalam agama”. (H.R Bukhari dan Muslim).


3. BENTUK-BENTUK KEBODOHAN dalam BERAGAMA
a.   Kebodohan terhadap manhaj salaf
Manhaj beragama yang benar adalah manhaj salaf, berdasarkan sanjungan Allah Ta’ala kepada mereka dalam beberapa ayat dan tazkiyah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada mereka, di tambah bukti historis yang menunjukkan bahwa kehidupan agama dan dunia mereka adalah yang terbaik, karena kebenaran cara beragama mereka. Pada saat generasi berikut atau orang-orang yang hadir sesudah mereka, mengikuti jejak mereka, maka generasi tersebut selalu berjalan di atas jalan kebenaran, namun tatkala mereka mulai meninggalkannya dan mengambil cara-cara beragama lainnya, kehidupan beragama dan dunia mereka mengalami kemunduran dan perpecahan. Generasi berikut tidak mengikuti jalan salaf shalih disebabkan, salah satunya, oleh kebodohan mereka terhadap manhaj ini.
b.  Kebodohan terhadap posisi akal sehat dalam agama
Benar, akal mempunyai nilai urgensi sendiri dalam Islam, di mana ia merupakan manath taklif, salah satu syarat pembebanan, tanpanya tidak ada pembebanan syariat, namun hal ini tidak berarti bahwa akal bisa melancangi wahyu, karena keterbatasannya dan keunggulan wahyu, dari sini bila ada dugaan –saya katakan dugaan, karena sebenarnya tidak ada- pertentangan, maka akal harus mengikuti wahyu, bukan malah dijadikan sebagai timbangan bagi wahyu. Bila hal ini dibalik, di mana akal menjadi titik timbang wahyu maka yang terjadi adalah kesesatan yang bermula dari kebodohan terhadap posisi akal dalam agama.
c.   Kebodohan terhadap petunjuk dalil
Said bin Mansur meriwayatkan dari Ibrahim at-Taimi berkata, suatu hari Umar menyendiri, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Bagaimana umat ini berselisih sementara Nabinya satu?” Maka dia mengundang Ibnu Abbas, Umar bertanya, “Bagaimana umat ini berselisih sementara Nabinya satu dan kiblatnya satu?” Ibnu Abbas menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, al-Qur`an diturunkan kepada kami lalu kami membacanya dan kami mengetahui pada apa ia diturunkan, lalu setelah kita muncul orang-orang yang membaca al-Qur`an dan tidak mengetahui pada apa ia diturunkan, sehingga masing-masing orang mempunyai pendapat, bila sudah demikian maka mereka akan berselisih.”
d.  Kebodohan terhadap maqashid syariah
Dan kebodohan ini biasanya terjadi pada orang-orang yang ilmunya dangkal, sehingga dia tidak mampu memperhatikan dalil-dalil secara general dan komprehensif yang darinya dia mampu menetapkan suatu hukum secara proporsional. Saat hal ini tidak dilakukan karena ketiadaan ilmu, maka yang terjadi adalah ketimpangan dalam menarik kesimpulan dan hukum terhadap sesuatu.
Ambil Khawarij sebagai contoh, apa yang saya katakan terbukti pada mereka, Ibnu Umar berkata, “Mereka adalah makhluk Allah terburuk. Mereka mengambil ayat-ayat untuk orang-orang kafir dan menerapkannya atas orang-orang mukmin.” Hal ini tidak lain karena mereka tidak melihat secara komprehensif, hanya memandang dari satu sudut saja, Nabi shallallahu ‘alaihi wasalllam telah menyifati mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang membaca al-Qur`an namun tidak melewati tenggorokan mereka, artinya –wallahu a’lam- mereka tidak memahami karena al-Qur`an hanya sampai di tenggorokan mereka saja, tidak menyentuh hati yang menjadi titik pemahaman, hanya terbatas pada suara dan bunyi yang tidak membedakan antara orang-orang yang paham dengan orang-orang yang tidak paham.
e.   Kebodohan terhadap kebodohan diri
Akibatnya dia merasa bahkan yakin di atas kebenaran, padahal perasaan atau keyakinan di atas kebenaran bukan berarti memang di atas kebenaran. Hal ini rumit, pemiliknya sulit meninggalkannya, karena dia tidak menyadari kebodohannya bahkan dia menyangka itulah ilmu, bahkan membodohkan orang lain. Akibatnya mereka akan terus di atas kesesatan tanpa menyadarinya, setan menjadikan apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka yakini sebagai sebuah kebenaran yang indah.
 “Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang setan menjadikannya memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (Muhammad: 14).
 “Maka apakah orang yang dijadikan setan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya dan menunjuki siapa yang dikehendakiNya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Fathir: 8). Wallahul Musta’an.
Dari Manahij Ahlil Ahwa` wal Iftiraq wal Bida’, Dr. Nashir bin Abdul Karim al-‘Aql.


BAB III
KESIMPULAN
Islam adalah agama yang sempurna. Islam adalah agama satu-satunya yang diridhoi Allah SWT. Agama inilah yang Allah tetapkan sebagai penutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya
Keterpurukan umat kini telah jelas di depan mata. Mereka beriman, mereka berislam, tapi pengertian mereka hanya sebatas “tahu”. Bukannya mengerti dan memahami secara menyeluruh. Kebodohan dapat diberantas dengan ilmu. Dengan mengetahui bentuk-bentuk kebodohan, kita dapat menjaga diri sendiri dan orang lain dari kesesatan beragama.
Kemiskinan bisa menimbulkan kebodohan, sebaliknya kebodohan bisa menyebabkan kemiskinan. Penerapan ini biasa terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan dimana mereka miskin pengetahuan tentang agama, yang kemudian berimbas pada kebodohan mereka dalam beragama.


DAFTAR PUSTAKA

Putra, Alimusri Semjan, DR. M.A. Artikel www.dzikra.com. http://dzikra.com/memerangi-kemiskinan-dan-kebodohan/.(12 Agustus 2013)


Penulis: Putri Rizki Musthafa, Siswi Kelas XII IPA 2, MAN Insan Cendekia Gorontalo.

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Latest Posts

Back to Top

Recent Posts

default
Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Cari Blog Ini


CAHAYA ISLAM

Join & Follow Me

Recommend us on Google!

Postingan Populer

Sepakbola GP