Menyelami dalamnya lautan ilmu Islam hingga nampak cahaya dan terasa indah dalam sukma

Fi`il Mudhari` Marfu`

Fi`il Mudhari` Manshub

Unsur-unsur Hadis


Seseorang yang tidak melihat sendiri suatu peristiwa masih dapat mengetahui hal tersebut melalui pemberitaan.  Persoalannya, pemberitaan itu mungkin benar, mungkin juga keliru.  Oleh karena itu, perlu adanya klarifikasi berita untuk mengecek dan mengetahui kebenarannya.
            Untuk menguji kebenaran masing-masing yang diterima secara tidak langsung itu, memerlukan suatu dasar dan sandaran, kepada dan dari siapa pengetahuan dan pemberitaan itu diterimanya. Jika pemberitahu atau penyampai berita itu bertahap-tahap, maka si pemberi tahu atau penyampai berita yang terakhir harus dapat menunjukkan sandarannya, yakni orang yang memberitakan pada­nya, dan orang yang memberitakan ini pula harus dapat me­nunjukkan sumber asli yang langung, yang menerima sendiri dan pemilik berita.
            Demikian halnya dengan hadits Nabi saw.  Dalam hadits dari Nabi Muhammad s.a.w.terdapat unsur-unsur yang penting dan bias dipisahkan satu sama lainnya untuk membuktikan bahwa hadits tersebut benar adanya yang selanjutnya bias diamalkan sebagai pedoman hidup agar selalu berada dalam sunah-sunah beliau. Unsur-unsur tersebut, yaitu pemberita, materi berita dan sandaran berita.  Satupun tidak dapat ditinggalkan dan para Muhadditsin menciptakan istilah-istilah untuk unsur-unsur itu dengan nama Rawi (pemberita), Matan (materi berita) dan Sanad (sandaran berita) dari suatu hadits Nabi saw.

  1. Sanad
Secara bahasa, sanad berasal dari kata سند yang berarti انضمام الشيئ الى الشيئ (penggabungan sesuatu ke sesuatu yang lain), karena di dalamnya tersusun banyak nama yang tergabung dalam satu rentetan jalan. Bisa juga berarti المعتمد (pegangan). Dinamakan demikian karena hadis merupakan sesuatu yang menjadi sandaran dan pegangan.
Sementara secara terminologi, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad saw. Dengan kata lain, sanad adalah rentetan perawi-perawi (beberapa orang) yang sampai kepada matan hadis.
 Berikut adalah contoh sanad:
حدثنا الحميدي عبد الله بن الزبير قال حدثنا سفيان قال حدثنا يحيى بن سعيد الأنصاري قال أخبرني محمد بن إبراهيم التيمي أنه سمع علقمة بن وقاص الليثي يقول سمعت عمر بن الخطاب رضي الله عنه على المنبر قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول
“Al-Humaidi ibn al-Zubair telah menceritakan kepada kami seraya berkata Sufyan telah menceritakan kepada kami seraya berkata Yahya ibn Sa’id al-Ansari telah menceritakan kepada kami seraya berkata Muhammad ibn Ibrahim al-Taimi telah memberitakan kepada saya bahwa dia mendengar ‘Alqamah ibn Waqqas al-Laisi berkata “saya mendengar Umar ibn al-Khattab ra berkata di atas mimbar “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda…
2. Matan
Matan, berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf م- ت- نMatan memiliki makna “punggung jalan” atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas. Apabila dirangkai menjadi kalimat matn al-hads maka defenisinya adalah:
ألفاظ الحديث التى تتقوم بها المعانى
“Kata-kata hadis yang dengannya terbentuk makna-makna”. Dapat juga diartikan sebagai ما ينتهى إليه السند من الكل (Apa yang berhenti dari sanad berupa perkataan). Adapun matan hadis itu terdiri dari dua elemen yaitu teks atau lafal dan makna (konsep), sehingga unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matan hadis yang sahih yaitu terhindar dari sya>z| dan ’illat.
Contohnya:
إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرىء ما نوى فمن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو إلى امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر…
“Amal-amal perbuatan itu hanya tergantung niatnya dan setipa orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrah karena untuk mendapatkan dunia atau karena perempuan yang akan dinikahinya maka hijrahnya (akan mendapatkan) sesuai dengan tujuan hijrahnya…
3. Rawi
Kata perawi atau al-rawi dalam bahasa Arab dari kata riwayat yang berarti memindahkan atau menukilkan, yakni memindahkan suatu berita dari seseoarang kepada orang lain. Dalam istilah hadis, al-rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis dari seorang guru kepada orang lain yang tercantum dalam buku hadis. Jadi, nama-nama yang terdapat dalam sanad disebut rawi, seperti:
حدثنا الحميدي عبد الله بن الزبير قال حدثنا سفيان قال حدثنا يحيى بن سعيد الأنصارى قال أخبرني محمد بن إبراهيم التيمي أنه سمع علقمة بن وقاص الليثي يقول سمعت عمر بن الخطاب رضي الله عنه على المنبر…
Nama-nama yang digarisbawah dalam sanad di atas disebut rawi.
Sebenarnya antara rawi dan sanad merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan karena sanad hadis pada setiap generasi terdiri dari beberapa perawi. Singkatnya sanad itu lebih menekankan pada mata rantai/silsilah sedangkan rawi adalah orang yang terdapat dalam silsilah tersebut.
            Sebuah Hadits sampai kepada kita dalam bentuknya yang sudah terkodifikasi dalam kodifikasi hadits, melalui beberapa rawi dan sanad. Rawi terakhir hadits yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Shahih Muslim, ialah Imam Bukhari atau Imam Muslim. Demikian pula Rawi terakhir dalam buku Sunan Abu Daud, misalnya, adalah Abu Daud itu sendiri.  Seorang penyusun atau pengarang, bila hendak menguatkan suatu hadits yang ditakhrijkan dari suatu kitab hadits, pada umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya pada akhir teks (matan) haditsnya.  Misalnya, terdapat hadits yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah ra., bahwa Rasulullah saw bersabda :  “Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan (agama)ku, maka ia terto1ak”  (Riwayat Bukhari dan Muslim).  Ini berarti bahwa rawi yang terakhir bagi kita, ialah Bukhari dan Muslim, kendatipun jarak kita dengan beliau-beliau itu sangat jauh dan kita tidak segenerasi dan tidalc pernah berternu, namun dernikian kita dapat rnenemui dan mmenggali kitab beliau.  Dalam hal ini kitab beliau merupakan sanad yang kuat. 

Sistem Penyusunan Kitab Hadits
                Sebuah Hadits kadang-kadang mempunyai sanad banyak. Dengan kata lain, bahwa Hadits tersebut terdapat dalam kodifikasi atau kitab-kitab Hadits yang berbeda rawi akhirnya. Misalnya, ada sebuah hadits disamping terdapat dalam shahih Bukhari, juga terdapat dalam shahih Muslim.  Demikian pula termaktub dalam sunan Abu Dawud dan perawi lainnya. Untuk menyingkat penyantuman nama-nama nawi yang demikian banyak jumlahnya tersebut, penyusun kitab hadits, biasanya tidak mencantumkan nama-nama itu seluruhnya, melain­kan hanya merumuskan dengan bilangan yang menunjukkan banyak atau sedikitnya rawi hadits pada akhir matan haditsnya.  Misalnya, rumusan yang dibuat oleh Ibnu Ismail As Shan’ani  dalam kitab Sublus-Salam:

No.
Istilah
Makna
1.
Akhrajahus Sab’ah
Hadits itu diriwayatkan oleh tujuh orang rawi, yaitu Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, At-Turmudzi, An-Nasa’iy dan Ibnu Majah.
2.
Akhrajahus Sittah
Diriwayatkan oleh 6 orang rawi, yaitu para perawi pada poin 1 selain Imam Ahmad
3.
Akhrajahul Khamsah
Diriwayatkan oleh 5 orang, yaitu perawi poin 1 selain Bukhari dan Muslim
4.
Akhrajahul Arba’ah wa Ahmad
Diriwayatkan oleh para ashabus sunan ditambah Imam Ahmad
5.
Akhrajahul Arba’ah
Diriwayatkan oleh 4 orang ashabus sunan yaitu Abu daud, Turmudzi, An Nasai, dan Ibnu Majah
6.
Akhrajahuts tsalatsah
Diriwayatkan oleh 3 orang rawi yaitu Abu Daud, Turmudzi, dan An Nasa`I
7.
Akhrajahusy Syaikhain
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
8.
Akhrajahul Jama’ah
Diriwayatkan oleh para perawi yang banyak jumlahnya
9.
Muttafaq ‘Alaih
Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Ahmad
       

Gelar Keahlian Bagi Imam-Imam Rawi Hadits
Para imam hadits pada mendapat gelar keahlian dalam bidang ilmu hadits sesuai dengan keahlian, kemahiran dan kemampuan dalam menghafal beribu-ribu buah hadits beserta ilmu-ilmunya. Gelar keahlian itu ialah sebagai benikut:

1.     Amirul Mukminin fil Hadits
     Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah khalifah Abu Bakar As-Shiddiq r.a. Mereka yang memperoleh gelar ini antana lain: Syu’bah Ibnu Al Hallaj, Sufyan Ats Tsauri, Ishaq Ibnu Rahawaih, Ahmad Ibnu Hambal, Bukhari, Ad Daruquthni, dan Muslim.
2.     Al.Hakim
Yaitu suatu gelar keahlian bagi imam-imam hdits yang menghafal seluruh hadits yang diriwayatkan baik matan, maupun rawinya serta mengetahui persis karakteristik dan sifat-sifat baik ataupun buruk masing-masing perawi tersebut.  Setiap rawy diketahui sejarah hjdupnya, perjaialanannnya, guru-guru dan sifat.sifatnya yang dapat diterima maupun ditolak. Mereka harus dapat menghafal lebih dari 300.000 hadits beserta sanadnya.  Diantara mereka adalah : Ibnu Dinar (meninggal 162 H), Al-Laits bin Sa’ad  (meninngal 175 H), Imam Malik (179 H) dan Imam Syafi’i (204 H).

3.    A1-Hujjah
Yaitu gelar keahlian bagi para imam yang sanggup menghafal 300.000 hadits, baik matan, sanad, maupun perihal hal ihwal para perawinya baik tentang keadilabn, kecacatan, dan biografinya. Diantara mereka adalah Hisyam bin ‘Urwah (rneninggal 146 H), Abu Hudzail Muhammad bin Al.Walid (meninggal 149 H) dan Muhammad ‘Abdullahh bin ‘Amr (meninggal 242 H).

4.    A 1-Hafidh
     Al hafidh merupakan gelar yang diberikan kepada ahli hadits yang dapat menshahihkan sanad dan matan hadits serta dapat menunjukkan keadlan maupun cacat perawinya.  Al hafidh harus menghafal 100.000 hadits. Diantara mereka yang termasuk Al hafidh adalah : Al-’Iraqiy, Syarafuddin Ad.Dimyathi, Ibnu Hajar Al ‘Asqalani dan Ibnu Daqiqil ‘Id.

5.     AL-Muhaddits
     Ada yang berpendapat dari kalangan muhaddoitsin terdahulu bahwa Al Muhaddits sama dengan Al Hafidh.  Namun, belakangan, al Muhaddits dimaknai dengan orang yang mengetahui sanad, ‘iat, nama rawi, tinggi-rendahnya derajat hadits, dan memahami kutubus sittah, musnad Imam Ahmad, Sunan Baihaqi, Mu’jam Thabrani.  Juga, ia harus menghafal 1000 hadits.  Diantaranya adalah : ‘Atha’ bin Abi Ribah (seorang Mufti masyarakat Mekah  wafat: 115 H) dan Imam Az-Zabidy (salah seorang ‘ulama yang meng­ikhtisharkan kitab Bukhary-Muslim).

6.    A1.Musnid
     Al Musnid merupakan sebutan bagi orang yang meriwayatkan hadits besrta sanadnya; baik menguasai ilmunya maupun tidak.  Istilah lain untuk Al Musnid adalah : Ath Thalib, Al Mubtadi`, dan Ar Rawy.
Kemudian rawi juga bisa disebut dengan mukharrij atau menurut bahasa adalah orang yang mengeluarkan. Kaitannya dengan hadis, mukharrij adalah orang yang telah menukil atau mencatat hadis pada kitabnya, seperti kitab al-Bukhari. Memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain lalu membukukannya dalam kitab disebut mukharrij. Oleh sebab itu, semua perawi hadis yang membukukan hadis yang diriwayatkannya disebut mukharrij seperti para penyusun al-kutub al-tis’ah (kitab sembilan). Contoh:   
رواه البخارى  Hadis Riwayat Bukhari (HR. Bukhari)
أخرجه مسلم  Hadis Riwayat Muslin (HR. Muslim)

Share:

2 komentar:

Latest Posts

Back to Top

Recent Posts

default
Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Cari Blog Ini

Blog Archive


CAHAYA ISLAM

Join & Follow Me

Recommend us on Google!

Postingan Populer

Sepakbola GP

Blog Archive