Ilustrasi (Masjid Al-Aqsha) |
HIKMAH PERISTIWA ISRA DAN
MI`RAJ
Allah swt berfirman dalam quran surah Al-Isra (Surah Bani
Israil) ayat pertama:
سُبْحَانَ الَّذِي
أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ
الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِير
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. Al-Isra’: 1)
Adakah di antara kita semua yang mengetahui
peristiwa tersebut kemudian memahami ‘kenapa Allah memberangkatkan seorang
hamba-Nya yang bernama Muhammad SAW itu?’
Dan dalam tulisan berikut ini kita akan membahasnya
secara singkat tentang hikmah di balik Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah
saw. Kenapa kita harus membahasnya? Ada dua tujuan; Pertama, kita semua sepakat
dan meyakini bahwa setiap kejadian dan peristiwa pasti ada hikmah yang
terkandung tentunya bagi orang-orang yang berakal, kedua, dalam pembahasan ini
diharapkan setelah membaca tulisan ini dapat meningkatkan keimanan kita kepada
Allah SWT yang begitu besar kekuasaan-Na. Berikut hikmah yang dapat saya
rangkum dari buku Sirah Nabawiyah.
1. Isra’
Mi’raj adalah ujian keimanan
Ketika Rasulullah mengumumkan
peristiwa yang dialaminya kepada masyarakat Quraisy, saat itu pula banyak yang
tidak percaya kecuali Abu Bakar. Sungguh berat amanah yang dibawa oleh baginda
Rasul, karena dihadapkan pada sebuah peristiwa yang meguji keimanan seseorang,
dan tidak akan pernah diterima kejadian isra dan mi`raj itu melainkan hanya
dengan keimanan dan keyakinan kepada Allah swt. Peristiwa itu sangat bertolak belakang dengan akal
manusia dan logika berfikir seseorang sehingga hamper semua kaum Quraisy
menolak, mencemooh, menghina dan tidak menerima apa yang oleh Rasulullah
sampaikan. Karena Abu Bakar sangat percaya pada peristiwa yang dialami baginda
Rasulullah saw, maka ia dijuluki sebagai Ash-shiddiq yang artinya yang
membenarkan. Berbeda dengan Abu Lahab, ia mencerca Nabi dan memprovokasi yang
lain agar tidak percaya kepada Nabi Muhammad saw, maka secara langsung ia
dilaknat oleh Allah swt dengan diabadikan keadaannya oleh Allah swt dalam quran
surah Al-Lahb
1.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa .
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya
dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak.
4. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu
bakar .
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
2. Isra’
Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau
khayalan.
Sungguh tak bisa dibayangkan
apabila perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah jalankan merupakan hanya
perjalanan ruhani alias hanya mimpi, karena jika hal itu yang terjadi maka
perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah
terima baik melalui bisikan Jibril maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’
Mi’raj tidak bisa dijadikan pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sepulangnya Rasulullah dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan
tentang apa yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang
diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut sebuah
perjalanan yang dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka seketika itu banyak
dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya dengan sebutan ‘gila’.
Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram yang di Mekah
ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam (Palestina) hanya dengan waktu
semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam untuk berdagang
membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak peristiwa Isra’ Mi’raj yang
menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa orang yang baru masuk Islam
tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.
3. Isra’
Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari
apa yang dialami Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan
penghinaan, penolakan dan pengusiran.
Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj
terjadi, Rasulullah SAW terus mengalami ujian yang sangat berat. Mulai dari
embargo ekonomi hingga dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilakukan oleh
Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, kemudian cobaan yang
sangat berat diterima oleh Rasulullah SAW adalah meninggalnya orang-orang yang
terkasihinya dalam waktu yang berdekatan yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib
bin Abdul Muthalib serta istrinya tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan
mendukungnya dengan jiwa, raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah.
Lalu hingga pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah
dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.
4. Isra’
bukanlah peristiwa yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan
ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang paling besar.
Sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj
merupakan pembuktian dan menampakkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang
paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada
yang tidak bisa Allah lakukan, dan hal tersebut terkadang masih saja di antara
kita yang meragukan tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga
membuat kita menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.
5. Peristiwa
Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah
bersifat universal.
Perjalanan Isra’ dari Masjidil
Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam melintasi ribuan
kilometer yang jauh dari Mekah tempat Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah
ingin membuktikan bahwa ajaran yang Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk
Mekah saja tetapi untuk seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah
SAW di Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah.
Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin dan
penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya. Dan agama
Islam beserta syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi ajaran dan syariat yang
berlaku untuk seluruh kaum dan umat manusia di seluruh dunia.
6. Dalam
Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.
Ketika Rasulullah sampai di
Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu Allah menurunkan syariat
shalat 50 waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada para umatnya, tapi ketika
hendak turun dan bertemu dengan Nabi Musa as di langit ke-6, Rasulullah saw
disuruh untuk kembli menghadap Allah swt karena Musa as yakin bahwa umat Nabi
Muhammad saw tidak akan mampu melaksanakan perintah tersebut. Setelah beberapa
kali “bolak-balik” dan terus mendapatkan saran dari Nabi Musa as kemudian pada
akhirnya Allah swt menetapkan 5 waktu shalat dalam sehari semalam. Subhanalloh,
coba kita bayangkan bila saat itu baginda Rasulullah saw menerima perintah 50
waktu shalat maka bisa dipastikan umat beliau banyak melalaikan dan
meninggalkannya, karena jangankan 50 waktu shalat, sekarang saja yang hanya 5
waktu shalat sudah banyak sekali orang yang mengaku islam tapi lalai bahkan
berani meninggalkan shalat, na`udzubillah. Dan perintah shalat yang Rasulullah
terima menjadi perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan
kepada umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat
menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya hingga
sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya Rasulullah saw.
Demikianlah hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini dimana
Allah SWT memperjalankan baginda Rasulullah SAW, hal tersebut sesungguhnya
untuk dapat diketahui oleh orang-orang yang beriman dan berakal. Semoga ini
menjadi hikmah yang besar buat kita semua.
Sumber: http://www.dakwatuna.com