Menyelami dalamnya lautan ilmu Islam hingga nampak cahaya dan terasa indah dalam sukma

Fi`il Mudhari` Marfu`

Fi`il Mudhari` Manshub

Menggapai Keberkahan

الحمد لله العزيز الغفار، العلي الجبار، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وعد التائبين بالسعادة بالجنة والسلامة من النار، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوث لإنقاذ البشرية من الشقاء في الدنيا وفي دار القرار.
اللهم صل وسلم وبارك وأنعم على  سيد المستغفرين بالأسحار، وعلى آله وأصحابه الأخيار وعلى التابعين لهم بإحسان ما بقي الليل والنهار. أما بعد:
فاتَّقوا الله ـ عبادَ الله ـ حقَّ التقوى، وراقبوه في السرِّ والنجوَى

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Tak henti-hentinya kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt atas limpahan ni`mat serta karunia-Nya kepada kita semua, khususnya ni`mat Iman dan Islam, sehingga kita bisa berkumpul di masjid ini menjalankan slaah satu kewajiban kita sebagai hamba Allah swt yakni ibadah shalat jum`at, semoga ibadah jum`at kita kali ini diterima dan bernilai pahala di sisi Allah swt. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan alam, Nabi besar Nabi Muhammad saw kepada para keluarganya, sahabatnya dan seluruh pengikutnya termasuk kita semua hingga akhir zaman.
 Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Khatib tidak lupa untuk menyampaikan wasiat taqwa, khususnya bagi diri khatib sendiri dan umumnya bagi hadirin sekalian rahimakumullah, mari kita sama-sama tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt, karena hanya dengan bekal iman dan takwa kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat dan senantiasa diliputi oleh keberkahan Allah swt.



 Hadirin Sidang Jum`at rahimakumullah,
Setiap orang sangat menginginkan hidupnya penuh berkah. Tapi sayang, keinginan tersebut kadang tidak sejalan dengan perbuatan dan usaha yang mengarahkan dirinya kepada keberkahan. Berkah itu adalah tanda rahmat Allah kepada hamba-Nya yang selalu mendekat kepada-Nya, maka "jiyaadatul khoir" bertambahnya kebaikan hamba-Nya bukan hanya material tetapi juga spritual, semakin kaya semakin dermawan, semakin tinggi jabatan semakin amanah, semakin berilmu, semakin takut pada Allah, semakin populer semakin jadi teladan. Sebagaimana ungkapan Nabi Sulaiman, "Semakin Engkau kayakan aku, semakin hebat sujud tangisku kepada-Mu ya Allah.(QS 38;32).

Keberkahan yang diharapkan bukan hanya untuk diri pribadi, akan tetapi untuk kehidupan segenap kaum muslimin di dunia. Dan keberkahan bisa diraih dengan ketakwaan.
Allah swt. berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)

96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
97. Maka Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?
98. atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?
99. Maka Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. Qs. Al-A’raf:96-99

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Rasa aman dan terhindar dari bahaya itulah yang sekarang dibutuhkan negeri ini. Betapa tidak, hampir setiap saat, kita dikagetkan dengan berbagai macam bencana dan musibah, tak ada ujungnya. Bencana ada di sekitar kita, lebih-lebih di bulan ini, mulai dari banjir lumpur Warior, tsunami Mentawai dan gunung Merapi, bahkan gempa bumi setiap hari. Ratusan jiwa meninggal.
Ayat-ayat di atas menginformasikan syarat meraih keberkahan hidup dan sekaligus syarat terhindar dari bencana.
Jikalau sekiranya penduduk suatu kampung atau negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, …”
Langit bukan menurunkan hujan yang membawa mala petaka banjir sebagaimana yang terjadi di wilayah Ibu Kota dan sekitarnya pada pekan lalu. Rumah-rumah terendam banjir, macet di mana-mana, bahkan menyeret korban seorang mahasiswi yang mencoba menghindari banjir malah terseret air di gorong-gorong terbawa arus air sampai puluhan kilo meter dan meninggal dunia…
Bumi bukan memuntahkan awan panas yang melelehkan kulit karena panasnya sampai lebih dari 600 derajat celcius… bumi bukan lari-lari atau bergoyang atau gempa, yang hari-hari ini terjadi di banyak tempat, di Maluku, Sulawesi, Lampung, Sumatera…
Laut bukan memuntahkan gelombang setinggi 8 meter yang menghanyutkan semua yang dilaluinya… tsunami menggulung semua yang diterjangnya, kecuali masjid tempat bersujud hamab-hamba Allah swt.
Bencana ada di sekitar kita, kebakaran di mana-mana, letusan tabung gas masih menelan korban… rasa aman tercerabut dari lingkungan kita.
Bencana itu karena sikap manusia yang mendustakan firman-firman Allah, tidak mempercayai aturan dan syariat Allah dan tidak melaksanakannya. “tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Kehidupan ini ada pada Genggaman Allah swt. Dialah Dzat Pencipta, Pengatur alam mayapada ini. Dengan sangat mudah Allah swt. menunjukkan kekuatan dan kekuasaan-Nya. Allah swt. tinggal berucap “Kun! fayakun”. Ketika Allah swt. sudah menunjukkan kekuatan dan kekuasan-Nya, tidak ada yang dapat menolak dan menghindarinya. Tidak ada rasa aman dari makar Allah, dari murka dan bencana-Nya. “Maka Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? sebagaimana yang terjadi di Mentawai…
Atau Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain? sebagaimana yang terjadi di Wasior atau juga yang terjadi di sekitar gunung Merapi –yang bahkan terjadi pada siang dan malam hari-…
Tidak ada tempat untuk lari dari makar Allah. Manusia dengan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya bahkan teknologi yang dikuasainya tidak mampu menghindar dari bencana yang terjadi.
Kita dengar dan lihat ketika teknologi manusia mengatakan wilayah aman dari bencana awan panas merapi berjarak 10KM, kemudian direvisi lagi 15KM… jarak itupun tidak aman, bahkan puluhan meninggal karena berada di sekitar diradius itu… terkena awan panas, semua hangus terbakar, binatang, pohon-pohon, bangunan-bangunan dan semua yang dilewati awan panas. Kemudian direvisi lagi, jarak aman berada di radius 20KM dari puncak gunung merapi. “Maka Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ .30
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).Syuro/42:30

 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ . الروم: 41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).QS. Rum/30:41

Kembali kepada Allah
Umat manusia harus sadar, segera kembali kepada Allah, bertaubat kepada-Nya. Allah swt. berfirman:
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ
Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah.” QS. Adz-Dzariat:50
وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى
“Dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku). QS. Thaaha:84
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (2) غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ (2)
1. Haa Miim.
2. diturunkan kitab ini (Al Quran) dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,
3. yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). QS. Ghafir/Mukmin/40:1-3
Dalam ayat ini Allah swt menunjukkan kasih-sayang-Nya jauh lebih besar dibanding murka-Nya. Coba kita lihat, Allah hanya menyebut sekli murkaNya “Syadidil ‘iqabi” di antara tiga Sifat kasih-sayang Allah, yaitu Maha Pengampun, Penerima taubat hamba-hamba-Nya dan yang banyak karunia-Nya.

Iman, Amanah dan Aman
Selanjutnya umat manusia harus membuktikan iman dan taqwa dengan sebenarnya. Iman (percaya dan yakin) bahwa dibalik kehidupan ini ada yang mengatur dan memiliki segalanya. Dialah Allah ‘Azza wa Jalla. Aturan-aturan-Nya harus diikuti. Hukum alam-Nya harus dijaga. Iman bahwa janji Allah pasti benar.
Kata iman, amanah dan aman adalah berasal dari satu akar kata dari Bahasa Arab. Iman di atas diimplementasikan dalam menjalankan amanah yang diembannya. Siapapun kita, apapun profesinya pasti mengemban amanah ini.
Sebagai seorang ayah dalam keluarga atau sebagai kepala rumah tangga yang diamanahi anak dan istri hendaknya melaksanakan amanah itu dengan sejujurnya.
Sebagai profesional atau pekerja, hendaknya melaksanakan amanah yang dijalaninya dengan sebenarnya.
Sebagai dosen atau mahasiswa atau pelajar, hendaknya menjalankan amanah keilmuan dengan sejujurnya.
Sebagai public figur hendaknya menggunakan amanah dan titipan popularitas dengan bertanggungjawab.
Sebagai pegiat media massa, harus menjalankan amanah profesi dengan jujur dan bertanggungjawab.
Sebagai wakil rakyat harus menggunakan amanah yang diembannya dengan jujur dan bertanggungjawab, juga sebagai teladan dalam kebaikan.
Sebagai pemimpin, dalam ragam level, mulai dari ketua RT, RW, lurah, camat, bupati, wali kota, gubenur bahkan presiden sekalipun hendaknya menjalankan amanah kepemimpinannya dengan serius dan bertanggungjawab, juga sebagai teladan dalam setiap kebaikan.
Sebagai apapun kita, amanah itu melekat dalam diri kita.

كُلُّكُمْ رَاعٍ ومَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ ، ومَسْئُولٌ عَنْهُمْ ، وَامْرَأَةُ الرَّجُلِ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُ ، وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ ، أَلا كُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ .
Rasulullah saw. bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang pejabat yang mengurus rakyatnya adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas rakyatnya. Laki-laki adalah pemimpin di rumah tangganya, dan ia bertanggungjawab atasnya. Perempuan atau seorang  istri  adalah pemelihara di rumah suaminya, ia dimintai pertanggungjawaban atasnya. Seorang budak adalah penjaga harta tuannya, ia dimintai tanggungjawab atasnya. Ingatlah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian dimintai tanggungjawab atas yang dipimpinnya.” Hadits Sahish riwayat Ibnu Hibban, bab Khilafah dan Imarah, jilid 18, halaman 480.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90) وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (91)
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
91. dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat” An-Nahl:90-91
Rasulullah saw. bersabda:
(مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ غَاشًّا لِرَعِيَّتِهِ إِلا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ)
“Tiada seorang hamba yang Allah beri amanah mengurus rakyat, ia meninggal dalam keadaan menipu terhadap rakyatnya, kecuali Allah haramkan baginya masuk surga. Muttafaqun alaih
Ketika iman sudah benar, yaitu dengan dijalankannya amanah masing-masing, maka secara otomatis rasa aman akan mewujud. Allah swt. berfirman:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (82)
82. orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.QS. Al-An’am:82
Yang kedua adalah taqwa yang sejujurnya, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya sesuai dengan kemampuan kita. Sejujur taqwa yakni dengan meninggalkan seluruh larangan-larangan-Nya, sekecil apapun itu, karena melanggar aturan dan melakukan larangan-larangan-Nya hanya akan membawa petaka dan mengundang bencana.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم؛ واستغفروا الله إنه هو الغفور الرحيم







Sumber: http://www.dakwatuna.com

www.buyahaerudin.com

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Latest Posts

Back to Top

Recent Posts

default
Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Cari Blog Ini

Blog Archive


CAHAYA ISLAM

Join & Follow Me

Recommend us on Google!

Postingan Populer

Sepakbola GP

Blog Archive