Bagi
umat islam, Bahasa Arab bukan sekedar kebudayaan. Bisa dikatakan,
vitalitas Islam –dalam tataran realitas- sangat tergantung pada kelestarian Bahasa
Arab. Tanpa pemahaman Bahasa Arab yang baik, Al-Qur’an dan as-Sunnah
hanya akan menjadi bunyi-bunyian tanpa makna. Jika sudah demikian, maka
keduanya tidak mungkin dapat difungsikan sebagai guidance bagi umat
muslim dalam menjalani kehidupan mereka.
Karena
alasan itulah para ulama jauh-jauh hari sudah menaruh perhatian yang serius
terhadap kelestarian Bahasa Arab. Berbagai cabang ilmu pun lahir untuk
lebih dapat memahaminya secara mendalam. Dan salah satu usaha para ulama dalam
memelihara eksistensi dan keaslian Bahasa Arab adalah dengan menyusun
berbagai kitab mu’jam atau qamus (kamus).
Beberapa Kamus Bahasa Arab yang Mu’tabar
Kamus
Bahasa Arab yang pertama kali disusun adalah
kitab “al-‘Ain”, buah karya Abu Abdir Rahman al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi.
Beliau hidup pada abad ke-8 M, lahir pada tahun 718 dan wafat pada tahun 786.
Beliau merupakan guru dari salah seorang ahli nahwu paling ulung, yaitu
Sibawaih.
Kamus
Bahasa Arab kedua yang juga cukup masyhur dan
dianggap layak untuk dijadikan rujukan adalah “Tahdzibul Lughah”. Kitab ini
merupakan hasil karya salah seorang Imam dalam ilmu bahasa, yaitu Muhammad bin
Ahmad bin al-Azhari, atau biasa disebut al-Azhari (895-981 M).
Kamus Bahasa Arab lain yang juga penting adalah Mu’jam Maqayis al-Lughah.
Kamus ini disusun oleh ahli bahasa kenamaan bernama Ibnu Faris. Beliau lahir di
Qazwain pada tahun 941 M dan wafat pada tahun 1004 M.
Kamus
yang juga dianggap layak untuk menjadi rujukan adalah “ash-Shihah”. Kamus Bahasa
Arab ini disusun oleh Imam Isma’il bin Hamad al-Jauhari yang wafat
pada tahun 1003 M. Kitab ini diringkas oleh Imam Muhammad bin Abu Bakar ar-Razi
(w. 691 H) di dalam kamus yang dinamai “Mukhtarush Shihah”.
Membicarakan
kamus Bahasa Arab tidaklah lengkap kalau tidak menyebut “Lisanul ‘Arab”,
sebuah magnum opus yang lahir pada abad ke-13 yang masih sangat dihargai
sampai hari ini. Kamus ini disusun oleh Muhammad bin Mukarram, atau populer
dengan sebutan Ibnu Mandhur. Beliau hidup antara tahun 1232 sampai 1311
M.
Kita
harus mendaftar hasil karya Imam al-fairuz Abadi dalam jajaran kamus-kamus
Bahasa Arab yang mu’tabar, yaitu “al-Qamus al-Muhith”. Penulisnya adalah
ulama lughah asal Siraz (daerah di Persia) yang lahir pada tahun 1329 dan wafat
pada tahun 1415 M.
Selanjutnya,
kamus Bahasa Arab susunan Imam Murtadha Az Zabidi (1732 – 1790 M) juga
layak untuk kita sejajarkan dengan kitab-kitab sebelumnya. Kamus karya beliau
adalah Tajul ‘Urus min Jawahiril Qamus. Kitab ini sangat besar, dicetak sampai
40 jilid.
Di
samping kamus-kamus yang langung merujuk pada penggunaan Bahasa Arab
secara umum seperti di atas, juga ada kamus-kamus bahasa Arab yang dirancang
untuk menjelaskan kosa kata yang digunakan oleh pihak tertentu. Contohnya
seperti al-Mufradat
fi Gharibil Qur’an karya ar-Raghib al-Ashfahani yang menerangkan
makna kosa kata yang digunakan di dalam Al-Qur’an; an-Nihayah fi Gharibil Hadits
karya Ibnul Atsir yang menerangkan kosa kata yang digunakan dalam berbagai
hadits nabawi; dan al-Mishbahul
Munir fi Gharibisy Syarhil Kabir karya Al-Fayyumi yang menerangkan
kosa kata yang dipakai oleh Imam ar-Rafi’i di dalam kitab asy-Syarhul Kabir.
Adapun kamus modern yang dianggap layak jadi rujukan adalah al-Mu’jam
al-Wasith susunan Lembaga Bahasa Arab Mesir. Sementara itu, kamus
Bahasa Arab-Indonesia yang dipakai secara luas adalah kamus
al-Munawwir. Selamat mencari dan selamat belajar.
Sumber:
http://www.titokpriastomo.com
0 Comments:
Posting Komentar