HADITS KEDUA PULUH
عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ
عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ
النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ. [رواه البخاري ]
Kosa kata :
أدرك
: Diketahui, didapatkan
|
النبوة : Kenabian
|
لم : Huruf nafi, artinya: tidak
|
تستح
(تستحي) :
(engkau) malu .
|
(فـ)ـاصنع : (maka) perbuatlah
|
شِئْـ(ـت)
: (yang engkau) sukai
|
Terjemah hadits:
Dari
Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia
berkata, Rasulullah shallallahu`alaihi wa
sallam bersabda: Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang
dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah: Jika
engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka. (Riwayat Bukhari).
Kandungan Hadist :
1. Malu
merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus
ajarannya.
2. Jika
seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan)
darinya sedikitpun.
3. Malu
merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Siapa yang
banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya
semakin sedikit kebaikannya.
4. Rasa malu
merupakan prilaku dan dapat dibentuk. Maka setiap orang yang memiliki tanggung
jawab hendaknya memperhatikan bimbingan terhadap mereka yang menjadi tanggung
jawabnya.
5. Tidak ada
rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran.
Allah ta’ala berfirman: “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (33 :
53).
6. Di antara
manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela)
dan Wafa’ (menepati janji).
7. Rasa malu
merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.
Tema hadits :
1. Menumbuhkan
rasa malu sesuai proporsinya: 33:53
0 Comments:
Posting Komentar