
Allah
swt memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk menjalankan ibadah yang
terangkum dalam rukun Islam. Dan salah satu yang ibadah yang sangat penting
yaitu ibadah shalat. Tentang kewajiban shalat maka ingatan kita tak akan terpisahkan
oleh suatu peristiwa yang menjadi awal mula adanya perintah ibadah tersebut.
Peristiwa yang dimaksud adalah Isra dan Mi`raj. Sekarang kita sudah berada di
bulan rajab, dimana bulan ketika Baginda Rasulullah saw dipanggil oleh Allah
swt yang diabadikan dalam firman-Nya sebagai berikut:
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ
الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1)
“Maha
suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. Al-Isra’{17}: 1)
Dalam
firman lain dinyatakan sebagai berikut:
وَلَقَدْ
رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى
عِنْدَ
سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى
عِنْدَهَا
جَنَّةُ الْمَأْوَى
إِذْ
يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى
مَا
زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى
لَقَدْ
رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
“Dan
Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat
tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)
Pada
suatu malam yang dingin tanggal 27 Rajab, tepatnya 10 tahun setelah Rasulullah
SAW menerima wahyu kenabian, Allah SWT. memberangkatkan hamba-Nya yang
terkasih-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian naik ke langit ke-7
menuju Sidratul Muntaha. Semuanya tentu tahu tentang peristiwa tersebut karena
setiap tahunnya umat muslim di Indonesia memperingatinya. Tapi adakah di antara
mereka yang mengetahui peristiwa tersebut kemudian memahami ‘kenapa Allah
memberangkatkan seorang hamba-Nya yang bernama Muhammad SAW itu?’
Dan
dalam tulisan berikut ini kita akan membahasnya secara singkat tentang hikmah
di balik Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw. Kenapa kita harus
membahasnya? Ada dua tujuan; Pertama, kita semua sepakat dan meyakini bahwa
setiap kejadian dan peristiwa pasti ada hikmah yang terkandung tentunya bagi
orang-orang yang berakal, kedua, dalam pembahasan ini diharapkan setelah
membaca tulisan ini dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT yang
begitu besar kekuasaan-Na. Berikut hikmah yang dapat saya rangkum dari buku Sirah
Nabawiyah.
1.
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau
khayalan.
Sungguh
tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah jalankan
merupakan hanya perjalanan ruhani alias hanya mimpi, karena jika hal itu yang
terjadi maka perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya dengan wahyu-wahyu yang
Rasulullah terima baik melalui bisikan Jibril maupun dari mimpi. Sehingga
peristiwa Isra’ Mi’raj tidak bisa dijadikan pembuktian keimanan kepada Allah
dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya,
beliau mengumumkan tentang apa yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya.
Dan sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj
tersebut sebuah perjalanan yang dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka
seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya dengan
sebutan ‘gila’. Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram
yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam (Palestina) hanya
dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam untuk
berdagang membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak peristiwa Isra’
Mi’raj yang menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa orang yang baru
masuk Islam tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.
2.
Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti
dari apa yang dialami Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan
penghinaan, penolakan dan pengusiran.
Sebelum
peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, Rasulullah SAW terus mengalami ujian yang
sangat berat. Mulai dari embargo ekonomi hingga dikucilkan dari kehidupan sosial
yang dilakukan oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib,
kemudian cobaan yang sangat berat diterima oleh Rasulullah SAW adalah
meninggalnya orang-orang yang terkasihinya dalam waktu yang berdekatan yaitu
meninggalnya pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib serta istrinya tercinta
Khadijah yang selalu menemaninya dan mendukungnya dengan jiwa, raga dan
hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Lalu hingga pengusiran, penolakan
dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.
3. Isra’
bukanlah peristiwa yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan
ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang paling besar.
Sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa
peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan pembuktian dan menampakkan tentang
tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj
mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak bisa Allah lakukan, dan hal
tersebut terkadang masih saja di antara kita yang meragukan tentang kekuasaan
Allah yang sangatlah besar, sehingga membuat kita menjadi ingkar kepada Allah
dan Rasul-Nya.
4. Peristiwa
Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah
bersifat universal.
Perjalanan
Isra’ dari Masjidil Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam
melintasi ribuan kilometer yang jauh dari Mekah tempat Rasulullah dilahirkan,
hal ini Allah ingin membuktikan bahwa ajaran yang Rasulullah bawa bukan hanya
untuk penduduk Mekah saja tetapi untuk seluruh wilayah yang ada di bumi ini.
Setibanya Rasulullah SAW di Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi
dan Rasul-Rasul Allah. Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW
merupakan pemimpin dan penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan
sebelumnya. Dan agama Islam beserta syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi
ajaran dan syariat yang berlaku untuk seluruh kaum dan umat manusia di seluruh
dunia.
5. Dalam
Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.
Ketika
Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu Allah
menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada para
umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah terima menjadi perintah yang
Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan kepada umatnya agar jangan
sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat menjadi kunci utama
diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya hingga sampai Rasulullah
mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya Rasulullah saw.
Demikianlah
peristiwa Isra’ Mi’raj ini Allah SWT memperjalankannya kepada baginda
Rasulullah SAW, hal tersebut sesungguhnya untuk dapat diketahui oleh
orang-orang yang beriman dan berakal. Semoga ini menjadi hikmah yang besar buat
kita semua. Amin..
Sumber: http://www.dakwatuna.com
0 Comments:
Posting Komentar