Khutbah Jumat ini menjelaskan
tentang keutamaan bulan suci Ramadhan dan sikap seorang mukmin dalam menyambut
bulan Ramadhan yang penuh berkah, yaitu mengisi Ramadhan dengan amalan-amalan
shalih serta meninggalkan segala perbuatan yang dapat mengurangi atau merusak
pahala puasa di bulan yang suci ini. Semoga khutbah Jumat ini bermanfaat bagi
kaum muslimin .
[Khutbah Pertama]
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ
نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَاِلنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ
أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَ خَيْرَ الْهَدْيِ
هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ و كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ
ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Amma ba’du, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan
kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan hendaklah kita senantiasa
ingat, bahwa sebagai seorang muslim kita diwajibkan selama masih hidup untuk
senantiasa taat dan beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh
berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“dan beribadahlah
kepada Rabbmu sampai datang kematian kepadamu.” (Q.S. al-Hijr/15: 99) .
Sebagian ulama salaf
mengatakan, “Tiada tujuan lain amalan seorang muslim, kecuali untuk
menghadapi kematian.”
Oleh karena itu,
merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim untuk lebih serius memperhatikan
dan mengerahkan segala kemampuannya pada mawâsimil khair (waktu-waktu
yang utama untuk melakukan kebaikan). Di antara bentuk rahmat Allâh Subhanahu
wa Ta’ala yaitu Dia menyediakan bagi para hamba-Nya waktu-waktu utama yang
pada saat itu semua kebaikan dilipat gandakan balasannya dibandingkan
waktu-waktu lainnya. Di antara waktu itu adalah bulan Ramadhân yang penuh
berkah. Pada bulan ini, Allâh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Alqurân
yang merupakan petunjuk bagi umat manusia. Inilah musim melakukan kebaikan yang
sangat agung.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Sungguh akan datang
kepada kalian tamu yang membawa keberkahan dan lagi mulia. Maka, hendaklah kita
menyambutnya dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Hendaklah kalian
bersyukurlah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, karena Allâh Subhanahu
wa Ta’ala masih memberi kita kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhân! Hendaklah
kita memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala agar ditolong dalam
melakukan berbagai amal shalih, serta mohonlah kepada-Nya agar Allâh Subhanahu
wa Ta’ala menerima seluruh amal kita. Karena bulan Ramadhân sebagaimana
telah kita ketahui memiliki banyak keistimewaan.
Di antara
keistimewaannya adalah Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan puasa pada
bulan Ramadhân sebagai salah satu rukun Islam. Orang yang telah memenuhi
persyaratan tidak diperkenankan meninggalkan berpuasa pada bulan itu, kecuali
dengan alasan yang dibenarkan syariat, seperti bepergian jauh atau sakit.
Itupun dia tetap dikenai beban untuk menggantinya di bulan-bulan yang lain.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا
أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. (Q.S. al-Baqarah/2: 185).
Juga Allah Subhanahu
wa Ta’ala memberikan keringanan kepada orang yang sudah berusia lanjut dan
tidak mampu lagi untuk berpuasa. Orang seperti ini tidak dikenai kewajiban
mengganti pada bulan yang lain. Dia hanya dikenai kewajiban membayar fidyah
sesuai dengan ketentuan syariat.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Di antara keistimewaan
Ramadhân yaitu shalat tarawih yang disyariatkan khusus pada bulan ini. Shalat
sunat disyariatkan dikerjakan secara berjamaah di masjid. Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ
لَيْلَةٍ
Barangsiapa yang shalat
bersama imam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat untuknya pahala
shalat semalam penuh.
Para ulama mengatakan
bahwa shalat ini hukumnya sunat mukkad, sehingga seharusnya bagi seluruh
kaum muslimin memperhatikannya dengan baik. Hendaknya kita memperhatikan cara
pelaksanaanya agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, tidak hanya sekadar mengikuti adat atau kebiasaan. Sangat
disayangkan fenomena di tengah masyarakat, banyak di antara mereka yang
melaksanakannya, namun seakan sebagai adat saja. Sehingga, apa yang mereka
lakukan tidak berbekas sama sekali dalam jiwa. Nas’alullah ‘afiyah.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Keistimewaan lain dari
Ramadhân yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya sebagai waktu untuk
menurunkan Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia. Allâh Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى
لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhân, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqurân sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil). (Qs al-Baqarah/2:185)
Ibnu Abbâs mengatakan,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan seluruh Alquran sekaligus dari Lauhul
Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia pada bulan Ramadhân. Lalu di
sana, diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai kejadian.”
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Keistimewaan ramadhan
yang selalu ditunggu-tunggu dan diharap-harap yaitu
dia memilki Lailatul Qadr yang dijelaskan langsung oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala keistimewaannya yaitu lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang
diberi taufik oleh untuk beramal malam itu, berarti sama dengan beramal selama
delapan puluh tiga tahun. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi taufik
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk beramal shalih pada malam itu.
Dan masih banyak lagi
keistimewaan bulan Ramadhân, bulan yang ditunggu kehadirannya oleh seluruh kaum
muslimin yang memiliki kepedulian terhadap hari akhiratnya. Bulan yang penuh
berkah ini akan segera datang. Mestinya, sejak sekarang sudah bertekad akan
bersungguh-sungguh dalam melakukan amal shalih pada bulan Ramadhân, sebagaimana
anjuran Rasûlullâh. Bersungguh-sungguh melaksanakan berbagai amalan shalih,
baik yang wajib, ataupun sunnah,
seperti shalat, shadaqah, dan sabar dalam
melaksanakan ketaatan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Maka, janganlah
kita sia-siakan bulan ini dengan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat,
sebagaimana kelakuan orang-orang celaka. Yaitu orang-orang yang lupa kepada
Allâh Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allâh pun melupakan mereka. Mereka
tidak bisa memetik manfaat apapun dari bulan yang penuh kebaikan yang akan
menjelang ini. Mereka tidak mengetahui kehormatan bulan ini dan tidak
mengetahui nilainya.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Pada bulan Ramadhân,
pintu-pintu surga dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup. Setan yang
senantiasa menggoda dan menjebak manusia agar berbuat maksiat pun dibelenggu.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ
أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
Apabila bulan Ramadhân
telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan
setan-setan dibelenggu.
(H.R. Muslim).
Dengan demikian,
kesempatan untuk melakukan kebaikan itu terbuka lebar. Kita juga bisa
menyaksikan pada bulan Ramadhân, banyak orang yang berubah drastis. Dari yang
tidak pernah ke masjid jadi gemar ke masjid; dari yang bakhil berubah
menjadi pemurah dan lain sebagainya.
Namun sangat
disayangkan, banyak orang yang tidak mengerti hakikat bulan yang mulia ini,
yang mereka tahu adalah bulan ini merupakan kesempatan untuk menghidangkan dan
menyantap makanan dan minuman yang bervariasi. Asumsi ini mendorong berusaha
keras untuk memenuhi apapun yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Mereka
mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli barang-barang yang sebenarnya
tidak dibutuhkan. Mereka berfoya-foya. Padahal sudah dimaklumi bersama, bahwa
terlalu banyak makan menyebabkan seseorang malas melaksanakan perbuatan taat.
Sementara pada bulan yang mulia ini, seorang muslim diharapkan mengurangi makan
sehingga bisa bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Sebagian lagi
memahaminya sebagai kesempatan untuk tidur dan bermalas-malasan. Dia pun “memanfaatkan”
sebagian besar waktunya untuk mendengkur, bahkan sampai tertinggal shalat
jamaah di masjid. Mereka berdalil dengan hadits lemah,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ
Tidurnya orang yang
berpuasa itu ibadah. (Hadits ini dinyatakan dhaif
oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Silsilah Ahadits
adh-Dhaifah, no. 4696).
Ini jelas sebuah
kekeliruan.
Sebagian lagi
memahaminya sebagai waktu untuk begadang, bukan dalam rangka beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi mereka habiskan waktu malam mereka
dengan bercanda-ria dan melakukan berbagai aktivitas yang sama sekali tidak
bermanfaat bagi mereka di akhirat. Ketika badan sudah terasa lelah akibat
begadang, mereka segera sahur, selanjutnya tidur sampai melewati shalat Shubuh.
Na’udzubillah.
Sebagian lagi asik
menyantap hidangan saat berbuka sampai lupa diri dan meninggalkan shalat
Maghrib berjama’ah di masjid. Inilah di antara fenomena meyedihkan yang sering
kita temukan di tengah masyarakat pada bulan Ramadhân. Mereka meninggalkan
berbagai kewajiban dan melakukan aneka perbuatan yang diharamkan. Rasa takut
kepada adzab Allâh Subhanahu wa Ta’ala seakan sudah tidak ada lagi di
hati mereka. Kalau kelakuan mereka, masihkah Ramadhân memiliki keistimewaan di
mata mereka? Manfaat apa yang bisa mereka petik darinya?
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Ada lagi sebagian orang
yang memahami bulan Ramadhân sebagai kesempatan emas untuk berbisnis. Mereka
mencurahkan segala kemampuan untuk menyusun strategi demi meraup untung
sebanyak-banyaknya di bulan ini. Waktu-waktu mereka dihabiskan di lokasi-lokasi
bisnis, sampai-sampai tidak lagi untuk ke masjid, kecuali sebentar saja dan
itupun dalam suasana terburu-buru. Di kepala mereka, Ramadhân merupakan
kesempatan meraih dunia dan bukan akhirat. Mereka letihkan diri mereka pada
bulan Ramadhân demi mencari sesuatu yang fana dan meninggalkan sesuatu yang
manfaatnya kekal abadi.
Inilah beberapa contoh
sikap yang keliru dalam menyikapi kemuliaan bulan Ramadhân. Tanpa disadari, ini
merupakan musibah besar bagi mereka. Mereka dari terhalang berbagai kebaikan
yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi orang-orang yang
memanfaatkan momen berharga ini dalam rangka beribadah kepada Allâh Subhanahu
wa Ta’ala semata. Semoga Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita
termasuk orang-orang yang mengerti akan arti Ramadhân dan semoga Allâh Subhanahu
wa Ta’ala senantiasa memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa
beramal shaleh.
[Khutbah Kedua]
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Pada khutbah yang
pertama, sudah kita sampaikan beberapa sikap sebagian kaum Muslimin yang keliru
dalam menyikapi Ramadhân. Keliru karena bertolak belakang dengan sikap
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena, pada bulan Ramadhân,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih giat lagi beribadah
dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tinggalkan berbagai kesibukan demi beribadah kepada Allâh Subhanahu
wa Ta’ala. Ini juga yang dilakukan oleh para ulama salaf. Mereka
benar-benar serius memperhatikan bulan ini. Mereka meluangkan waktunya untuk
beribadah kepada kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan menunaikan
berbagai amal shaleh. Mereka memanfaatkan detik demi detik waktu dalam ketaatan
kepada Rabb mereka dan bersungguh-sungguh melaksanakan shalat tahajjud.
Az-Zuhri rahimahullah mengatakan, “Apabila bulan Ramadhân telah tiba,
maka waktu itu hanya untuk membaca Alqurân dan memberi makan orang lain.” Para
ulama salaf juga senantiasa duduk di masjid dan mengatakan, “Kami menjaga puasa
kami dan tidak menggunjing seorangpun.” Mereka juga memiliki antusias tinggi
untuk melaksanakan shalat tarawih dan menyelesaikannya bersama imam. Maka
dengan demikian bertakwalah kalian kepada Allâh wahai kaum muslimin dan jagalah
bulan Ramadhân ini, perbanyaklah di dalamnya ketaatan-ketaatan kepada Allâh
mudah-mudahan Allâh menggolongkan (menetapkan) bagi kita ke dalam orang-orang
yang beruntung dan memperoleh kemenangan di bulan ini.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا
وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآإِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا
رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَقِمِ الصَّلاَةَ
0 Comments:
Posting Komentar