Pastikan anda me-like Cahaya Islam di Fans Page Facebook untuk mendapatkan informasi yang up to date.
Salah satu sifat manusia yang berasal dari dorongan hawa nafsu syaithoni adalah sifat ujub. Ujub adalah merasa kagum terhadap diri sendiri sehingga dia pantas mendapatkan pujian dari orang lain meskipun dia melakukan hal-hal yang buruk. Ujub seringkali disandingkan dengan kata takabbur karena memang ujub akan mengarahkan seseorang ke dalam kesombongan. wal`iyaadzubilaah.
Salah seorang ulama salaf pernah berkata: “Seorang yang ujub akan tertimpa dua
kehinaan, akan terbongkar kesalahan-kesalahannya dan akan jatuh martabatnya di
mata manusia.”
Salah seorang ahli hikmah berkata: “Ada seorang yang terkena
penyakit ujub, akhirnya ia tergelincir dalam kesalahan karena saking ujubnya
terhadap diri sendiri. Ada sebuah pelajaran yang dapat kita ambil dari orang
itu, ketika ia berusaha jual mahal dengan kemampuan dirinya, maka Imam Syafi’i
pun membantahnya seraya berseru di hadapan khalayak ramai: “Barangsiapa yang
mengangkat-angkat diri sendiri secara berlebihan, niscaya Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan menjatuhkan martabatnya.”
Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa
yang dilakukannya dan mengang-gapnya bagai angin lalu. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadits: “Orang yang jahat
akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan
santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin
melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya.”
(HR. Al-Bukhari)
Bisyr Al-Hafi mendefenisikan ujub sebagai berikut: “Yaitu
menganggap hanya amalanmu saja yang banyak dan memandang remeh amalan orang
lain.”
Barangkali gejala paling dominan yang tampak pada orang yang
terkena penyakit ujub adalah sikap suka melanggar hak dan menyepelekan orang
lain.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai
berikut: “Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah
dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak
dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih
wara’ dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!”
Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata: “Iblis jika ia dapat
melumpuhkan bani Adam dengan salah satu dari tiga perkara ini: ujub terhadap
diri sendiri, menganggap amalnya sudah banyak dan lupa terhadap dosa-dosanya.
Dia berkata: “Saya tidak akan mencari cara lain.” Semua perkara di atas adalah
sumber kebinasaan. Berapa banyak lentera yang padam karena tiupan angin? Berapa
banyak ibadah yang rusak karena penyakit ujub? Dalam sebuah hadits qudsi
disebutkan bahwa seorang lelaki berkata: “Allah tidak akan mengampuni si Fulan!
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun berfirman:
“Siapakah yang lancang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak
mengampuni Fulan?! Sungguh Aku telah mengampuninya dan menghapus amalanmu!”
(HR. Muslim)
Amal shalih itu ibarat sinar dan cahaya yang terkadang padam
bila dihembus angin ujub!
Defenisi Ujub
Defenisi Ujub
Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa
yang dilakukannya dan mengang-gapnya bagai angin lalu. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadits: “Orang yang jahat
akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan
santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin
melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya.”
(HR. Al-Bukhari)
Bisyr Al-Hafi mendefenisikan ujub sebagai berikut: “Yaitu
menganggap hanya amalanmu saja yang banyak dan memandang remeh amalan orang
lain.”
Barangkali gejala paling dominan yang tampak pada orang yang
terkena penyakit ujub adalah sikap suka melanggar hak dan menyepelekan orang
lain.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai
berikut: “Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah
dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak
dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih
wara’ dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!”
Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata: “Iblis jika ia dapat
melumpuhkan bani Adam dengan salah satu dari tiga perkara ini: ujub terhadap
diri sendiri, menganggap amalnya sudah banyak dan lupa terhadap dosa-dosanya.
Dia berkata: “Saya tidak akan mencari cara lain.” Semua perkara di atas adalah
sumber kebinasaan. Berapa banyak lentera yang padam karena tiupan angin? Berapa
banyak ibadah yang rusak karena penyakit ujub? Dalam sebuah hadits qudsi
disebutkan bahwa seorang lelaki berkata: “Allah tidak akan mengampuni si Fulan!
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun berfirman:
“Siapakah yang lancang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak
mengampuni Fulan?! Sungguh Aku telah mengampuninya dan menghapus amalanmu!”
(HR. Muslim)
Amal shalih itu ibarat sinar dan cahaya yang terkadang padam
bila dihembus angin ujub!
sumber; Risalah Al-Hujjah No: 54 / Thn IV / Rabiul Awal
sumber; Risalah Al-Hujjah No: 54 / Thn IV / Rabiul Awal
0 Comments:
Posting Komentar